Sosialisasi Pengendalian Hama Tikus pada Tanaman Padi

Oleh :
Tim Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan
UPTD. BPTPHBUN BALI

Adanya serangan hama tikus (Rattus Argentiventer)  pada tanaman padi, sehingga perlu dilaksanakan kegiatan perlindungan tanaman. Konsep perlindungan tanaman pada dasarnya adalah sistem pengendalian populasi hama atau OPT lainnya dengan memanfaatkan semua teknologi yang dapat digunakan bersama untuk menurunkan dan mempertahankan populasi hama atau OPT lainnya sampai di bawah batas ambang toleransi. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan melalui UPTD BPTPHBUN Provinsi Bali pada bulan Oktober 2025 mengadakan sosialisasi pengendalian OPT tikus yang berlokasi di TPS3R, Kecamatan Tampaksiring, Kabupten Gianyar dihadiri oleh 4 Subak/Kelompok Tani (KT) yaitu KT. Kulub atas KT. Pulagan, KT. Kumba, KT. Kulu. Kepala UPTD BPTPHBUN Bali menjelaskan bahwa pengendalian hama harus dilakukan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan berbagai teknologi dan cara alami agar populasi hama tetap di bawah ambang toleransi. “Upaya pengendalian tidak bisa dilakukan secara instan, tetapi memerlukan partisipasi aktif petani dan penerapan metode terpadu di lapangan,” ujarnya.

Materi sosialisasi meliputi identifikasi OPT tikus, gejala serangan pada tanaman padi, serta berbagai teknik pengendalian. Di antaranya adalah gropyokan atau gerdal sanitasi, pengumpanan alami maupun kimia, penggunaan perangkap plastik TBS/LTBS, serta pengasapan dan pengemposan menggunakan bahan alami.

Petani juga diperkenalkan dengan rodentisida alami dan “parfum urine”, yaitu campuran urin ternak dan alkohol yang efektif mengusir tikus tanpa menimbulkan efek samping bagi lingkungan.

Sosialisasi pengendalian OPT pada tanaman padi ini adalah kegiatan memberikan pemahaman kepada petani tentang cara perkembangbiakan, mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang menyerang tanaman padi khususnya hama tikus (Rattus Argentiernter).  Dijelaskan ciri-ciri tanaman padi yang terserang OPT tikus, seperti cara perkembangbiakan tikus,  perilaku tikus, hamparan tanaman padi yang rusak bagian tengah petakan, batang yang rusak, Lubang aktif/sarang tikus,

Teknik pengendalian hama tikus:

Setelah Panen/sebelum tanam dapat dilakukan, gerdal gropyokan, gerdal sanitasi/pembersihan pematang sawah

  1. Pengumpanan tikus menggunakan Upan alami atau umpan racun kimia
  2. Menggunakan Perangkap dan Plastik TBS ketika hamparan luas belum ditanam serempak
    • Tanam Serempak
    • Fase Tanaman Vegetatif dan Generatif
      • Menggunakan Perangkap dan Plastik LTBS ketika hamparan sudah  di  tanam   serempak
      • Pengemposan dengan alat empos/ dengan bahan Gas
      • Pengasapan menggunakan Bahan Belerang
      • Penyemprotan/Aplikasi urine (Sapi, Kambing, Kelinci) pada tanam padi, jalur legowo dan sekitar pematang sawah 
      • Parfum Urine
  1. Cara Membuat Umpan Bioyoso dan Parfume Urine:
    • Bahan : 1 kg Umbi Gadung, 1 kg Kulit Kamboja, 1 butir Ragi, 1 kg dedak,  1 kg Ikan
    • Alat : Lumpang, sarung tangan, daun pisang
    • Cara membuat :Semua bahan campurkan di tumbuk kemudian bentuk sesuai selera dan dilanjutkan penjemuran untuk pengawetan umpan
    • Lakukan pengumpanan saat sore hari dan  ulang selama tanaman lubang tikus masih terlihat aktif/licin

Kelebihan Rodetisida Alami/Nabati :

  • Sudah tersedia di alam
  • Mampu meracuni, merontokan gigi, dandul tikus mandul
  • Tidak ada efek samping
  • Tidak menimbulkan resistensi OPT sasaran
  • Hemat
  • Murah

Kekurangan Rodentisida Alami/Nabati:

Bekerja secara lambat, sulit diprediksi hasilnya dan kurang cocok digunakan untuk kuratif/pengendalian yang bersifat eksplosif.

  • Bahan : 5 liter Urin (sapi, Kambing, Kelinci, Manusia) dan  100 ml Alkohol
  • Alat : Ember, botol kecil, ajir/bambu/turus
  • Cara Memuat : Urine di campur dengan Alkohol kemudian bagi 200 ml  menggunakan botol kecil yang sudah di lubangi pasang di ajir yang tingginya 50 cm  yang bertujuan untuk menyebarkan aroma urin di lokasi pertanaman budidaya

Kelebihan Parfume Urine :

Sudah tersedia di alam, mampu mengusir tikus dan serangga, tidak ada efek samping, tidak menimbulkan resistensi OPT sasaran, hemat dan murah

Kekurangan Rodentisida Alami/Nabati:

  • Bekerja hanya mengusir
  • Sulit diprediksi hasilnya
  • Kurang cocok digunakan untuk kuratif/pengendalian yang bersifat eksplosif

Pemerintah akan  terus memantau perkembangan populasi hama tikus (Rattus Argentiventer) dan melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan keberlanjutan pengendalian serta mencegah terjadinya kerugian hasil akibat dari serangan Hama Tikus. Pendekatan pengendalian ramah lingkungan ini dinilai lebih berkelanjutan karena bahan-bahannya mudah diperoleh, tidak menimbulkan resistensi, dan hemat biaya. “Dengan metode alami, kita tidak hanya melindungi tanaman padi, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem sawah,” tambahnya.

Distanpangan Bali akan terus melakukan pemantauan populasi hama tikus secara berkala serta mengevaluasi efektivitas metode pengendalian di lapangan. Upaya ini diharapkan mampu mencegah kerugian hasil panen dan meningkatkan ketahanan pangan daerah. Melalui kegiatan sosialisasi ini, petani diharapkan semakin sadar pentingnya pengendalian hama secara terpadu dan berkelanjutan demi pertanian Bali yang tangguh dan produktif.