PETANI BULELENG : JAMUR AKAR PUTIH MASALAH UTAMA KAMI

I Dewa Ayu Yona Aprianthina, SP., M.Sc
(Pengendali OPT Ahli Pertama)

Tanaman cengkeh di Kabupaten Buleleng merupakan salah satu komoditi unggulan dan strategis yang memiliki peranan sangat besar dalam menggerakan perekonomian masyarakat di perdesaan. Umur tanaman cengkeh yang panjang (300-400 tahun) juga salah satu alasan bahwa tanaman cengkeh mendatangkan keuntungan yang menjanjikan bagi pendapatan petani. Berdasarkan data statistik Kabupaten Buleleng, tanaman cengkeh di Kabupaten Buleleng pada tahun 2015 seluas 7.754,82 Ha atau 49,48 % dari luas tanaman cengkeh di Provinsi Bali yang luasnya 15.668 Ha.
OPT merupakan faktor pembatas bagi produktifitas dan produksi tanaman cengkeh. OPT utama yang menyerang tanaman cengkeh antara lain Jamur Akar Putih (JAP), Cacar Daun Cengkeh (CDC), kumbang bunga cengkeh, penggerek batang cengkeh, Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC). Permasalahan utama yang dihadapi yaitu adanya serangan Jamur Akar Putih (JAP). “JAP sifatnya saprofit yang akan meyerang pada tanaman yang kondisinya lemah dan lama-kelamaan akan menjadi parasit. Pemicu utama permasalahan JAP yaitu selain faktor cuaca juga disebabkan oleh kondisi tanaman yang rentan dan masih dilakukannya pengambilan daun cengkeh oleh petani. Pupuk kandang juga harus diberikan minimal 2 kali selama musim tanaman cengkeh untuk meningkatkan daya tahan tanaman cengkeh terhadap serangan JAP.” ujar Ir. Anang Priyono, M.Sc selaku Kepala UPTD Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan Provinsi Bali saat kegiatan Sosialisasi Pengendalian JAP Cengkeh di Desa Selat tanggal 07 Mei 2019.

Pada tahun 2019 ini, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali (UPTD Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan Provinsi Bali dengan pelaksana kegiatan Laboratorium Hayati dan Pestisida Nabati) melalui anggaran Direktorat Jendral Perkebunan melakukan kegiatan pengendalian JAP pada tanaman cengkeh. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan solusi dari permasalahan utama serangan JAP pada cengkeh di Buleleng yang juga sesuai dengan pola pembangunan Bali yang ditetapkan oleh Gubernur yaitu “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” dengan misi Mewujudkan kemandirian pangan, meningkatkan nilai tambah dan daya saing pertanian serta meningkatkan kesejahteraan petani. Kegiatan pengendalian JAP Cengkeh dialokasikan di 3 desa yaitu Umejero, Selat dan Mengening dengan luasan pengendalian masing-masing 100 Ha. Petani peserta tiap desa sejumlah 100 orang.

Adapun gejala serangan Jamur Akar Putih (JAP) antara lain daun tampak kusam, kurang mengkilat, dan melengkung ke bawah (daun yang sehat berbentuk seperti perahu), pada tanaman dewasa, daun gugur diikuti dengan matinya ranting yang menyebabkan tanaman mempunyai mahkota yang jarang. Tanaman yang sakit kadang-kadang membentuk bunga dan buah sebelum masanya. Selanjutnya pada stadia lanjut akar membusuk, sehingga pohon mudah rebah. Untuk deteksi dini, sekitar pangkal batang bila ditutup mulsa/seresah akan terdapat benang-benang miselium jamur (rizomorf) berwarna putih menjalar sepanjang akar. Penyebaran : melalui aliran air tanah, kontak akar tanaman sehat dengan tanaman sakit, sisa perakaran atau tunggul tanaman sakit, alat-alat pertanian dan benih. Penyakit ini baru terdeteksi di Bali dan NTB.

Produktifitas cengkeh masih dianggap rendah. Banyak faktor yang menyebabkan produktifitasnya rendah salah satunya ndapat disebabkan oleh adanya serangan JAP yang disebabkan oleh yang disebabkan oleh jamur Rigidoporus lignosus sp.. Hal ini perlu kami telusuri dan tindaklanjuti langsung ke lokasi yang dilaporkan sehingga tindakan pengendalian dapat dilakukan secara cepat dan tepat untuk menghindari terjadinya eksplosi OPT.

Penerapan teknologi pengendalian yang dilakukan antara lain dengan penggunaan Metabolit Sekunder, Agensia Pengendali Hayati (APH) berupa Trichoderma sp. dan pupuk kompos berAPH. Beberapa paket bantuan yang diberikan kepada petani antara lain alat pengocok (shaker), bor elektrik, peralatan pembuatan APH, botol infus, power sprayer serta bahan pengendalian OPT cengkeh ( isolat APH, beras murni, starter Trichoderma sp., jerigen 20 liter, pupuk organik, pupuk kandang/kompos, dan fermentor).

”Terapan teknologi yang dilakukan antara lain dengan 4 perlakuan di masing-masing kelompok yaitu dengan perlakuan ideal (olesan pada akar yang sakit), teknis infus batang (dibor lalu diinfus pada ktinggian 1 meter dari permukaan tanah dan sedalam 5 cm), teknis infus akar plus organik APH serta teknik spraying plus organik APH (dosis 10 cc per liter) dengan masing-masing menggunakan 5 tanaman sampel. Pangamatan akan dilakukan pada 3-4 bulan setelah aplikasi di lapangan. Kegiatan penerapan teknologi ini akan dilaksanakan mulai bulan Juni 2019 dengan melibatkan kerjasama dari petugas lapang dari fungsional POPT atau penyuluh serta tim Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng. Arah terapan teknologi pengendalian yang diterapkan menuju pertanian organik yang bebas dari penggunaan pupuk dan pestisida kimiawi.” ujar Ir. Wayan Sugiarta selaku pelaksana kegiatan yang menjabat sebagai Kepala Laboratorium Hayati dan Pestisida Nabati.
Ir. I Made Oka Parwata, MMA selaku Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian Buleleng mengatakan bahwa besar harapan kami dalam kegiatan ini dapat merintis dan memotivasi bagi petani lain untuk menerapkan kegiatan pengendalian yang serupa menuju Pertanian Bali Organik. Penerapan pengendalian ini sangat bermanfaat bagi petani cengkeh untuk mengatasi permasahalan JAP di wilayah Kabupaten Buleleng serta dihapkan agar berkelanjutan.