Denpasar – Pemerintah Provinsi Bali, melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, berkomitmen untuk mengembangkan budidaya Padi Gogo sebagai salah satu solusi inovatif dalam mendukung swasembada pangan. Padi Gogo, yang dikenal tahan kering dan cocok ditanam di lahan kering, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian di daerah yang kurang memiliki irigasi memadai.
Bali, yang dikenal dengan sektor pariwisatanya, juga memiliki potensi pertanian yang besar, terutama di wilayah pegunungan dan perbukitan. Padi Gogo dipilih karena adaptif terhadap perubahan iklim dan tidak memerlukan banyak air seperti padi sawah biasa.
“Ini merupakan inovasi pertanian di lahan kering, dan kami ingin mengoptimalkan lahan kering di Bali dengan Padi Gogo agar petani tetap produktif meski di musim kemarau,” disampaikan langsung oleh Dr. I Wayan Sunada,S.P.,M.Agb. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali.

Untuk mendukung program ini, pemerintah bekerja sama dengan Badan Perakitan dan Modernisasi Bali untuk menyediakan benih unggul serta pelatihan budidaya modern. Beberapa varietas Padi Gogo yang akan dikembangkan antara lain Inpago 8 dan Inpago 9 yang memiliki produktivitas tinggi, mencapai 5-6 ton per hektar.
Selain itu, petani akan didorong untuk memanfaatkan pupuk organik dan sistem tumpang sari dengan tanaman palawija untuk meningkatkan efisiensi lahan.

Kegiatan inovasi ini sejalan dengan visi pemerintah pusat untuk mencapai swasembada pangan berkelanjutan. Bali menargetkan peningkatan produksi padi sebesar 15-20% dalam tiga tahun ke depan yang salah satunya melalui peningkatan produktivitas lahan tidur melalui pengembangan Padi Gogo.
“Ini adalah salah satu langkah strategis untuk ketahanan pangan, terutama di daerah yang rawan kekeringan,” tambah Sunada. Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan partisipasi aktif petani, Padi Gogo diharapkan menjadi solusi inovatif untuk menjaga stok pangan Bali sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.