Penerapan PHT Kopi Di Subak Abian Merta Sari Banjar Jempanang, Desa Belok/Sidan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung

Oleh:
Anang Priyono
POPT Ahli Madya
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali

Kopi merupakan salah satu komoditas penyumbang  Devisa di Bali, Pada tahun 2019 volume ekspor kopi mencapai 115.04 Ton dengan nilai US$ 975,776.27.  Pada tahun 2020 ekspor tersebut turun sekitar 90% akibat pandemik covid 19.

Kendala dalam budidaya kopi di Bali, diantaranya disebabkan adanya serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT), utamanya yaitu hama penggerek buah kopi, cacing nematoda dan karat daun kopi.  Ketiga jenis OPT ini berkontribusi terhadap penurunan kuantitas dan kualitas produk kopi di Bali.

Karena kopi sebagai produk andalan ekspor, tentunya dalam penanggulangan OPT utama tersebut mengharuskan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan, guna menghindari adanya penolakan produk ekspor kopi  Bali akibat tercemar  bahan berbahaya saat pengelolaan OPT di lapang.

Gambar 1. Sosialisasi Kegiatan Penerapan PHT Kopi di Subak Abian Merta Sari, Desa Belok Sidan, Kec. Petang dihadiri oleh Prof. Dr. Ir. I Made Sudana, MS (Dosen Fakultas Pertanian, Univ. Unud), Dr. Ir. Ni Luh Wayan Suparmi, MMA (Kabidbun Distan Pangan Badung) dan Ir. Sri Wachjuni ( Ka UPTD Lab. Perlintanbun)

Kegiatan Penerapan PHT pada tanaman kopi merupakan kegiatan bantuan APBN bersumber dari dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2021, yang mengajarkan kepada petani agar mampu menyiapkan bahan pengendalian secara mandiri dan terampil melakukan pengendalian OPT kopi secara organik atau ramah lingkungan.

Waktu, Bahan dan Cara Pelaksanaan

                Pada tahun 2021, Provinsi Bali mendapat alokasi kegiatan Penerapan PHT OPT Tanaman Kopi seluas 25 ha (25 petani) yang dialokasikan di Subak Abian Mertha Sari, Banjar Jempanang, Desa Belok/Sidan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, sebagai kegiatan penerapan PHT Kopi dengan waktu pelaksanaan pada bulan Januari s/d Desember 2021.

                Pada kegiatan ini, petani dapat bantuan berupa: satu set alat pengocok/ shaker, bahan pembuat MS APH, Kompor dan kelengkapannya, papan nama, spanduk, alat dan bahan pembuatan kompos (25 set), upah/uang saku petani. Proses pertemuan pada kegiatan PHT OPT Kopi meliputi : sosialisasi, pengamatan awal, praktek pembuatan MS APH, praktek pembuatan kompos, pengendalian OPT sebanyak berupa rampasan dan lelesan, pengamatan akhir serta Farm Field Day (temu lapang)                

Petani diajarkan cara membuat bahan pengendalian yang ramah lingkungan berupa Metabolit Sekunder atau MS, dengan tahapan membuatnya sebagai berikut : menyiapkan bahan seperti air cucian beras dan air kelapa (1:4), direbus sampai mendidih dan ditambahkan 100-200 gram gula pasir per 10 liter bahan kemudian diaduk sampai homogen selama 5-10 menit.  Larutan dalam keadaan masih panas dipindahkan ke dalam jerigen bersih/steril kemudian ditunggu sampai dingin, baru diinokulasikan isolat APH Trichoderma/ Beauveria bassiana.  Jerigen yang telah berisi larutan + inokulum APH dipindahkan ke tempat pengocokan/shaker dan dilakukan pengocokan  selama 30-60 menit pada saat pagi, siang dan sore selama 10 hari.  Setelah 10 hari MS APH dapat dipanen dengan keberhasilan ditandai adanya bau seperti tape, sedangkan bila bau busuk maka MS dinyatakan tidak berhasil/ produk gagal karena terkontaminasi mikroba lain.

Gambar 2. Praktek pembuatan Metabolit Sekunder APH Trichoderma sp. dan MS APH Beauveria Bassiana

Sementara itu untuk praktek aplikasi PHT kopi dengan membuat rancangan perlakuan sebanyak 4 perlakuan yaitu: perlakuan (1) Spraying MS Tricho dan Bb + Putri/Pupuk organic Trichoderma, perlakuan (2) Spraying MS Tricho dan Bb, Tetes MS, + Putri, perlakuan (3) Spraying MS Tricho dan Bb, Infus MS +Putri, dan perlakuan (4) sebagai Kontrol.  Pengamatan dilakukan selama 4 kali periode Mei sampai dengan Oktober 2021.

Hasil Pengamatan Lapang

                Hasil pengamatan lapangan pada saat Farm Field Day (FFD) pada tanggal 28 Nopember 2021, peserta dibagi tiga kelompok baik petani maupun petugas untuk mengamati perlakuan yang ada.  Hasil pengamatan secara visual pada semua perlakuan baik P1, P2 dan P3 tampak terjadi perubahan warna hijau segar pada daun dan telah tumbuh tunas baru, berbeda dengan kondisi control (P4) yang masih terlihat menguning/masih merana.

                Berdasarkan hasil laporan petani perlakuan paket infus akar memberikan pengaruh paling cepat terhadap perbaikan tanaman seperti perubahan warna daun menjadi hijau, dan tanaman tumbuh tunas baru, tetapi pelaksanaan cara ini agak sulit karena perlu membongkar tanah untuk menemukan akar dan melakukan pemasangan infus.

                Dari hasil diskusi dengan peserta FFD, dapat dipahami bahwa OPT dominan yang diketemukan yaitu gejala serangan cacing nematoda (Pratylenchus coffeae) dengan ciri-ciri yaitu batang tanaman mudah digoyang, daun merangas/berguguran, daun yang tersisa terlihat menguning/tidak segar, sedangkan OPT utama lainnya yaitu hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei) dan penyakit karat daun kopi (Hemeleia vastatrix)

                Kendala yang diketemukan yaitu sulitnya mendapatkan air kelapa sebagai bahan pembuatan MS, petani menanyakan apakah ada bahan subtitusi untuk menggantikannya, demikian juga petani bertanya bagaimana kalau Isolat APH habis apakah bisa dibantu lagi.

Evaluasi Data Pengamatan dan Tindak Lanjut Kegiatan

                Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh petugas pendamping pada periode pengamatan bulan mei sampai dengan bulan Oktober 2021, terlihat dinamika serangan nematoda pada blok/pohon non perlakuan sebagai P4 (kontrol) cenderung terus naik serangannya dan pada blok semua perlakuan trennya hampir sama yaitu sedikit meningkat pada pengamatan ke II dan Ke III kemudian turun pada pengamatan ke IV.

Gambar 4. Perkembangan hasil pengamatan tingkat serangan hama nematoda antar perlakuan periode Mei-Oktober 2021dan kontrol

Hasil diskusi saat FFD untuk mengatasi kesulitan cara aplikasi, petani menyarankan menggunakan sistim siram sehingga lebih praktis dan dampak perlakuan dengan cara siram juga dapat diketahui segera terhadap perubahan warna daun dan perangsangan tunas baru.  Bila memiliki sumber air yang cukup , maka solusi dengan cara ini dapat dianjurkan, tetapi bila sumber air terbatas maka cara aplikasi dengan sistim  tetes dipadukan dengan pembuatan lubang pori + aplikasi pupuk organik ber APH menjadi pilihan terbaik, khususnya diberlakukan pada saat musim kering/kemarau.

                Sedangkan untuk kesulitan air kelapa, sebenarnya penggunaan air cucian beras saja sebagai media pembuatan MS bisa sebagai solusi dalam kondisi darurat, akan tetapi manfaat MS sebagai fungsi biofertilizer dan zat tumbuh kurang maksimal, seperti diketahui air kelapa kaya akan mineral dan unsur mikro lainnya.

                Sementara untuk solusi kesulitan Isolat dapat diatasi dengan menggunakan media Belimbing wuluh, jagung rebus dan daging buah kelapa tua untuk memancing Trichoderma secara alami, seperti gambar 5.

Kegiatan Penerapan PHT Kopi, dapat dijadikan model pembelajaran cara pengelolaan OPT secara ramah lingkungan. Petani diajarkan cara menyiapkan bahan pengendalian ramah lingkungan berupa biopestisida (Metabolit Sekunder APH) dan cara aplikasinya.  Cara pembelajaran ini perlu terus dilanjutkan dan disosialisasikan dengan melakukan klonning kegiatan melalui dana pemerintah, swadaya kelompok maupun sumber dana lainnya, sehingga semakin banyak petani/kelompok tani menerapkan PHT Kopi dan akhirnya semakin banyak produk kopi Bali yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi dan lingkungan menjadi lestari.