Food Losses dan Food Waste Ditinjau dari Sisi Pemasaran

Oleh:
I Wayan Suarjana, S.TP
Calon Analis Pasar Hasil Pertanian-Ahli Pertama
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali

Sejatinya pangan merupakan isu krusial bagi semua negara baik negara maju maupun berkembang, hal ini erat kaitannya dengan posisi sentral pangan sebagai kebutuhan pokok setiap makhluk hidup khususnya manusia untuk dapat mempertahankan hidup dan eksistensinya dari kepunahan. Suryana (2002) dengan tegas menyatakan bahwa kekurangan pangan secara masif di suatu negara dapat menyebabkan terjadinya kerawanan ekonomi, sosial maupun politik yang berdampak pada instabilitas negara bersangkutan. Menilik hal tersebut, membuat pangan menjadi prioritas bagi semua negara untuk memastikan ketersediaannya dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik, kemudahan akses maupun harga yang berkeadilan dalam rantai pasok pangan. Negara super power sejatinya tidak hanya serta merta dilihat dari sisi kekuatan militer, ekonomi maupun pendidikan saja namun lebih mendasar dari hal tersebut yakni bagaimana kemampuan suatu negara bersangkutan dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya bahkan lebih jauh bisa menguasai perdagangan pangan dunia.

            Pemasaran merupakan suatu sistem yang kompleks dalam upaya manusia menyediakan kebutuhannya yang mencakup penciptaan sesuatu dan mempertukarkan barang, jasa maupun nilai antar individu, individu dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok (Putri et al., 2016). Pemasaran pangan erat kaitannya dengan subsektor hulu-hilir dalam lingkup pertanian dalam arti luas yang saling mempengaruhi. Pemasaran komoditas pangan sangat penting bagi suatu negara termasuk Indonesia yang secara geografi merupakan negara kepulauan. Selain itu, prospek industri dan pemasaran pangan sangat cerah di Indonesia karena tersedianya sumber daya yang melimpah (Darwis et al, 2009). Kondisi ini memerlukan manajemen pemasaran pangan yang komprehensif dari hulu-hilir terutama untuk memastikan komoditas pangan tersebut dapat diakses oleh rakyat dengan tepat waktu, tepat lokasi, tepat jumlah, tepat kualitas maupun tepat harga.

            Banyak persoalan yang mesti dicermati dan diformulasikan strategi pemecahannya dalam pemasaran komoditas pangan di Indonesia. Sedikit dari persoalan tersebut yakni food losses dan food waste. Menteri Pertanian Republik Indonesia, Syahrul Yasin Limpo, yang dikutip pernyataannya dalam akun Instagram resmi Kementrian Pertanian Republik Indonesia (@kementrianpertanian) mengatakan bahwa “FAO melaporkan bahwa sepertiga bahan pangan yang diproduksi dunia terbuang dan menjadi sampah yang tidak dapat didaur ulang”. Beliau lebih lanjut menekankan bahwa disaat yang sama kebutuhan pangan dunia harus dapat tercukupi untuk sembilan milyar penduduk di tahun 2050, untuk itu diperlukan manajemen yang baik untuk mencegah food losses dan food waste. Pernyataan Menteri Pertanian Republik Indonesia tersebut sebenarnya telah diingatkan oleh FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) pada tahun 2011 yang lalu. Organisasi pangan dunia ini mengingatkan semua negara bahwa isu food losses dan food waste merupakan isu yang krusial bagi kemanusiaan.

            FAO dalam Global Food Losses and Food Waste yang disusun untuk Kongres Internasional di Interpack 2011, Dusseldorf, Germany menyatakan bahwa food losses mewakili dari terbuangnya berbagai sumber daya dalam aspek produksi seperti tanah/lahan, air, energi dan input produksi. Perlu diingat bahwa food losses maupun food waste ini banyak terjadinya dalam tahap pemasaran dan hilirisasi komoditas pangan karena kurangnya penerapan GHP (Good Handling Practices) maupun GMP (Good Manufacturing Practices). Food losses dilihat dari sisi ekonomi sangat dihindari karena memiliki dampak negatif secara langsung terhadap pendapatan petani maupun konsumen (FAO, 2011).

Gambar 1. Tumpukan Pangan yang Dibuang
Sumber: khaleejtimes.com

Secara khusus, Food losses mengacu pada penurunan jumlah/proporsi pangan yang bisa dimakan/dikonsumsi yang seluruhnya merupakan bagian dari rantai pasokan khususnya pangan yang dikonsumsi manusia (FAO, 2011). Kemudian, diperkuat lagi oleh Partfit et al (2010) dalam FAO (2011) menyatakan bahwa food losses terjadi pada tahap produksi, pascapanen maupun tahap pengolahan dalam rantai pasokan pangan. Food losses dapat terjadi karena beberapa hal berikut :

  1. Kualitas produk yang tidak sesuai dengan preferensi pasar akibat tahapan produksi yang tidak sesuai dengan GAP;
  2. Penanganan pascapanen yang tidak sesuai dengan GHP;
  3. Fluktuasi harga yang menyebabkan produk tidak terserap sepenuhnya di pasar;
  4. Kurangnya pemahaman SDM berkenaan dengan upaya menekan food losses.

Isu food losses dan food waste difokuskan untuk pangan yang secara langsung dikonsumsi oleh manusia. Menilik pernyataan para ahli diatas menyadarkan kita bahwa rantai pasokan pangan kita belum sepenuhnya mampu meminimalisir terjadinya food losses dan food waste. Hal ini terjadi karena berbagai faktor internal dan eksternal yang harus dikendalikan secara komprehensif oleh semua pihak dengan didukung oleh pemerintah dan akademisi dibidang terkait. Diperlukan kebijakan nyata dari pemerintah baik dari sisi regulasi, penyebarluasan informasi maupun pendampingan kepada produsen, lembaga pemasaran maupun konsumen untuk mengurangi dampak negatif dari food losses dan food waste ini.

Food Waste bisa dipahami sebagai makanan atau pangan siap konsumsi namun malah berakhir di pembuangan sampah. Selain sejumlah sumber daya yang terbuang percuma, food waste bisa berdampak negatif bagi lingkungan karena bisa menghasilkan gas metana, karbondioksida dan lainnya yang bisa menyebabkan kerusakan ozon. Selain pencemaran udara, food waste yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan pencemaran air, tanah maupun menjadikan lingkungan sekitarnya berbau busuk. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya food waste antara lain: a) gaya hidup/gengsi; tidak menghabiskan makanan dianggap sebagai gaya hidup dan tren di kalangan anak muda, b) Mengambil makanan secara berlebihan sehingga tidak habis dikonsumsi, c) membeli atau memasak makanan yang tidak disukai. Kebiasaan-kebiasaan ini harus diluruskan agar pangan yang seharusnya dapat menghidupi sejumlah manusia tidak berakhir di tempat sampah.

FAO (2011) membagi potensi terjadinya food losses dan food waste sebagai berikut: Komoditas sayuran dan buah: a) Produksi pertanian meliputi kerusakan mekanis dalam tahapan produksi. b) Penanganan pascapanen dan penyimpanan meliputi: kerusakan dan degradasi selama penanganan pascapanen, penyimpanan dan transportasi. c) Pengolahan meliputi: kerusakan dan degradasi yang terjadi saat proses pengolahan komoditas menjadi produk turunannya baik dalam skala rumah tangga maupun industri. d) Distribusi meliputi: kerusakan, kehilangan dan terbuangnya pangan saat tahapan pendistribusian di pasar baik pasar modern maupun tradisional. e) Konsumsi meliputi: potensi kehilangan dan terbuang selama konsumsi pada level rumah tangga. Sedangkan untuk komoditas ternak dan produk turunannya yakni : a) Produksi pertanian/peternakan meliputi kerusakan/kehilangan/kerugian ternak akibat kematian ternak selama budidaya, hilang/lepasnya ikan selama penangkapan maupun penurunan produksi dan kualitas susu akibat gangguan pada sapi. b) Pascapanen dan penyimpanan meliputi: kematian ternak selama transportasi ke RPH/ lokasi pemotongan atau pemotongan di RPH, untuk komoditas perikanan terjadi ketika pembekuan, pengemasan, penyimpanan dan transportasi komoditas perikanan. Sedangkan komoditas susu, kerusakan sering terjadi pada tahap transportasi dari kandang ke lokasi distribusi. c) Pengolahan meliputi: kerusakan/kehilangan/potensi terbuang percuma ketika proses pemotongan di RPH atau tempat pemotongan dan pengolahan tambahan lainnya. Komoditas perikanan berpotensi mengalami kerusakan/kehilangan, contohnya pada tahap pengalengan ataupun pengasapan, sedangkan komoditas susu sering mengalami kerusakan/kehilangan saat pengolahan di industri susu seperti dalam proses pasteurisasi, pengolahan yogurt, keju dan lainnya. d) Distribusi meliputi : kerusakan/kehilangan dalam sistem pasar baik di pasar modern maupun tradisonal. e) Konsumsi meliputi: kerusakan/kehilangan pada tingkat rumah tangga.

Gambar 2. Transportasi Produk Pertanian Sumber: tvonenews.com, tribunnews.com

Semua pihak perlu duduk bersama untuk meminimalisir terjadinya food losses dan food waste yang terjadi. Strategi yang diterapkan antara lain dengan memperbaiki perspektif dalam industri pertanian dalam arti luas yang berorientasi pada efisiensi dan kualitas produk pangan. Perubahan perspektif tersebut bisa dilakukan dengan cara memberikan edukasi, pendampingan, stimulus, peluang pasar dan informasi pasar yang cukup bagi semua pihak dalam rantai pasokan komoditas pangan. Hal ini penting dalam upaya memenuhi permintaan dalam negeri maupun ekspor yang sangat potensial untuk dipenuhi mengingat rantai pasokan pangan yang semakin kompleks dan mengglobal. Secara lebih khusus dan cepat perbaikan perlu dilakukan pada aspek teknik panen, fasilitas penyimpanan, rantai dingin maupun bimbingan teknis dari pihak terkait. Disisi lain diperlukan informasi dan pemahaman yang sama terhadap konsumen di tingkat rumah tangga untuk mengurangi bahkan menghindari food losses dan food waste. Hal ini penting karena akan sia-sia jika perbaikan dilakukan di sisi produsen dan lembaga pemasaran sedangkan di sisi konsumen tidak memahami pentingnya food losses dan food waste dengan baik.

Kepustakaan:

Darwis, Valeriana., Muslim, Chairul., Askin, Andi. 2009. Analisa Usahatani dan Pemasaran Ubi Kayu Serta Teknologi Pengolahan Tapioka di Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Gustavsson, Jenny., Cederberg, Christel., Sonesson, Ulf., Van Otterdijk, Robert., Meybeck, Alexandre. 2011. Global Food Losses and Food Waste. Study conducted for the International Congress “Save Food!” at Interpack 2011 Dusseldorf, Germany. Food and Agriculture Organization of the United Nations.

Putri, Budi Rahayu Tanama., Budiartha, I Wayan., Suciani., Parimartha, Ketut Warsa., Sukanata, I Wayan., Kayana, I Gst Ngurah. 2016. Diktat Marketing Produk Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Udayana.

Suryana, A. 2002. Keragaan Perberasan Nasional dalam Pambudy et al (Eds). Kebijakan Perberasan di Asia. Regional Meeting in Bangkok, Oktober 2002.