Penggunaan Benih Kakao Sehat Mencegah Serangan OPT

Oleh :
I Dewa Ayu Yona Aprianthina, SP. M.Sc
(Pengendali OPT Ahli Muda)

Gambar 1. Pembukaan bimbingan teknis Desa Mandiri Benih Kakao

Pembangunan perkebunan melalui upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan diawali dengan penggunaan benih unggul bermutu dan bersertifikat, serta didukung pemenuhan sarana produksi sesuai standar yang dipersyaratkan. Wilayah Provinsi Bali merupakan wilayah yang potensial untuk pengembangan kakao. Berdasarkan data statistik Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali tahun 2019, potensi wilayah pengembangan kakao antara lain di Kabupaten Jembrana (6.200 Ha) dan Kabupaten Tabanan (4500 Ha). Jenis varietas kakao yang paling umum ditanam di Bali yaitu Kakao Lindak dan Sulawesi 1.


Penggunaan benih yang unggul merupakan salah satu upaya pencegahan terhadap serangan OPT pada tanaman kakao. Adapun kriteria benih unggul yaitu produktifitas tinggi, mutu hasilnya baik yang sesuai dengan keinginan konsumen (berat biji > 1gr, kandungan lemak > 55%, kandungan kulit ari < 12 %) serta tahan terhadap hama dan penyakit utama. Ketersediaan benih varietas unggul pada saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan benih secara optimal, baik dari aspek ketepatan varietas, mutu, jumlah, waktu, lokasi maupun harga. Dengan kondisi tersebut dan berdasarkan Undang Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Masyarakat (Pasal 69), Undang Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Pasal 94), Nawacita Pemerintahan 2014-2019 serta Permentan 67 Tahun 2016 tentang pembinaan kelembagaan petani maka perlu terobosan untuk dilakukan upaya paradigma baru dalam meningkatkan kelembagaan petani sebagai produsen benih dalam rangka menghasilkan benih unggul bersertifikat berkelanjutan sehingga menjadikan kelembagaan petani berbasis perdesaan yang kuat, berdaya saing, mandiri serta berkelanjutan maka perlu meningkatkan peran serta kelembagaan petani melalui kegiatan “Rintisan Model Pengembangan Desa Mandiri Benih Tanaman Perkebunan”. Pada tahun 2020 ini, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali melalui anggaran dana APBN merintis Desa Mandiri Benih untuk komoditas kakao di Subak Abian Pangkung Sakti I, Desa Angkah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan. Lokasi pembenihan yang ditetapkan memenuhi kualifikasi sebagai berikut :

  1. Lokasinya bukan daerah endemis Organisme Pengganggu Tanaman (OPT);
  2. Merupakan daerah pengembangan kawasan komoditas perkebunan;
  3. Topografi lahan relatif datar;
  4. Dapat diakses oleh kendaraaan roda empat;
  5. Dekat dengan sumber air;
  6. Sebagian besar pemenuhan kebutuhan benihnya masih didatangkan dari luar wilayah;
  7. Diutamakan pada lokasi/desa yang memiliki potensi pengembangan produksi benih;
  8. Jenis benih yang dikembangkan adalah benih dari varietas unggul yang sesuai dengan agroklimat setempat/wilayah pengembangan.

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu konsep pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan ekologi untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan memanfaatkan beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi pengelolaan. Dalam konsep PHT, pengendalian hama dan penyakit ditekankan pada pendekatan pengendalian secara biologi dan ekologi. Prinsip PHT meliputi pemanfaatan musuh alami, budidaya tanaman sehat, pengamatan berkala dan petani ahli PHT. Budidaya tanaman sehat menjadi bagian penting dalam program pengendalian hama dan penyakit. Budidaya tanaman sehat dapat dilakukan dengan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan OPT. Tanaman yang sehat akan mampu bertahan terhadap serangan hama dan penyakit dan lebih cepat mengatasi kerusakan akibat serangan hama dan penyakit tersebut. Pemilihan lokasi perbenihan yang tepat (bukan merupakan wilayah yang endemis terhadap suatu OPT), media tanam yang sesuai serta mengkondisikan lingkungan yang baik terhadap tanaman dan tidak sesuai untuk perkembangan OPT. Untuk mendukung kesuksesan kegiatan Rintisan Model Pengembangan Desa Mandiri Benih Kakao, dilakukan kegiatan bimbingan teknis untuk menambah pengetahuan, sikap dan keterampilan petani anggota dalam teknis pembenihan kakao dalam bentuk biji sejumlah 50.000 butir sejak persiapan hingga penanaman dan pemeliharaan.


Salah satu kegiatan bimbingan teknis yang dilakukan yaitu praktek teknik penyambungan (grafting) pada tanaman kakao. Bimtek ini dilaksanakan pada Senin, 2 November 2020 di tempat pertemuan SA. Pangkung Sakti I, Desa Angkah, Selemadeg Barat, Tabanan. Kegiatan ini dihadiri oleh petani peserta sejumlah 38 orang, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, petugas Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, UPPT yang mewilayahi Selemadeg Barat dan narasumber dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, UPTD Benih Bibit Provinsi Bali dan Direktorat Perbenihan (Direktorat Jendral Perkebunan, Kementarian Pertanian).

Benih yang digunakan yaitu benih kakao ICCRI 08 dan entres kakao yang digunakan yaitu Sulawesi 1. Karakteristik Sulawesi 1 (Sul 1) SK Mentan No.1694/Kpts/SR.120/12/2008 antara lain potensi daya hasil 1,8-2,5 ton/ha (populasi 1.100 pohon/ha). Agak tahan terhadap penyakit busuk buah, tahan terhadap penyakit VSD dan rentan terhadap hama PBK. Pada saat pemeliharaan bibit, pengendalian terhadap OPT baik hama, penyakit maupun gulma dapat dilakukan secara manual maupun hayati serta pengendalian secara kimiawi sebagai alternatif terakhir. Hama yang pada umumnya menyerang bibit kakao antara lain penghisap daun, ulat kilan, belalang dan siput darat. Sedangkan penyakit yang umum menyerang pembibitan kakao yaitu penyakit hawar daun dan penyakit pembuluh kayu (VSD). Pengendalian penyakit juga dapat dilakukan dengan sanitasi yaitu bibit yang sakit dipetik dan dibenam dalam tanah.

Selain dengan cara generatif (biji), pembibitan juga dapat dilakukan dengan cara vegetatif yaitu dengan sambung pucuk (grafting) dan okulasi (budding). Pada prinsipnya teknik perbanyakan dengan sambung pucuk adalah menyisipkan/menyambungkan entres kakao pilihan pada batang kakao muda (umur 3-4 bulan) yang telah disiapkan sebagai batang bawah dengan tujuan memperoleh individu baru sesuai dengan potensi yang diharapkan. Kelebihan teknik perbanyakan ini pelaksanaannya lebih mudah dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Tanaman yang dihasilkan juga lebih cepat berbunga dan berbuah, memiliki sistem perakaran yang baik dan dapat menggabungkan sifat unggul dari batang bawah dan batang atas. Namun demikian teknik perbanyakan ini memiliki kelemahan antara lain kemungkinan adanya inkompatibilitas batang atas dan batang bawah, penyediaan batang bawah sangat tergantung pada ketersediaan benih kakao, dan batang atas berasal dari cabang plagiotrop (cabang buah) yang tidak setiap waktu tersedia.

Pelaksanaan sambung pucuk dilakukan langkah-langkah berikut. Bahan yang dibutuhkan untuk melakukan sambung pucuk adalah:

  1. Benih kakao muda berumur 3-4 bulan dengan lilit batang sekitar 2 cm sebagai batang bawah. Proses penyiapan batang bawah sama dengan proses penyiapan benih kakao asal biji untuk ditanam di kebun. Keragaan pertumbuhan benih kakao untuk batang bawah yaitu kuat, sehat, tidak ada gejala kekurangan cahaya (etiolasi), dan bebas OPT.
  2. Entres kakao asal cabang plagiotrop yang sehat tidak bertunas (flush), berwarna hijau kecoklatan, diameter ± 1 cm.
  3. Tali plastik/tali rafia yang transparan dan kantong plastik untuk sungkup.
  4. Batang bawah dipotong mendatar dengan menyisakan 4-6 helai daun. Bagian tengah batang bawah tersebut disayat vertikal sepanjang 3-5 cm seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Pembelahan batang bawah
  1. Entres dipotong-potong dengan panjang 5 – 10 cm. Untuk satu sambungan diambil tiga mata tunas entres. Bagian pangkal entres disayat miring pada kedua sisi sehingga runcing membentuk seperti tombak seperti gambar 6.
  2. Bagian pangkal entres disisipkan pada belahan batang bawah yang telah dibelah, bagian entres yang runcing menyatu dengan sisi batang bawah. Pertautan diikat erat dengan tali plastik dan entres disungkup kantong plastic.
Gambar 6. Penyayatan Entres
  1. Sambungan diamati selama 10 – 15 hari, jika sambungan jadi maka tunas dibiarkan tumbuh sepanjang ± 2 cm kemudian sungkup entres dibuka, tanpa melepas tali ikatan pertautan.
  2. Jika sambungan gagal (mati) maka segera diulang. Penyulaman sambungan dapat dilakukan beberapa kali selama batang bawah masih memiliki daun minimal 2 (dua) helai.
  3. Benih sambungan dipelihara seperti standar pembenihan kakao yang meliputi penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan penjarangan atap.
  4. Benih sambungan dipelihara sampai berumur 3-8 bulan dan siap disalurkan atau ditanam ke lapangan jika telah memenuhi kriteria benih siap salur tinggi tanaman minimal 25 cm (diukur dari pangkal batang), daun berwarna hijau, diameter batang minimal 0,5 cm dan bebas OPT. Secara teknis umur kakao hasil sambung pucuk 3-8 bulan merupakan kondisi optimal perkembangan benih kakao untuk segera dilakukan.
Gambar 7. Plastik pembungkus dibuka (1), pertumbuhan tunas baru (2) dan setelah tali pengikat dibuka (3)

Benih kakao klonal hasil sambung pucuk secara teknis masih layak ditanam hingga umur benih maksimal 12 bulan (8 bulan setelah penyambungan) dengan ketentuan apabila akar batang bawah sudah menembus bagian bawah polibeg hingga ke dalam tanah maka harus dilakukan pemotongan akar yang tembus tanah dan penggantian polybag dengan ukuran yang lebih besar. Benih harus tetap memperlihatkan tanda – tanda benih yang sehat. Pemeliharaan tersebut berdampak terhadap penamabahan biaya pemeliharaan benih sehingga dapat mengurangi efesiensi produksi benih klonal sambung pucuk.

Gambar 8 . Benih siap salur/siap tanam

Sedangkan teknik perbanyakan dengan okulasi pada prinsipnya adalah menempelkan mata tunas kakao pilihan pada batang kakao muda berumur 3-4 bulan dan dipelihara hingga tumbuh menjadi individu baru. Kelebihan teknik perbanyakan ini pemanfaatan mata entres lebih efesien. Teknik okulasi lebih disarankan untuk pengembangan benih kakao mulia. Untuk menghasilkan tanaman kakao siap tanam melalui teknik ini diperlukan penyiapan batang bawah. Benih kakao untuk batang bawah diambil dari kebun induk yang telah ditetapkan. Pelaksanaan okulasi dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Benih kakao muda berumur 3-4 bulan dengan lilit batang sekitar 2 cm sebagai batang bawah. Proses penyiapan batang bawah sama dengan proses penyiapan benih kakao asal biji untuk ditanam di kebun. Keragaan pertumbuhan benih kakao untuk batang bawah yaitu kuat, sehat, tidak ada gejala kekurangan cahaya (etiolasi), dan bebas OPT.
  2. Mata tunas diambil dari entres kakao asal cabang plagiotrop yang sehat tidak bertunas (flush), berwarna hijau kecoklatan, diameter ± 1 cm.
  3. Tali plastik/tali rafia yang transparan dan parafilm.
  4. Letak tempelan (pertautan) di bagian hipokotil.
  5. “Jendela” okulasi dibuat dengan cara menoreh kulit vertikal sejajar sepanjang 3 cm, jarak antar torehan 0,8 cm. Di ujung bawah torehan dipotong horisontal sehingga terbentuk lidah kulit kecil. Mata tunas disisipkan pada bagian dalam kulit batang dan diikat dari bawah ke atas dengan susunan seperti genteng.
  6. Tali pengikat dibuka dan diamati setelah 3-4 minggu dengan cara membuka tali dan memotong lidah kulit. Okulasi yang berhasil ditandai dengan mata tunas masih tetap hijau namun jika berwarna hitam berarti okulasi gagal. Jika okulasi berhasil maka batang bawah dirundukan/dilengkungkan untuk memacu pertumbuhan tunas baru, sedangkan jika tidak berhasil maka okulasi diulang pada sisi yang berlawanan.
Gambar 9. Penyisipan dan pengikatan entres
  1. Batang bawah dipotong 5 cm dari atas pertautan pada waktu tunas baru telah memiliki minimal 6 (enam) lembar daun dewasa.
  2. Pemeliharaan yang dilakukan antara lain penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan dengan pupuk yang mengandung unsur Nitrogen tinggi urea dosis 2g/batang setiap 2 minggu sekali.
  3. Benih kakao okulasi dipelihara sampai memenuhi kriteria sebagai benih siap salur, yaitu umur benih 5 – 9 bulan setelah sambung, tinggi benih 50 – 80 cm, warna daun hijau, jumlah daun minimal 12 helai, diameter batang minimal 0,6 cm diukur 5 cm dari pangkal tunas, dan bebas OPT.
Gambar 11. Peserta bimbingan teknis Desa Mandiri Benih Kakao

Kegiatan bimbingan teknis ini sangat bermanfaat untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan keterampilan petani sebagai penangkar benih. Pembinaan dan monitoring serta evaluasi dari berbagai pihak khusunya petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan dan UPPT yang mewilayahi Kecamatan Selemadeg Barat.