Pemanfaatan Kulit Kopi sebagai Pakan Ternak di Bali: Peluang dan Tantangan

Oleh:
Florika Perdana Sari, S.Pt
Analis Pakan Ternak Distanpangan Bali

Bali dikenal bukan hanya karena pariwisatanya, tetapi juga karena potensi pertanian dan perkebunan yang kuat salah satunya adalah kopi. Sentra produksi kopi di Bali ada di 3 kabupaten antara lain Kabupaten Buleleng, Kabupaten Bangli (Kintamani), dan Tabanan (Pupuan). Setiap musim panen menghasilkan limbah kulit kopi dalam jumlah besar. Sayangnya, sebagian besar limbah ini belum dimanfaatkan secara optimal dan sering kali hanya dibuang atau dibiarkan membusuk. Padahal, kulit kopi menyimpan potensi besar sebagai bahan pakan alternatif untuk ternak ruminansia seperti sapi dan kambing.
Kulit kopi terdiri dari sisa buah kopi setelah biji dipisahkan. Produksi kopi di Bali 3 tahun terakhir rata-rata 15.266,33 ton/tahun dengan kulit kopi yang di hasilkan sekitar 40-45% yaitu sekitar 6.106,53 – 6.869,85 ton/ tahun (Sumber : BPS Provinsi Bali). Komponen utamanya adalah serat kasar, gula sederhana, dan sedikit protein. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, kulit kopi kering mengandung sekitar 8–12% protein kasar, 18–25% serat kasar, 1–2% lemak, dan 7–9% abu. Dalam bentuk mentah, kulit kopi memiliki zat antinutrisi seperti tanin dan kafein yang bisa menurunkan palatabilitas (selera makan) ternak. Karena itu, diperlukan pengolahan terlebih dahulu, misalnya melalui proses fermentasi, pencampuran dengan bahan lain, atau pengeringan matahari. Kandungan nutrisi kuit kopi akan meningkat dengan adanya proses fermentasi, selain tiu juga proses fermentasi dapat menngkatkan palabilitas ternak. Melalui pengolahan yang tepat, limbah ini dapat berubah menjadi sumber pakan bernutrisi sekaligus solusi ramah lingkungan.

Di Bali, sektor kopi dan peternakan sama-sama berkembang di wilayah pegunungan. Contohnya, di Desa Wanagiri, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, kelompok peternak “Sami Mupu” telah melaksanakan pelatihan pembuatan pelet pakan kambing berbasis kulit kopi. Kegiatan ini memperlihatkan sinergi antara petani kopi dan peternak dalam mengelola sumber daya lokal secara berkelanjutan. Program semacam ini mendukung ekonomi sirkular, yaitu pemanfaatan limbah dari satu sektor (perkebunan kopi) menjadi input produktif bagi sektor lain (peternakan). Dengan meningkatnya harga pakan komersial, penggunaan kulit kopi bisa menghemat biaya produksi ternak sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan.
Meskipun potensinya besar, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, antara lain:

  1. Kadar serat kasar dan kafein tinggi: jika tidak diolah, kulit kopi sulit dicerna oleh ternak dan dapat menyebabkan penurunan konsumsi pakan.
  2. Proses fermentasi harus tepat: fermentasi yang tidak sempurna justru bisa menimbulkan jamur berbahaya atau menurunkan kualitas nutrisi.
  3. Ketersediaan teknologi sederhana: peternak kecil masih membutuhkan pendampingan untuk mengolah limbah kopi menjadi bentuk pakan siap pakai.
  4. Kesesuaian dengan jenis ternak: kulit kopi lebih cocok untuk ruminansia (sapi, kambing, domba) dibanding unggas atau babi.

Langkah Praktis Pengolahan Kulit Kopi

Berikut contoh sederhana untuk mengolah kulit kopi menjadi pakan fermentasi:

  1.  Siapkan bahan:
        – 10 kg kulit kopi segar atau kering
        – 1 liter air larutan EM4 atau ragi tape
        – 1 kg dedak halus
        – 2 liter air gula (sebagai sumber energi mikroba)Campur semua bahan hingga merata
  2.  masukkan ke dalam wadah tertutup (drum atau plastik silase).
  3. Fermentasi selama 7–10 hari, buka dan jemur hingga setengah kering sebelum diberikan ke ternak.
  4. Kulit kopi fermentasi ini bisa diberikan hingga 20–30% dari total ransum tergantung jenis ternak dan kondisi pakan lain.

Manfaat Ekonomi dan Lingkungan

Pemanfaatan kulit kopi memberikan keuntungan ganda:

  • Bagi petani kopi: mengurangi limbah dan membuka peluang usaha baru dari penjualan bahan pakan.
  • Bagi peternak: menekan biaya pakan hingga 15–30%.
  • Bagi lingkungan: mengurangi polusi dari limbah perkebunan dan mendukung prinsip pertanian berkelanjutan.

Pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan ternak merupakan langkah nyata menuju peternakan berkelanjutan di Bali. Dengan pengolahan yang sederhana, limbah yang semula tidak bernilai bisa menjadi sumber nutrisi ternak yang murah dan ramah lingkungan. Sinergi antara petani kopi, peternak, dan lembaga pendamping akan mempercepat penerapan inovasi ini. Bali memiliki semua modal antara lain sumber bahan, pengetahuan lokal, dan semangat gotong royong untuk menjadikan kulit kopi sebagai bagian penting dari sistem pertanian terpadu yang hijau dan produktif.