Mewaspadai Kembalinya Wabah Penyakit Busuk Batang Panili di Provinsi Bali

Oleh:
Ir. Anang Priyono MSc.
POPT Ahli Madya

Latar Belakang

Panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu komoditas ekspor rempah yang penting bagi peningkatan devisa negara. Vanili merupakan salah satu spesies dari famili Orchidaceae yang buahnya bernilai ekonomi tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan campuran makanan dan minuman.

Komoditas Panili yang selama ini dikenal dengan julukan emas hijau, memiliki nilai jual yang cukup tinggi yaitu kisaran 200-300 ribu rupiah per kg vanili basah.  Provinsi Bali pernah mengalami masa kejayaan tanaman vanili pada tahun sekitar 90-an dengan luas aral tanam mencapai 3.212 ha dengan sisa potensi 4.254 ha (Statistik Perkebunan 1993).  Masa keemasan vanili ini hancur karena serangan Penyakit Busuk Batang panili yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporium Fsp. Vanillae.

Geliat petani Bali dalam menanam panili kembali akhir-akhir ini cukup tinggi, hal ini dipicu oleh harga panili yang cukup tinggi dan dampak pengaruh pandemic covid-19 terhadap ambruknya pariwisata Bali mendorong sebagian masyarakat mencoba keberuntungan dengan menanam panili.  Berdasarkan data Statistik Perkebunan Bali tahun 2019 luas areal panili yaitu 88 ha, dan data sementara tahun 2020, luas pertanaman vanili yaitu  141,14 ha. Menurut informasi petugas lapangan dan petani panili bahwa pengembangan panili secara swadaya oleh petani demikian pesat akhir-akhir ini dan banyak petani yang enggan menginformasikan keberadaan vanilinya karena alasan keamanan/ancaman pencurian hasil.  Sehingga data luas areal tanaman panili di Bali secara akurat masih sulit diperoleh.

Gambar 1. Contoh kebun petani panili yang terserang penyakit BBP akibat seleksi bahan tanam berupa pengadaan sulur yang kurang baik.

Pengembangan swadaya oleh petani tanpa menghiraukan mutu bibit khususnya dari cemaran penyakit busuk batang panili menimbulkan kekawatiran akan terulangnya kembali wabah penyakit ini dan petani belum sempat menikmati hasil panili secara maksimal tanaman sudah mulai mati.  Pengamalaman keadaan seperti tersebut perlu rotasi tanaman selain panili selama lebih dari 10 tahun agar bisa menanam kembali panili.

                Sesungguhnya Pemerintah Provinsi Bali dalam hal ini Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan pada tahun 2019 telah membangun kebun induk panili seluas 2 ha berlokasi di Kebun Induk Desa Kerta, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar. Jumlah populasi tanaman sebanyak 7.600 pohon tajar panjat.  Menurut Kepala UPTD Pembibitan dan Perbenihan Perkebunan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Made Armaya, SP. MP., Sumber bibit berasal dari Balitro Bogor.  Kebun induk ini akan diproses penetapannya tahun ini dan diperkirakan awal tahun 2022 sulur panili dari kebun induk ini sudah siap di lepas ke petani/masyarakat dengan label tersertifikasi.

Penyiapan bahan tanam unggul dan bebas penyakit merupakan awal keberhasilan dalam budidaya panili menurut pakar Pemulia dari Balitro Bogor Dra. Endang Hadipoentyanti MS. Dari jenis varietas yang sudah di lepas oleh Kementan, Varietas Alor termasuk yang toleran terhadap penyakit busuk batang panili dan varietas Vania 2 termasuk agak toleran terhadap penyakit ini.  Sedangkan varietas Vania 1 termasuk yang rentan atau peka terhadap serangan penyakit busuk batang panili. 

Ciri-ciri, karakter dan tingkat ketahanannya terhadap penyakit busuk batang panili pada beberapa jenis panili yang sudah dilepas oleh Kementerian Pertanian yaitu sebagai berikut:

JenisDaunBungaPotensi produksiKadar vanilinKetahanan terhadap BBP
Vania 1Hijau, oblangus/memanjang, agak kasarKuning kehijauan, tandan bercabang1.74-2.25 kg/pohon (1.83-2.53 ton/ha)2.81-3.25%Rentan
Vania 2Hijau halus/licinKuning kehijauan, Tidak bercabang1.35-2.09 kg/phn (1.54-2.19 ton/Ha)2.98-3.16%Agak Toleran
AlorHijau tua Oblangus/memanjang  Putih Kekuningan Tandan bercabang2.65-3.18 Kg/phn (3.55-4.81 ton/ha)2.32-2.85%Toleran

Bila jenis varietas tersebut di atas  belum tersedia maka penggunaan varietas lokal juga perlu kehati-hatian dalam menyeleksi asal-usul benih/sulur panili dan kesehatannya.  Petani dianjurkan untuk memilih bahan tanam sulur yang sudah jelas asal usulnya bila dibandingan dengan menggunakan bibit dalam polybag, dikarenakan bibit dalam polybag sulit ditelusuri asal usul sulur dan riwayat kesehatan kebun asal sulur.

Berdasarkan pengalaman petani panili dari desa Ambengan, kecamatan Sukasada, Buleleng yang juga sebagai pengurus Perkumpulan Petani Vanili Singaraja (PPVS) bahwa kebanyakan panili di wilayah Singaraja adalah jenis Vania 1, dengan ciri-ciri buahnya bertandan ganda, memiliki toleransi cukup baik terhadap penyakit Busuk Batang .  Hal ini dapat dipahami bahwa Vania 1 yang ditanam oleh petani di Bali saat ini umumnya adalah hasil adaptasi dan seleksi alam Vania 1 terhadap wabah penyakit tahun 90-an.

Gambar 3. Contoh buah Vania 1 yang banyak ditanam oleh petani Bali dengan ciri-ciri buahnya bertandan ganda, toleran terhadap penyakit busuk batang panili (hasil adaptasi/ seleksi alam)

Untuk mengurangi resiko mewabahnya kembali penyakit busuk batang panili di provinsi Bali maka baik petugas maupun petani agar bersama memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Bersama mengawasi peredaran bibit illegal/tidak bersertifikat

Tingginya anemo masyarakat bercocok tanam panili maka berdampak pada tumbuhnya jasa penyediaan bibit panili secara illegal/tidak bersertifikat.  Bila tidak diawasi secara ketat akan berpotensi sebagai media penyebaran penyakit busuk batang panili. Pemerintah melalui petugasnya di lapang terus melakukan sosialisasi peraturan, sangsi dan bahaya penyediaan bahan tanam tidak sesuai aturan dan dampaknya bila dilakukan asal-asalan maka akan menjadi media penularan penyakit

Gambar 5. Perlu pengawasan ketat terhadap jasa penyediaan bibit panili illegal/tidak bersertifikat berpotensi sebagai titik awal penyebaran penyakit busuk batang panili di Bali
Penyiapan Bahan Tanam dilakukan secara Bertahab (karantina local)

Penyiapan bahan tanam unggul dan sehat adalah crusial dalam pengembangan panili pada suatu wilayah.  Bila sumber sulur dari varietas unggul, sehat dan berasal dari kebun induk belum siap atau terfasilitasi oleh pemerintah.  Maka edukasi petani oleh petugas agar penyiapan bahan tanam berupa sulur panili dilakukan secara berhati-hati dan bertahab.

Penyediaan bahan tanam secara bertahab memungkinkan petani dapat menyeleksi asal usul sulur dan dapat melakukan pengawasan dan perawatan tanaman secara baik.  Stategi ini merupakan upaya dini mencegah berkembangnya penyakit panili dikebun petani atau sebagai tindakan karantina local.  Seperti diketahui penyakit busuk batang panili merupakan penyakit bahaya untuk panili karena dapat berkembang secara cepat, mematikan dan mampu bertahan lama di dalam tanah bisa sampai 10 tahun.

Persiapan Lahan

Persiapan lahan termasuk media dan tajar tanam juga menjadi kunci keberhasilan penanaman panili.  Sebaiknya dipilih lahan baru atau belum pernah ditanami panili, tetapi bila kebun pernah ditanami panili maka harus dipastikan waktunya sudah lebih dari 10 tahun.

Persiapan lahan idealnya dilakukan T-1 atau satu tahun sebelum penanam, khususnya untuk bercocoktanam panili secara konvensional menggunakan tajar hidup.  Pemilihan jenis tajar agar mempetimbangkan fungsinya masih optimal sebagai penaung pada musim kemarau.  Penggunaan tajar yang berfungsi ganda misalnya seperti kelor karena daunya bermanfaat ekonomis perlu di dukung tajar jenis lain seperti gamal dan dadap.

Persiapan lahan sistim penanaman modern di pekarangan menggunakan tajar mati dan atap paranet, menggunakan media tanam dari berbagai bahan organic sangat dianjurkan agar media tanamnya diperkaya dengan penambahan Trichoderma sebagai upaya preventif untuk melindungi dari serangan penyakit busuk batang panili.

Pengendalian Penyakit BBP secara dini

Kunci berikutnya untuk pencegahan berkembangan penyakit busuk batang panili di kebun yaitu dengan melakukan pengamatan rutin 1 minggu sekali sehingga keberadaan awal penyakit dapat diketahui dan tindakan pengendalian secara dini dapat dilakukan.  Perlakuan mekanis pada bagian tanaman yang terserang kemudian diikuti dengan aplikasi metabolit sekunder (MS) on the spot pada rumpun panili terserang dan pada tanaman disekitarnya.  Limbah hasil pemotongan mekanis terhadap bagian tanaman yang sakit dikumpulkan dan dilakukan pembakaran di luar kebun.

Penutup

Pencegahan mewabahnya kembali penyakit busuk batang panili adalah menjadi tanggungjawab Bersama antara pemerintah dan masyarakat.  Rekam sejarah kelabu perpanilian di Bali yang hancur akibat penyakit ini jangan terulang Kembali.  Oleh karenannya kesadaran kita bersama dalam kehati-hatian dalam pemilihan bahan tanam sehat, persiapan lahan yang baik, penggunaan media tanam ber-APH, mencegah/mengendalikan  sedini mungkin penyakit sebelum berkembang di kebun dan penanaman secara bertahab/karantina lokal adalah kunci keberhasilan mengembalikan kejayaan panili di Bali.