Mikro Organisme Lokal (MOL) Nasi Basi

Oleh :
I Dewa Ayu Yona Aprianthina,SP., M.Sc. (POPT Ahli Muda)

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh tanah sebagai media tanam dan pupuk. Pupuk organik merupakan sumber nutrisi bagi tanaman yang aman bagi lingkungan.  Mikro Organisme Lokal (MOL) merupakan bahan dasar komponen pupuk yang mengandung mikroorganisme tidak hanya bermanfaat bagi tanaman tapi juga sebagai agen dekomposer bahan organik limbah pertanian juga limbah rumah tangga yang dapat meningkatkan peran mikroorganisme tanah yang bermanfaat melalui peningkatan kandungan unsur hara didalam tanah, mengefisienkan penyerapan unsur hara (Rao, 1994 dalam Kementerian Pertanian 2014).

Pemanfaatan MOL juga merupakan salah satu upaya mengatasi ketergantungan terhadap pupuk dan pestisida kimiawi sintetis mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Larutan MOL mengandung unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Phospat (P), dan Kalium (K), sedangkan unsur mikro-hara berupa Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn) dan Zat Pengatur Tumbuh (Auksin, Giberellin, dan Sitokinin) yang bermanfaat untuk kesuburan tanaman. Jenis mikroorganisme dalam MOL berupa Saccharomyces sp., Pseudomonas sp., Lactobacillus sp., Azospirillum sp., Azotobacter sp., Bacillus sp., Aeromonas sp., Aspergillus sp., mikroba pelarut fosfat, dan mikroba selulolisis yang bermanfaat untuk menyuburkan tanah atau mempercepat pengomposan (Ditjenbun, 2018).

Bahan utama MOL terdiri dari komponen karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme. Karbohidrat bermanfaat sebagai sumber nutrisi bagi mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik, seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, ekstrak daun gamal. Glukosa digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme yang dapat berasal dari air kelapa yang ditambahkan gula merah atau gula pasir (umumnya menggunakan gula merah). Sumber mikroorganisme dapat berasal dari rebung, limbah organik, batang/bonggol pisang dan kotoran ternak (Ditjenbun, 2018)..

Bahan mikroorganisme lainnya yang mudah didapat berasal dari limbah rumah tangga yang hampir setiap hari diproduksi yaitu nasi basi. Nasi basi dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman karena memiliki kandungan unsur hara N 0,7 %, P2O5 0,4%, K2O 0,25%, kadar air 62%, bahan organik 21%, CaO 0,4% dan nisbah C/N 20-25 (Lingga, 1991).

Nasi basi digunakan sebagai media tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme. Penggunaan MOL nasi pada tanaman tidak merusak lingkungan dan juga tidak berbahaya bagi manusia dan hewan. MOL nasi basi dengan konsentrasi 300 gram nasi basi baik digunakan sebagai aktivator pembuatan kompos dengan perlakuan dosis 200 ml MOL nasi basi (Harizena, 2012). Jamur pada nasi basi merupakan flora termofilik yang dapat muncul pada waktu 5 sampai 10 hari berperan sebagai pengurai bahan organik menjadi cairan koloid dengan kandungan besi, kalsium dan nitrogen yang akhirnya menjadi pupuk. Saraswati & Sumarno (2008) Mikroba berguna (effective microorganism) merupakan komponen habitat alam yang  berfungsi penting dalam mendukung pertanian ramah lingkungan melalui proses dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara, nitrifikasi dan denitrifikasi.

Beberapa alat yang diperlukan dalam pembuatan MOL seperti jerigen bertutup dengan kapasitas 10 Liter, selang plastik diameter 0,5 cm dengan panjang 2 meter (sebagai penghubung jerigen dengan botol air mineral bekas), botol air mineral kapasitas 1,5 Liter, saringan, ember, alat penghalus (blender/alat penumbuk). Bahan utama yang digunakan yaitu menggunakan nasi sisa atau nasi basi yang telah ditumbuhi jamur berwarna jingga (oranye) sebanyak 1 kg, gula pasir 5 sendok makan, air kelapa 1 Liter dan air 4 Liter. Adapun cara pembuatannya yaitu sebagai berikut (Anonim, 2019) :

  1. Siapkan nasi sisa/basi yang telah berjamur ditandai dengan adanya jamur berwarna jingga (oranye).
  2. Lubangi tutup jerigen dengan diameter 0,5 cm, kemudian masukkan selang melalui lubang tersebut. Bagian tepi selang pada tutup botol ditutupi melingkar dengan menggunakan plastisin untuk menjamin tidak ada celah udara.
  3. Lubangi tutup botol air mineral bekas dengan diameter 0,5 cm, kemudian masukkan selang melalui lubang tersebut. Bagian tepi selang pada tutup botol ditutupi melingkar dengan menggunakan plastisin untuk menjamin tidak ada celah udara. Isilah botol air mineral bekas dengan air sebanyak setengah bagian. Pastikan ujung selangĀ  terendam pada air. Botol inilah yang kemudian disebut sebagai botol indikator. Botol indikator dibuat untuk mengalirkan gelembung udara hasil proses fermentasi.
  4. Siapkan ember lalu masukkan air sebanyak 4 Liter, kemudian tambahkan gula merah/gula pasir dan aduk hingga larut.
  5. Masukkan air kelapa. Menurut Budiyanto, (2002) air kelapa merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme selama proses fermentasi karena air kelapa mengandung 7,27% karbohidrat; 0,29% protein; beberapa mineral antara lain 312 mg L-1 kalium; 30 mg L-1 magnesium; 0,1 mg L-1 besi; 37 mg L-1 fosfor; 24 mg L-1 belerang; dan 183 mg L-1 klor.
  6. Masukkan nasi basi ke dalam larutan tersebut kemudian aduk campuran hingga rata, kemudian disaring.
  7. Cairan yang telah disaring tersebut dimasukkan ke dalam jerigen, kemudian tutup rapat dengan penutup yang telah disambungkan dengan selang plastik ke ke botol indikator.
  1. Diamkan selama 7-10 hari dan hindarkan dari sinar matahari langsung. Indikator keberhasilan pembuatan MOL yaitu cairan berbau seperti tape, tidak berbau busuk, ada gelembung udara pada botol indikator sebagai tanda adanya aktifitas mikrobia pada proses fermentasi.
  2. MOL siap digunakan sebagai starter, dekomposer maupun sebagai pupuk cair.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/83580/Cara-Membuat-Mikro-Organisme-Lokal-MOL/ dibuat tanggal Senin, 25 Nov 2019. Diakses 18 Maret 2022 pk. 12.30 wita

Direktorat Jendral Perkebunan. 2018. Pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) dan Matabolit Sekunder Agen Pengendali Hayati (MS-APH). Kementerian Pertanian. Jakarta.

Harizena, I. N. D. 2012. Pengaruh Jenis dan Dosis MOL terhadap Kualitas Kompos Sampah Rumah Tangga.Skripsi. Konsentrasi Ilmu Tanah dan Lingkungan Jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana.Denpasar dalam Analisis Kualitas Kompos Limbah Persawahan dengan MOL sebagai dekomposer. E-Journal Agroteknologi Tropika ISSN : 2301-6515 Vol 2 No.4 Oktober 2013.

Rao, Subba. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Edisi Kedua. Jakarta: Universitas Indonesia dalam Prosiding Seiminar Nasional ISSN 2443-1109 Volume 04 Nomor 1.

Saraswati, R dan Sumarno. 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah Sebagai Komponen Teknologi Pertanian. Jurnal Iptek Tanaman Pangan, 3(1) :41- 58.