Demplot Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tembakau

Oleh I Made Budiana,SP
POPT Ahli Muda

Tanaman Tembakau sejak lama menjadi komoditas perkebunan yang strategis bagi perekonomian nasional karena memberikan kontribusi penerimaan Negara berupa cukai cukup besar. Namun demikian tidak mudah, banyak tantangan yang dihadapi diantaranya serangan hama yang bisa menurunkan hasil dan kualitas tembakau. Tanaman tembakau adalah salah satu komoditas pertanian semusim yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Daun tembakau dimanfaatkan sebagai bahan baku rokok dan cerutu. Daun tembakau mengandung nikotin dan berasa pahit serta senyawa neurotoksin yang mampu membunuh serangga. Di dalam dunia pertanian, ekstrak daun tembakau dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama tanaman. Antara lain untuk mengendalikan ulat, kutu daun, oteng-oteng dan lain sebagainya. Akan tetapi kandungan neurotoksin tidak membuat ulat dan hama lainnya enggan untuk memakan daun tembakau.

Sebagai komoditas yang bernilai ekonomis tinggi, maka pengelolaan tanaman tembakau dilakukan dengan sangat insentif, sehingga banyak melibatkan tenaga kerja mulai dari pembibitan, tanaman, panen sampai prosesing. Namun sampai saat ini beberapa kendala masih tetap dihadapi, salah satunya adalah adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang dapat mengakibatkan kerugian cukup besar, jika tidak dilakukan pengendalian. Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang menyerang daun tembakau yaitu hama Ulat grayak (Spodoptera litura Rabricius) dan Ulat Pupus (Helikoverpa armigera Hubner). Selain hama beberapa penyakit tanaman juga terdapat pada tanaman tembakau. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nilai ekonomis tanaman tembakau terletak pada daun sehinga, serangan hama dan penyakit ini cukup merugikan.Untuk melakukan pengendalian hama dan penyakit tanaman tembakau BBPPTP Surabaya melakukan kerjasama dengan UPTD Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan di bawah pimpinan bapak Ir.Anang Priono,M.Sc melakukan demplot yang berlokasi di Subak Sanga, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar.

Pengendalian OPT merupakan bagian penting dalam proses produksi, yang menjadi tanggung jawab petani dan pemerintah. PHT adalah system pengendalian yang compatible, secara ekologis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan. Ini berarti merupakan konsepsi pengendalian yang berwawasan lingkungan dengan prinsip PHT tidak mutlak memusnahkan atau membrantas OPT, tetapi mengendalikan OPT agar populasi tetap berada dibawah ambang ekonomi.  Tanaman tembakau termasuk family solanaceae bersama dengan tanaman lainnya, misalnya : Solanum tuberosum, Solanum melongena, Solanum licopersicum, dan Capsicum annum. Famili Solanaceae mempunyai 85 genus, yang terdiri dari ±1.800 spesies. Nicotiana merupakan genus yang paling banyak dibudidayakan sehingga dijadikan induk.

Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas pada tanah yang subur dan bukan berasal dari cabutan. Tanaman dari bibit cabutan terkadang mengalami gangguan kerusakan akar. Jenis akar tunggang pada tanaman tembakau yang tumbuh subur, terkadang dapat tumbuh sepanjang 0,75 m. selain akar tunggang, terdapat pula akar-akar serabut dan bulu-bulu akar. Pertumbuhan perakaran ada yang lurus, berlekuk, baik pada akar tunggang maupun pada akar serabut.

Pada pertumbuhan yang normal, batang tembakau dapat tumbuh tegak dengan bantuan ajir (lanjaran). Tembakau bawah naungan dapat mencapai ketinggian 4 m karena tanaman mempunyai sifat etiolasi. Batang ada yang bercabang, meskipun kebanyakan tidak bercabang. Biasanya, tanaman tembakau akan bercabang apabila bagian titik tumbuhnya terputus, sehingga merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru. Apabila bagian batang dibelah di dalamnya terdapat empulur. Adapun tembakau bukan bawah naungan, ketinggian batangnya rata-rata 1,75 m.

Daun tembakau sangat bervariasi, ada yang berbentuk ovalis, oblongus, orbicularis dan ovatus. Daun-daun tersebut mempunyai tangkai yang menempel langsung pada bagian batang. Jumlah daun yang dapat dimanfaatkan dalam setiap batangnya dapat mencapai 32 helai daun. Ukuran daun dan tebal tipisnya juga berbeda-beda, tergantung jenis daun, varietas yang ditanam, kesuburan tanah dan pengelolaan.

      Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk seperti terompet. Warna dalam bunga ada yang kemerahaan dan putih. Proses masaknya buah setelah terjadi pembuahan memerlukan waktu lebih 20 hari.

Adapun hama yang biasanya menyerang tanaman tembakau diantaranya:

  1. Ulat Pucuk Tembakau (Helicoverpa assulta Genn dan Helicoverpa armigera Hubner). Gejala serangan terlihat dari daun tembakau yang berlubang-lubang karena ulat memakan pucuk daun dan daun atas. Pada saat serangan terjadi gejala tersebut belum nampak dan gejala akan nampak jelas setelah daun tembakau membesar. Tanaman inang lain adalah kapas, jagung, tomat, kedelai, buncis, asparagus dan jarak. 
  2. Ulat grayak (Spodoptera litura F). Serangan terjadi pada malam hari biasanya bergerombol di pembibitan maupun di pertanaman. Dari stadia telur sampai menjadi larva instar 5 yang dapat menyerang tanaman memerlukan waktu 22 – 60 hari.
  3.  Kutu Tembakau (Myzus persicae). Kutu ini merusak tanaman tembakau karena mengisap cairan daun  tanaman, menyerang di pembibitan dan pertanaman, sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Kutu ini menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi lengket dan ditumbuhi cendawan berwarna hitam. Kutu daun secara fisik mempengaruhi warna, aroma dan tekstur dan selanjutnya akan mengurangi mutu dan harga. Secara Khemis kutu daun mengurangi kandungan alkoloid, gula, rasio gula alkoloid dan meningkatkan total nitrogen daun. Kutu daun dapat menyebabkan kerugian sampai 50 %, kutu daun dapat menyebabkan kerugian   22 – 28 % pada tembakau flue-cured. Kutu Putih (Bemisia tabaci Genn). Baik kutu dewasa maupun nimfanya mengisap cairan daun sehingga daun menjadi rusak. Disamping merusak daun, kutu ini juga menjadi vektor bagi virus krupuk atau penyakit mosaik tembakau.
  4. Belalang pada tanaman tembakau ada tiga jenis yaitu Oxya chinensis Thnb., O. velox F., dan Valanga spp. (Orthoptera; Acrididae). Kerusakan akibat serangan mereka berupa daun-daun yang berlubang-lubang atau terkoyak. Hama ini memakan daun-daun tanaman seperti kapas, padi, milet, jagung, dan berbagai rumput-rumputan.

Beberapa penyakit yang dapat menimbulkan kerugian cukup besar pada tanaman tembakau adalah sebagai berikut.

  • Penyakit Rebah Kecambah. Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Phytium spp, Sclerotium sp dan Rhizoctonia sp. Penyakit ini pada umumnya menyerang di pembibitan, dengan gejala serangan pangkal bibit berlekuk seperti terjepit, busuk, berwarna coklat dan akhirnya bibit roboh. Penyakit biasanya menyerang didaerah dengan suhu 240C, kelembaban di atas 85 % drainase buruk curah hujan tinggi dan pH tanah 5,2 – 8,5. Penyakit ini dapat diatasi dengan pengaturan jarak tanam pembibitan, disinfeksi tanah sebelum penaburan benih atau penyemprotan pembibitan serta pencelupan bibit sebelum tanam dengan fungisida.
  • Penyakit Lanas. Patogen penyebab penyakit ini adalah cendawan Phytophthora nicotianae var Breda de Haan (Semangun 1988). Gejala serangannya dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu :
  • Tipe 1; Tanaman yang daunnya masih hijau mendadak terkulai layu dan akhirnya mati, pangkal batang dekat permukaan tanah busuk berwarna coklat dan apabila dibelah empulur tanaman bersekat-sekat,
  • Tipe 2; Daunnya terkulai kemudian menguning tanaman layu dan akhirnya mati,
  • Tipe 3; Bergejala nekrosis berwarna gelap terang (konsentris) dan setelah prosesing warnanya lebih coklat dibanding daun normal. Penyakit Kerupuk. Patogen penyebabnya adalah virus krupuk tembakau (Tabacco Leaf Corl Virus = TLCV). Gejala serangannya adalah daun terlihat agak berkerut, tepi daun melengkung ke atas, tulang daun bengkok, daun menebal, atau sampai daun berkerut dan sangat kasar.
  • Penyakit Layu Bakteri. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Gejala serangannya adalah layu sepihak pada daun maupun sisi pertanaman, bentuk daun asimetris, pangkal batang busuk berwarna coklat. Apabila potongan batang atau ibu tulang daun dimasukkan kedalam air jernih akan tampak aliran masa bakteri putih seperti asap rokok.
  • Sedangkan penyakit lain yang kurang berbahaya tapi sering menyerang tanaman tembakau adalah penyakit mosaik tembakau, nematoda, karat daun, embun tepung dan antraknosa.

Perlakuan pada Kegiatan Demplot Penerapan Teknologi PHT OPT Tembakau dilakukan bersama-sama petani, petugas lapang dan petugas Kabupaten serta Provinsi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Bahan pengendali serta yang terkandung di dalamnya dan cara penggunaannya/aplikasinya yang digunakan antara lain :

Kajian ini dirancang mengikuti kaedah statistik umum sebagai berikut :

Desain/rancangan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) lengkap dengan 6 perlakuan Uji. Masing-masing perlakuan Uji akan diulang sebanyak 3 kali. Sehingga terdapat 18 petak perlakuan di lapang untuk satu orang petani.Pengujian ini dilakukan pada 5(lima) orang petani untuk mendapatkan data yang lebih valid dan akurat.Sampel yang diambil/diukur sebanyak 5 tanaman/Perlakuan/Ulangan. Ke-6 perlakuan tersebut adalah :

1 = Pesnab Balitro
2 = Pesnab Hayati + MS Trichoderma
3 = Pesnab Balitro + Bakterisida
4 = Pesnab Hayati + MS Trichoderma + Bakterisida
5 = Pesnab Balitro + MS Trichoderma + Bakterisida
6 = Kontrol

Gambar Denah Petak Percobaan Di Lokasi Demplot

Keterangan :
I,II,III = Ulangan 1,2,3,4,5,6 = Perlakuan

Tembakau Terserang Penyakit

Pengendalian Hama dan Penyakit dilakukan dua minggu sekali atau sebulan 2 kali dengan cara spraying menggunakan bahan – bahan pengendali yang sudah dipersiapkan dan sesuai dengan aturan penggunaannya.Dan untuk pengamatan hama dan penyakit serta musuh alami dilakukan sebulan sekali. Dengan menggunakan teknologi Pengendalian Hama Terpadu(PHT) diharapkan keseimbangan ekosistem tetap terjaga dan rantai makanan bisa berjalan sesuai harapan sehingga tidak akan terjadi resurjensi.

Dengan menggunakan pengendalian yang ramah lingkungan diharapkan terjadi  peningkatan produktifitas, baik kualitas maupun kuantitas hasil yang ditandai dengan peningkatan produksi akibat dari menurunnya persentase serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) tembakau setelah introduksi teknologi pengendalian PHT pada Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) tembakau. Dari hasil demplot teknologi Pengendalian Hama Terpadu(PHT) yang dilakukan ini  dapat digunakan sebagai rekomendasi teknologi dalam pembinaan petani dan pelaksanaan dilapangan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani.