Beras merupakan makanan pokok mayoritas masyarakat Indonesia. Hampir setiap hari, nasi hadir di meja makan kita. Beras terutama mengandung karbohidrat, yang berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh. Namun, beras putih yang biasa dikonsumsi ternyata sebagian besar hanya menyumbang karbohidrat, sementara kandungan vitamin dan mineralnya relatif sedikit. Padahal, tubuh memerlukan asupan zat gizi mikro seperti zat besi, zinc, vitamin A, dan asam folat untuk menjaga kesehatan. Apalagi setelah mengalami proses penggilingan, sebagian kandungan vitamin dan mineral dapat berkurang, sehingga beras putih cenderung lebih dominan sebagai penyedia kalori.
Untuk menjawab tantangan ini, para ahli pangan dan gizi mengembangkan dua inovasi penting, yaitu beras biofortifikasi dan beras fortifikasi. Keduanya sama-sama bertujuan meningkatkan kandungan gizi pada beras, tetapi memiliki cara yang berbeda.
Apa Itu Beras Biofortifikasi?
Beras biofortifikasi diperkaya gizinya sejak tanaman masih ada di sawah. Artinya, proses peningkatan kandungan vitamin dan mineral dilakukan melalui pemuliaan tanaman atau rekayasa genetik. Ini adalah hasil dari benih tanaman padi dengan varietas Inpari IR Nutri Zinc yang dikembangkan oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Padi (BB Padi) Kementerian Pertanian. Varietas ini memiliki kandungan zinc 34 ppm atau sekitar 25% lebih tinggi dibanding beras biasa yang dirilis resmi pada tahun 2019 dan dikategorikan sebagai varietas unggul baru (VUB). Dengan kandungan zinc lebih tinggi, beras ini diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan harian masyarakat akan zinc, terutama anak-anak, dan ibu hamil/menyusui. Pada pengembangannya, memiliki kelebihan yaitu, tidak membutuhkan teknologi tambahan setelah panen, gizi sudah terkandung alami dalam butir beras, dan lebih ramah bagi petani karena bisa ditanam langsung seperti varietas padi lainnya.
Dalam budidayanya memang membutuhkan waktu lama untuk penelitian dan pengembangan varietas serta penerimaan masyarakat masih menjadi tantangan, terutama pada beras hasil rekayasa genetik dan ketersediaanya di pasar belum sebanyak beras biasa.
Apa Itu Beras Fortifikasi?
Berbeda dengan biofortifikasi, beras fortifikasi adalah beras yang ditambahkan zat gizi mikro secara sengaja melalui proses teknologi pangan. Proses ini dilakukan setelah padi digiling menjadi beras. Biasanya, beras fortifikasi diperkaya dengan zat besi, asam folat, vitamin B1, B3, B6, dan zinc. Cara pembuatannya sering dilakukan dengan mencampurkan butir beras khusus yang telah diberi vitamin dan mineral ke dalam beras biasa. Hasilnya, kandungan gizi nasi yang dikonsumsi menjadi lebih lengkap. Cara ini membuat lebih cepat menambah nilai gizi beras sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan gizi masyarakat seperti penanggulangan stunting. Namun, dalam pengembangannya membutuhkan teknologi tambahan, harganya bisa lebih mahal dibanding beras biasa, dan terkadang rasa dan teksturnya sedikit berbeda jika tidak diolah dengan baik.

Beras fortifikasi dan biofortifikasi adalah inovasi penting untuk mengatasi masalah gizi masyarakat, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Meski berbeda cara, keduanya sama-sama mendukung upaya menurunkan angka anemia, stunting, dan kekurangan gizi mikro lainnya.
Ke depan, kombinasi kedua pendekatan ini bisa menjadi solusi efektif, beras biofortifikasi sebagai pilihan jangka panjang untuk petani dan konsumen, sementara beras fortifikasi tetap digunakan sebagai solusi cepat dalam program intervensi gizi.

