Penerapan Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) untuk Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman Kakao

Oleh :
I Made Budiana,SP
POPT Muda

Pembangunan sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam pengadaan sumber devisa negara, penyediaan lapangan kerja, pemerataan pembangunan dan sebagai bahan baku industri. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sampai saat ini masih tetap dikembangkan. Pendapatan yang diperoleh dari komoditas ini telah dapat menambah penghasilan bagi petani, pengusaha maupun negara. Salah satu faktor utama yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan produktivitas hasil budidaya pertanian, khususnya pada sektor perkebunan baik secara kualitas maupun kuantitas adalah adanya Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Penurunan produktivitas yang diakibatkan adanya serangan OPT rata-rata mencapai 30%, disamping itu dapat juga menurunkan kualitas produksi sehingga berdampak terhadap rendahnya nilai tukar produk tersebut dan mengakibatkan produk perkebunan kita tidak dapat diterima di pasaran ekspor.

                  Beberapa OPT utama  yang apabila tidak dikendalikan akan berpotensi menurunkan produksi secara signifikan pada komoditas kakao diantaranya adalah : Kepik Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp.), Penggerek Buah Kakao / PBK (Conopomorpha cramerella), Busuk Buah Kakao (Phytophthora sp), Pemakan Daun Ulat Jengkal (Hyposidra talaca), Ulat Kantung, Kumbang Adoretus sp., Exopolis sp.,  Belalang (Valanga sp.),  Penggerek Batang (Zeuzera sp.), Bajing (Callosciurus notatus), VSD, Colletotrichum sp., Jamur Upas (Corticiumsalmonicolor), dan Gulma.

                  Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, pelaksanaan perlindungan tanaman terhadap serangan OPT haruslah praktis, efektif, ekonomis, sosiologis dan aman terhadap lingkungan atau disebut dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pengendalian yang cocok, tidak saling menekan dan tidak saling membatasi dalam suatu sistem pengendalian yang sesuai dengan pola usaha tani setempat. Dalam hal ini OPT bila dapat dikelola dengan baik, maka  kerugian secara ekonomis dapat dihindarkan dan pengaruh samping yang buruk dapat ditekan seminimal mungkin dengan cara memadukan berbagai teknik pengendalian seperti kultur teknis, mekanis, biologis dan kimiawi sebagai alternatif  yang terakhir.

Pada tahun 2020 ini, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (UPTD Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan Provinsi Bali dengan pelaksana kegiatan Seksi OPT  melalui anggaran Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan(BBPPTP) Surabaya melakukan kegiatan penerapan teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Kakao. Adapun pengendalian yang dilakukan yaitu PBK (Penggerek Buah Kakao) Conopomorpha cramerella, Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp), Busuk buah kakao(Phytopthora palmivora) pada tanaman kakao, disamping itu juga dilakukan kegiatan pemangkasan serta pembuatan biopori untuk berkembangnya cacing. Harapan utama dalam kegiatan ini agar petani pelaksana dapat terus menerapkan dan menularkan ilmu terapan teknologi pengendalian yang paling efektif ke petani lainnya sesuai dengan pelaksanaan pada kegiatan ini.

Kegiatan dilakukan selama 9 bulan yakni dari bulan Maret hingga November 2020. Kegiatan dilaksanakan oleh anggota Subak Abian Pangkung Sakti I yang berlokasi di Desa Angkah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.

Alat dan Bahan :

NOURAIANVOLUMESATUAN
1MS B.bassiana10liter
2Pupuk Organik350kg
3Pestisida Organik Cair5botol
4Pupuk Organik Cair25liter
5MS Trichoderma10liter
6Alat-alat irigasi tetes5set
7Plastik10pak
8Karet Gelang5buah
9Perlengkapan Sarungisasi5buah
10Bahan Rakitan Shaker Mini1buah
11Isolat Trichoderma10buah
12Isolat B.bassiana10buah

Di samping bahan yang sudah jadi seperti POC dan Metabolit Sekunder baik yang berasal dari Trichoderma maupun Beauveria bassiana petani peserta juga diajak langsung mempraktekan cara pembuatannya. Kegiatan tambahan juga diberikan yaitu pengembangan Jakaba.(jamur keberuntungan abadi). Adapun kegiatan kegiatan yang dilakukan meliputi 4(empat) perlakuan yaitu :

  1. Aplikasi spraying MS APH+ Pestisida Nabati + Pupuk Organik Cair + Pemangkasan (P1).

Metabolit Sekunder APH merupakan senyawa organik yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian OPT. Fungsi Metabolit Sekunder APH adalah untuk menghambat perkecambahan spora patogen, melindungi pertumbuhan awal, membersihkan lingkungan, melindungi dan memperkuat jaringan, menyediakan pasokan nutrisi, merangsang pembentukan zat pengatur tumbuh. Metabolit Sekunder APH bersifat mudah larut dalam air, tidak meninggalkan residu, tidak mudah menguap, mudah diaplikasikan, dapat dipadukan dengan pupuk organik cair dan pestisida nabati, efektif dan efisien untuk mengendalikan OPT. Penyemprotan/spraying merupakan cara aplikasi Metabolit Sekunder APH yang paling umum dalam pengunaannya.

  1. Aplikasi Instalasi Tetes + Pembuatan Biopori + Pemangkasan (P2)

Instalasi tetes adalah sistem irigasi untuk pengoptimalan air dan pupuk dengan membiarkan air menetes secara periodik ke media dengan cara dibuatkan lubang disekitar pohon/perakaran dengan ditambahkan media pupuk untuk berkembangnya cacing yang dilanjutkan dengan pemangkasan.

  1. Sarungisasi pada Kakao (P3)

Teknologi penyarungan buah kakao ini terbukti efektif untuk mencegah serangan PBK pada saat populasi PBK tinggi yang biasanya terjadi pada saat musim buah sedikit. Untuk itu, penyarungan buah sebaiknya dilaksanakan setelah muncul buah dengan ukuran 8-15 cm. Pola panen dan pola pertumbuhan pentil atau bakal buah di setiap daerah harus diketahui dengan baik agar pelaksanaan penyarungan dapat dilaksanakan tepat pada waktunya. Pembungkusan buah kakao dengan plastik dapat dilakukan pada pagi hari dan sore hari dengan menggunakan kantong plastik dan ukuran plastiknya disesuaikan dengan ukuran buah kakao yang akan disarungi. Prinsipnya, besaran kantong untuk sarung harus lebih besar dari ukuran buah, sehingga memudahkan dalam penyarungan. Penyarungan buah relatif mudah dilaksanakan, demikian juga alat untuk penyarungan relatif mudah di dapatkan.

  1. Kontrol (P4)

Pada blok ini tanaman kakao tidak di aplikasikan perlakuan apa – apa.

KEGIATAN SPRAYING PADA PERLAKUAN 1(P1)

Kegiatan penerapan teknologi Pengendalian Hama Terpadu(PHT) kakao inisangat dirasakan sekali manfaatnya oleh petani terutama kombinasi penggunaan Metabolit Sekunder baik itu yang bahannya Trichoderma sp maupun Beauveria bassiana dengan pesnab maupun POC karena sudah dirasakan langsung hasilnya yaitu dapat meningkatkan pembungaan serta menurunkan serangan hama maupun penyakit pada tanaman kakao. Sedangkan pada perlakuan irigasi tetes banyak menumbuhkan akar-akar baru.

Pada kegiatan monev yang dilakukan bersama Kabid Proteksi dari BBPPTP Surabaya bapak Wahyu Irianto sangat mengapresiasi kegiatan ini serta akan terus mendukung kegiatan perkebunan yang ada di Provinsi Bali.