Gerdal Ramah Lingkungan pada OPT Cabai di Subak Pegatepan

Oleh :
Komang Riska Wardani, S.P.
POPT Ahli Pertama
UPTD. Balai Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali

Setiap musim mempunyai tantangan tersendiri bagi para petani. Pada musim kemarau biasanya banyak terjadi ledakan hama, sedangkan pada musim hujan banyak terjadi ledakan penyakit terutama yang berkaitan dengan bakteri dan jamur. Kondisi lingkungan yang lembab dan basah menjadi kondisi yang nyaman bagi perkembangan patogen atau sumber penyakit. Ketika musim penghujan tiba, akan terlihat banyak penyakit bermunculan, antraknosa salah satunya. Hingga saat ini antraknosa masih menjadi penyakit utama pada tanaman cabai.

Gerakan Pengendalian (gerdal) ramah lingkungan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) cabai pada kegiatan budidaya cabe rawit seluas 8 ha. Gerdal dilaksanakan oleh Kelompk Tani Pegatepan, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung. Kegiatan ini dihadiri oleh 30 orang yg terdiri dari POPT, Penyuluh Pertanian BPP Klungkung, dan anggota kelompok tani serta didampingi oleh BPTPHBUN Provinsi Bali.

Adapun serangan OPT pada cabai di Subak Pegatepan adalah penyakit antraknose dengan intensitas ringan. Patogen utama penyakit antraknosa pada cabai di Indonesia paling banyak disebabkan oleh jamur Colletotrichum acutatum SimmonPenyakit antraknose yang disebabkan oleh jamur C. acutatum dapat menyerang semua fase buah cabai baik yang masak maupun yang masih muda, tetapi tidak menyerang daun dan batang tanaman cabai.

Infeksi jamur Colletotrichum sp. pada tanaman ditandai dengan gejala awal berupa bintik- bintik kecil yang berwarna kehitam-hitaman dan sedikit melekuk, ditengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang merupakan kelompok seta dan konidium jamur. Serangan lebih lanjut mengakibatkan buah mengkerut, kering dan membusuk. Fungisida kimia atau sintesis untuk mengendalikan Colletotrichum sp. banyak dilakukan di lapangan, namun penggunaan fungisida kimia mengakibatkan dampak negatif pada keberlangsungan ekosistem, lingkungan, dan manusia yang mengkonsumsinya. Oleh karena itu, perlu dicari cara alternatif lain untuk pengendalian penyakit antraknosa yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan. Salah satu diantaranya yaitu pemanfaatan agen hayati. Salah satu mikroorganisme antagonis yang dapat digunakan ialah bakteri Paenibacillus polymyxa yang memiliki sifat antagonis terhadap pertumbuhan patogen dan juga memiliki sifat menginduksi ketahanan tanaman.

Kegiatan Gerdal Ramah Lingkungan OPT Cabai di Subak Pegatepan menggunakan APH Paenibacillus polymyxa yang diproduksi oleh Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) Celuk. APH di aplikasikan pada pagi hari maupun sore hari, menghindari terik sinar matahari untuk mengurangi evaporasi dan menjaga kestabilan bakteri Paenibacillus polymyxa. Penyemprotan diberikan dengan dosis 5 liter/ ha dan diberikan bantuan untuk dua kali aplikasi pada lahan cabai. Dengan adanya kegiatan Gerakan pengendalian ramah lingkungan ini, diharapkan dapat membantu petani dalam mengendalikan OPT cabai dengan memperhatikan kesehatan petani, lingkungan serta mampu meningkatkan kesejahteraan petani.

Untuk selengkapnya dapat disimak dalam video berikut ini :