APH kurangi ketergantungan Petani terhadap pupuk kimia

Ditulis oleh : I Made Budiana, SP
(POPT Ahli Muda)

Ketergantungan kita terhadap bahan-bahan kimia (pupuk kimia) apalagi yang bersifat racun (insektisida, fungisida, bakterisida dll) harus segera kita tinggalkan. Kita harus berusaha menggali bahan-bahan yang tersedia di sekitar kita yang bisa dimanfaatkan untuk mengganti bahan kimia tersebut. Sudah saatnya kita kembali ke alam, banyak mikroorganisme yang dapat kita manfaatkan untuk proses kelestarian lingkungan. Salah satu mikroorganisme yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah dan bio fungisida adalah jamur Trichoderma, sp. Mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman di lapangan. Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan sebagai stimulator pertumbuhan tanaman dalam bentuk metabolit sekunder APH atau keringat jamur.

Menurut Kepala UPTD. Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan pada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali, Ir. Anang Priyono, M.Sc “ Dirasakan sangat penting untuk membekali petani dengan keterampilan memperbanyak Agensia Hayati dengan melaksanakan pelatihan perbanyakan Agensia Hayati. Tidak hanya sekedar pemaparan teori, akan tetapi dapat langsung dipraktekkan oleh petani itu sendiri’. Dengan pelaksanaan pelatihan perbanyakan dan penyebaran APH (Agensia Pengendali Hayati) di Subak Abian Hasil Kasih, Desa Asah Duren, Kec. Pekutatan, Kab. Jembrana dan Desa Umejero, Kec. Busungbiu, Kab. Buleleng yang telah dilaksanakan pada bulan Mei 2019 yang diikuti oleh 50 orang petani diharapkan mereka dapat membuat perbanyakan APH sendiri serta langsung dapat menggunakannya untuk melakukan pencegahan serangan OPT khususnya pada tanaman perkebunan yang mereka kelola. Dengan tindakan pencegahan (preventif) terhadap serangan OPT menggunakan APH diharapkan tidak akan ada eksplosif serangan OPT perkebunan.