Hari Temu Lapang Penerapan Pengendalian Hama Terpadu OPT Tanaman Cengkeh di Subak Abian Werdhi Amerta Desa Unggahan, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng – Bali pada Tanggal 7 Juli Tahun 2022

Oleh:

1. Anang Priyono POPT Ahli Madya

2. Putu Sugita POPT Ahli Madya

Subak Abian Werdi Amertha, merupakan perkumpulan petani untuk lahan kering di Desa Unggahan, Kecematan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali berjumlah 728 anggota dengan luas hamparan 933,8 ha dengan jenis tanaman utama yaitu cengkeh.

Pada tahun 2013 yang lalu, daerah ini tanaman cengkehnya terserang penyakit Jamur Akar Putih, yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus Lignosus.  Kegiatan Sekolah Lapang dan bantuan bahan pengendalian berupa jamur Trichoderma telah diberikan, akan tetapi pelaksanaannya belum optimal dikarenakan tidak berkelanjutan.

Pada tahun 2022, pemerintah melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan,  Dirjenbun – Kementan, memberikan bantuan pelatihan Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PPHT) untuk Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada tanaman cengkeh seluas 100 ha. Bantuan ini ditempatkan di Desa kayu Putih, Kecamatan Sukasada 50 ha dan di Desa Unggahan 50 ha.

Penerapan PHT

Kegiatan Penerapan PHT OPT cengkeh ini merupakan kegiatan pelatihan lanjutan dari Sekolah Lapangan PHT, pada kegiatan ini, focus pelatihan pada praktek pembuatan bahan pengendali yang ramah lingkungan berupa Metabolit Sekunder (Metsek), pupuk organic ber-APH (agen pengendali hayati), cara pengamatan dan pelaksanaan pengendalian OPT cengkeh.  Selain itu, kelompok  dibantu 4 buah shaker atau alat pengocok untuk membuat Metsek, 2 shaker di Desa Unggahan dan 2 shaker lainnya di kelompok Desa Kayu Putih, bahan lainnya berupa Kompos/pupuk organik dan stater Trichoderma.  Paserta difasilitasi sebanyak 6 kali pertemuan dan 1 kegiatan Field day atau Hari Temu lapang, kemudian sosialisasi kegiatan, praktek pembuatan Metsek, praktek pembuatan kompos dan pupuk organic ber-APH, pengamatan awal serangan OPT cengkeh dan pengamatan lanjutan setelah aplikasi metsek.  Pada praktek aplikasi metsek, peserta membuat studi sederhana di kebun pembelajaran untuk membandingkan cara aplikasi yang paling mudah dan efektif.

Gambar 2. Contoh hasil Metabolit Sekunder yang dihasilkan oleh peserta, yaitu Metsek Trichoderma dan Beauveria bassiana

Hari Temu Lapang/Field Day

Hari Temu Lapang atau Field day merupakan hari puncak pertemuan PPHT, merupakan hari-hari yang ditunggu oleh peserta kegiatan untuk sharing memaparkan semua hasil yang diperoleh selama pelatihan PPHT.  Pada tahun ini kegiatan Temu Lapang dilaksanakan di Balai Subak Werdi Amertha, Desa Unggahan, Kecamatan Seririt pada tanggal 7 Juli Tahun 2022.  Pertemuan dihadiri oleh Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Ir. Dewa Ayu Nyoman Budiasih mewakili kepala Dinas. Kemudian Made Agus Adnyana, SP. M.Si sebagai Kabid Perkebunan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Buleleng, Perbekel Desa Unggahan I Ketut Nasa, Kelian Subak dan peserta dari  Subak Abian Werdi Amertha, dan perwakilan peserta dari Desa Kayu Putih serta undangan lain dengan jumlah sekitar 100 orang.  Kegiatan Temu Lapang selain dipaparkan hasil-hasil pelatihan juga melihat secara langsung hasil praktek aplikasi Metsek terhadap Hama Penggerek Batang Cengkeh dan penyakit JAP pada tanaman cengkeh.

Hasil Studi Petani

Hasil paparan wakil peserta dari Desa Unggahan dan kayu Putih bahwa aplikasi Metsek untuk pengendalian hama penggerek batang dan penyakit JAP cukup efektif dengan keberhasilan untuk penggerek batang cengkeh hampir 100 persen lubang gerek menjadi kering , sedangkan untuk penyakit JAP bervariasi antara 30 – 90 persen penutupan jamur berkurang selama 1-2 bulan pengamatan.

Berdasarkan pengalaman peserta dari Desa Unggahan, aplikasi dengan system infus akar adalah yang paling efektif untuk pengendalian JAP, dengan efektifitas mencapai 90%, tetapi cara ini menemui kendala terutama pada lahan datar, untuk mencari akar yang diperlakukan infus.  Perlakuan infus akar sangat ideal dilakukan pada lahan yang telah menerapkan perlakuan teras sering, karena lebih mudah menemukan akar untuk perlakuan.  Cairan infus akan habis antara 3-7 hari dan dapat dengan mudah dilakukan aplikasi pengulangan.  Perlakuan dengan cara siram atau tetes, efektifitasnya bervariasi antara 30-60 persen.

Perlakuan pupuk organi ber-APH, juga cukup efektif, tetapi aktifitasnya perlahan atau perlu waktu yang cukup untuk berkembang dan melawan jamur akar putih.  Perlakuan perpaduan infus dan aplikasi pupuk ber-aph sangat disarankan dari hasil kajian peserta PPHT OPT tanaman cengkeh di Bali.

Tindak Lanjut

Permasalahan yang ditemukan oleh peserta selama pelatihan PPHT yaitu ketersediaan isolate aph untuk membuat Metabolit Sekunder.  Untuk itu peserta dari Desa Unggahan sudah memesan isolate Trichoderma ke BPTPHBUN, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali sebanyak 130 botol.  Selanjutnya peserta PPHT OPT cengkeh meminta pelatihan pembuatan isolate sehingga ketergantungan peserta terhadap isolate dapat diatasi atau diminimalisir. Saran dari Petugas BPTPHBUN Ibu Putu Ayu Ningrat, SP. Kelompok diminta mengajukan permohonan secara tertulis melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali.  Selain itu dari nara   sumber lainnya petani disarankan menanam Belimbing wuluh, karana buah belimbing wuluh yang tua dan jatuh dapat sebagai media tumbuh jamur Trichoderma di lapang, sehingga kegiatan eksplorasi lebih mudah dilakukan.    

Walaupun banyak manfaat pelaksanaan kegiatan PPHT OPT cengkeh ini, keberlanjutan dan pendampingan lanjutan lebih penting lagi, karena hasil monev terhadap kelompok yang sebelumnya dilatih dan diberikan bantuan alat Shaker, sebagian tidak berlanjut karena alasan tidak tersedianya Isolat aph,  pemahaman managemen kebun, khususnya pada saat panen untuk menyisihkan 10 % hasil kebun setiap tahunnya untuk keperluan perawatan tanaman seperti pembelian pupuk, bahan pengendali OPT, termasuk isolate aph perlu terus disosialisasikan.