Kegiatan Regu Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (RPO) Untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Perkebunan

OLEH I MADE BUDIANA,SP
POPT AHLI MUDA

Untuk menyukseskan pembangunan pertanian bukanlah semata-mata mengejar peningkatan jumlah produksi tetapi harus disertai dengan peningkatan kualitas produksi. Peningkatan kualitas produksi pertanian atau pun perkebunan harus diawali dengan usaha-usaha peningkatan sumber daya manusia ( petani ), agar tahu dan mau melaksanakan sistim pertanian ramah lingkungan. Sehingga diharapkan semua produk khususnya yang dikonsumsi manusia diupayakan bersifat organik. Melihat peluang tersebut banyak kalangan (pengusaha, produsen, pedagang, dll) yang cepat-cepat beralih ke produk organik dengan memanfaatkan berbagai limbah untuk pembuatan pupuk organik atau tanaman yang ada disekitar untuk dimanfaatkan sebagai pupuk maupun  sebagai bahan pengendali hama/penyakit. Selain untuk meningkatkan hasil pertanian baik untuk tanaman keras maupun lunak, pupuk organik sangat cocok digunakan di alam tropis ini, karena tidak meninggalkan residu di dalam tanah dan membuat tanah menjadi gembur. Residu akibat penggunaan pupuk kimia yang bertumpuk di dalam tanah dalam jangka waktu panjang akan merusak unsur hara di dalam tanah yang berakibat tanah menjadi keras dan menggumpal. Berbeda  halnya dengan menggunakan berbagai tanaman (bahan organik) sebagai bahan pengendali yang ramah lingkungan maka keseimbangan ekosistem menjadi tetap terjaga. Maka dari itu UPTD Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan di bawah pimpinan bapak Ir.Anang Priyono,M.Sc dan Kasi OPT Ni Putu Winaningsih,SP mulai tahun 2018 – 2019 telah membentuk 3 kelompok RPO(Regu Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan) yaitu RPO Munduk Temu,RPO Angkah dan RPO Pesagi. RPO ini ada yang bergerak pada komoditi tanaman kopi yaitu RPO Munduk Temu,ada yang bergerak pada komoditi tanaman kakao yaitu RPO Angkah dan RPO Pesagi. Setelah mendapatkan pelatihan anggota RPO ini diharapkan pro aktif untuk melakukan pengamatan OPT pada kebun yang ada diwilayahnya dan apabila harus ada pengendalian bisa dilakukan pengendalian secara bersama-sama. Pengendalian Hama maupun Penyakit pada tanaman perkebunan saat ini dianjurkan untuk melakukan pengendalian secara hayati maupun biologi. Pengendalian hayati adalah penggunaan musuh alami (pemangsa, parasitoid, dan patogen) untuk mengendalikan populasi hama. Pengendalian hama dengan taktik atau teknologi berbasis biologi mencakup lima tipe, yaitu: pengendalian hayati, pestisida mikroba,senyawa-senyawa kimia yang memodifikasi perilaku hama, manipulasi genetika populasi hama, dan imunisasi tanaman. Penggunaan pestisida kimia merupakan alternatif terakhir jika hama dan penyakit ini sudah bersifat eksplosif dan sulit untuk dikendalikan dengan menggunakan agens hayati maupun secara biologi.

Adapun beberapa kegiatan yang telah  dilakukan pada kelompok RPO adalah pembuatan bahan – bahan yang bersifat organik diantaranya :

  1. Pupuk urea cair organik .

Pupuk urea cair organik ini setara dengan pupuk kimia 2 karung, dengan Formula 46-0-0 . Secara signifikan mengurangi biaya produksi . Pupuk cair ini adalah nutrisi utama pada tahap awal budi daya guna mempercepat pertumbuhan tanaman  dengan ” Memiliki batang panjang, daun lebar, daun berwarna hijau Tua “

Bahan bahan yg diperlukan :

1 kg Kacang hijau atau kacang kedelai (rendam  dengan air 4-5 jam).

2 kg Nenas atau 2 bh nenas . Dicacah atau di giling halus beserta kulitnya .

1 kg beras ketan direndam dg air 4-5 jam

2 kg gula merah / molase yg sudah dicairkan.

10 ltr Air kelapa / air sumur / air hujan, salah satu saja yang kita pakai.

1 liter mikroba bonggol pisang ( buat sendiri )

Cara Membuatnya :

Rendam kacang hijau/ kedelai selama 4-5 jam setelah itu tiriskan. Rendam ketan / beras        selama 4-5 jam dan tiriskan. Setelah ditiriskan, kacang hijau dan beras ketan digiling halus kemudian masukan kedalam wadah atau ember. Setelah itu tambahkan nenas yg dicacah atau yg sudah digiling masukan kedalam wadah atau ember. Tambahkan 2 kg gula merah / molase yg sudah dicairkan dalam ember. Tambahkan 1 liter Mikroba bonggol pisang. Terakhir tambahkan 10 liter air kelapa / air sumur atau air hujan kedalam ember. Kemudian diaduk dengan memengunakan kayu atau bambu agar tercampur rata .Kemudian tutup wadah secara rapat dan di fermentasi selama 14 hari. Setelah selesai masa fermentasi maka kita saring. Pisahkan dari ampas, airnya kita simpan dalam wadah diregen atau yang ada tutupnya.

Cara pengunaan dan dosis.

2 sendok makan UREA cair organik : 20 ltr air sumur (air hujan) digunakan untuk penyemprotan di tanaman. Baik digunakan untuk tanaman padi di sawah , tanaman sayuran atau hortikultura.

5 sendok makan UREA cair : 20 ltr air sumur untuk menambahkan Nitrogen ke tanah, agar tanaman bisa mengambil nutrisi melalui akar yang memberikan asupan ke batang tanaman.

Nb :  Penggunaan pupuk cair organik ini dosisnya sangat tinggi jangan sampai over dosis yang akan mengakibatkan daun menguning pada tanaman dan bisa mengakibatkan kematian.

  1. MOL Bonggol  Pisang.

MOL bonggol pisang mengandung Zat Pengatur Tumbuh Giberellin dan Sitokinin. Selain itu dalam mol bonggol pisang tersebut juga mengandung 7 mikroorganisme yang sangat berguna bagi tanaman yaitu : Azospirillium, Azotobacter, Bacillus, Aeromonas, Aspergillus, mikroba pelarut phospat dan mikroba selulotik. Tidak hanya itu MOL bonggol pisang juga tetap bisa digunakan untuk dekomposer atau mempercepat proses pengomposan.

Sebenarnya yang bisa dibuat mol bukan hanya bonggol pisang saja tetapi batangnyapun bisa digunakan untuk MOL, tetapi kalau MOL batang pisang manfaatnya tidak sehebat bonggol pisang. Dalam mol batang pisang lebih banyak mengandung unsur hara P atau phospat sehingga banyak digunakan sebagai penambah nutrisi tanaman.

Bahan pembuatan MOL bonggol pisang :

1 kg bonggol pisang

2 ons gula merah

2 liter air beras.

Cara membuat MOL bonggol pisang :

Bonggol pisang dipotong-potong kecil lalu ditumbuk-tumbuk

Iris – iris gula merah lalu masukkan dalam air cucian beras dan aduk- aduk sampai larut

Campurkan air cucian beras yang sudah ada gulanya ke dalam bonggol pisang.

Masukkan dalam jerigen dan tutup rapat, setiap 2 hari atau jika menggelembung buka tutupnya. Setelah 15 hari biasanya siap digunakan.

  1. Mol daun gamal sebagai pestisida nabati.

Dikatakan sebagai pestisida nabati karena daun gamal bisa berfungsi sebagai pengendali hama ulat dan hama penghisap (kutu), sebagai akarisida (pengendali tungau) dan sebagai fungisida. Menurut beberapa referensi, dalam Mol daun gamal mengandung tanin yang bisa digunakan sebagai racun berbagai serangga. Selain sebagai pestisida nabati Mol daun gamal juga digunakan sebagai penyubur tanaman karena dalam Mol daun gamal ternyata juga mengandung unsur N.

Bahan dalam pembuatan Mol daun gamal :

2 kg daun gamal

400 gr gula merah

4 liter air beras (bisa dengan tepung beras)

Cara membuat mol daun gamal :

Daun gamal dipotong-potong lalu ditumbuk sampai hancur. Masukkan dalam jerigen. Masukkan gula merah yang sebelumnya diiris-iris halus. Masukkan air beras dalam jerigen. Kocok-kocok supaya tercampur merata. Fermentasikan selama minimal 21 hari

Cara penggunaan Mol daun gamal :

Sebagai pupuk daun dan pestisida nabati campurkan 1 – 4 liter mol daun gamal dalam tangki semprot 14-17 liter air. Semprotkan secara merata ke tanaman saat pagi atau sore hari. Mol daun gamal bisa digunakan sebagai langkah awal pencegahan dan pengendalian hama serta penyakit pada tanaman kita, akan tetapi jika masih terjadi serangan hama maupun penyakit sebaiknya segera dilakukan pengendalian yang lain. Bisa juga Mol daun gamal dikombinasikan dengan pestisida nabati yang lain seperti daun mindi, tembakau, biji sirsak, akar tuba dll.

  • Mol Sabut Kelapa

Sabut kelapa berfungsi sebagai perangsang buah dan calon buah agar tidak mudah rontok. Karena sabut kelapa memiliki lebih banyak kandungan kaliumnya dibandingkan dengan unsur yang lainnya.

Bahan

3 bh kelapa ambil sabutnya

Em4 200ml

500 grm gula merah/ 1ltr molase

10 liter air sumur/air leri/ air kelapa pilih salah satunya yang tersedia.

Cara buat :Rendam sabut kelapa pakai air sumur selama seminggu ambil airnya dan tambahkan EM4, air leri atau air kelapa dan gula merah cair atau molase, lanjut lakukan fermentasi selama 14 hr.

Dosis Sprey 100ml/ liter, Kocor 200ml/ liter. Lakukan seminggu sekali            

Dengan berbagai pelatihan yang telah diberikan oleh petugas maupun ilmu yang telah di dapat dari berbagai  sumber diharapkan dapat ditransfer/ditularkan kepada kelompok yang lainnya yang ada disekitar/lingkungan RPO berada sehingga program menuju back to Nature(kembali ke alam) lebih cepat bisa terwujud.