Strategi Peningkatan Peran Pasar Mitra Tani/Toko Tani Indonesia Center (TTIC) Dalam Menjaga Stabilitas Pasokan, Distribusi Dan Harga Bahan Pangan Pokok Di Era Pandemi COVID-19

I. Made Oka Parwata1 , I. Made Arinata Winaya2 , Luh Sulastini3, I Made Buda4 dan I Putu Karyana5

Dinas Pertanian dan  Ketahanan Pangan Provinsi Bali

Jl. W.R. Supratman No.71, Denpasar.

ABSTRAK

Pandemi Covid-19 telah berdampak kepada semakin terbatasnya mobilitas manusia maupun barang/jasa. Kondisi ini tentu sangat berpengaruh terhadap akses masyarakat terhadap pangan yang berdampak kepada terganggunya ketahananan pangan, yang pada akhirnya dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas dan ketahanan nasional. Keterbatasan mobilitas manusia maupun barang/jasa juga berimplikasi kepada terganggunya pelaksanaan tugas dan fungsi TTIC dalam menjaga stabilitas distribusi dan harga bahan pangan pokok.

Dalam upaya menjaga stabilitas pasokan dan harga bahan pangan pokok, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali berupaya untuk menciptakan efisiensi rantai pemasaran dengan mengoptimalkan peran Toko Tani Indonesia Center (TTIC) untuk menyerap hasil produksi petani secara langsung, sehingga harga di tingkat petani dapat stabil, dan yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga ketahanan pangan selama pandemi Covid-19.

Tujuan kajian ini adalah merumuskan startegi yang paling tepat untuk meningkatkan peran Toko Mitra Tani/Toko Tani Indoinesia Center Indonesia dalam menjaga stabilitas pasokan, distribusi dan harga  bahan pangan di Era Pandemi Covid-19 di Provinsi Bali. Dimana kajian ini dilaksanakan di wilayah Toko Mitra Tani/ TTIC di Provinsi Bali dengan menggunakan metode purposive, dimana lokasinya ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dasar kebijakan Peningkatan Peran Pasar Mitra Tani/Toko Tani Indonesia Center dalam Stabilitas Pasokan, Distribusi dan Harga  Bahan Pangan Pokok di Era Pandemi covid-19. Metode analisis data yang digunakan adalah Metode analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treath) dan Model Skala Nilai (Rating Scale).      Hasil analisis faktor strategis ekternal dan internal menghasilkan Strategi terpilih, “Tingkatkan jejaring pemasaran melalui pengembangan pemasaran online dengan memanfaatkan dukungan ketersediaan produk pangan pokok dari mitra binaan untuk meraih peluang pasar sehingga terpenuhinya kebutuhan masyarakat” dengan kegiatan menjalin kerjasama dengan operator transportasi online, pengembangan sistem pemasaran secara online dan subsidi transport bahan pangan pokok.

Kata Kunci : TTIC, Stabilitas pasokan, distribusi dan harga bahan pangan pokok, SWOT.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, pangan selalu menempati prioritas utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Pentingnya peran pangan telah disampaikan dan diingatkan oleh Presiden RI  pertama, Ir. Soekarno yang mengemukan bahwa persoalan pangan menyangkut  mati hidupnya suatu bangsa, meskipun disampaikan beberapa puluh tahun yang lalu, namum persoalan pangan masih tetap relevan hingga kini dan terus menjadi prioritas  pembangunan nasional. Fakta sejarah telah membuktikan bahwa  permasalahan pangan adalah sekaligus menjadi problema sosial, budaya, ekonomi dan politik.

Selanjutnya, ketahanan pangan merupakan pilar pembangunann sektor-sektor lainnya. Hal ini dipandang strategis karena tidak satupun negara dapat membangun perekonomiannya tanpa terlebih dahulu menyelesaikan pangannya. Khusus bagi Indonesia  sektor pangan adalah sekaligus sektor penentu tingkat kesejahteraan sebagian besar penduduk yang bekerja di on-farm yang terdapat di perdesaan yang terdiri dari petani berlahan sempit dan buruh tani yang sebagian besar adalah petani miskin.

Tantangan untuk mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) yaitu tantangan dari penawaran atau penyediaan pasokan pangan dan dari sisi permintaan atau kebutuhan dan pemanfaatan pangan. Dari sisi penyediaan pasokan paling tidak ada lima hal yang perlu mendapat perhatian. Pertama kendala sumber daya alam, kedua dampak perubahan iklim, ketiga pertanian dicirikan oleh usaha skala kecil, keempat adanya ketidakseimbangan produksi pangan antar wilayah, kelima proporsi kehilangan hasil panen dan pemborosan pangan masih cukup tinggi. Sedangkan dari sisi permintaan sangat terkait dengan distribusi, daya beli, budaya/kebiasaan dan preferensi konsumen.

 Saat ini dengan merebaknya kasus pandemi Covid-19, telah menimbulkan dampak yang cukup nyata di berbagai sektor, termasuk sektor pangan. Hambatan yang muncul dalam masalah distribusi dan logistik  antar wilayah dan antar kabupaten berpotensi untuk menurunkan ketersediaan pangan didalam  daerah, sehingga akan mempengaruhi ketahanan pangan wilayah. Antisipasi dampak dari Pandemi Covid-19 ini telah dilakukan sejak awal muncul pandemi dan menjadi tangungjawab pemerintah Provinsi Bali dalam menyediakan pangan bagi 4,2 juta penduduk Bali.

Sektor pertanian sebagai penghasil bahan pangan, menjadi tulang punggung pemerintah dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan. Di tengah upaya pemerintah menanggulangi wabah pandemi covid-19 ini, maka ketersediaan pasokan pangan dan stabilitas harga di tengah situasi pandemi saat  ini menjadi perhatian penuh pemerintah agar ketahanan pangan tetap terjaga, apabila harga pangan berfluktuatif akan mempengaruhi ketersediaan petani selaku produsen pangan maupun masyarakat luas selaku konsumen akhir.

Dalam kondisi pandemi, dibutuhkan lebih banyak inovasi dan terobosan untuk memastikan distribusi kebutuhan pangan bisa merata kesemua daerah dan masyarakat guna membantu masyarakat yang mengalami keterbatasan akses pangan, sehingga tingkat kerawanan pangan dapat teratasi.

Pandemi covid-19 telah berpengaruh pada fluktuasi harga komoditas-komoditas pangan, disparitas harga antar produsen atau petani dan masyarakat konsumen menjadi lebar. Untuk itu sektor usaha pertanian perlu beradaptasi dengan perubahan ini dengan mengupayakan penciptaan rantai pemasaran produk pertanian yang lebih berpihak kepada petani.

Salah satu upaya menjaga stabilitas  pasokan, distribusi dan harga adalah melalui Pasar Mitra Tani/Toko Tani Indonesia Center (TTIC) yang bertujuan untuk menjaga pasokan pangan agar kondisi stabil dan masyarakat mendapatkan pangan yang terjangkau. Melalui Pasar Mitra Tani/TITC pemerintah dapat melakukan intervensi harga melalui pembelian langsung ke petani, dengan cara seperti ini pemerintah mendukung ekonomi petani, membuka akses pasar yang lebih luas, dimana TTIC telah dilengkapi konsep pasar modern, gedung yang permanen ditata dengan apik.

Sesuai dengan tujuan dan fungsi dari keberadaan Pasar  Mitra Tani/Toko Tani Indonesia Center (TTIC), sebagai lembaga penyangga sekaligus menjaga stabilitas distribusi dan harga bahan pangan pokok, di masa Pandemi Covid-19 ini dimana akses petani maupun masyarakat konsumen yang terbatas tentu akan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut.

Berdasarkan atas kondisi tersebut, untuk mengoptimalkan peran TTIC,  perlu dirumuskan strategi yang tepat dalam upaya meningkatkan peran TTIC dalam menjaga stabilitas pasokan bahan pangan di tengah Pandemi Covid-19.

Rumusan Masalah

Pandemi Covid-19 telah berdampak kepada semakin terbatasnya mobilitas manusia maupun barang/jasa. Kondisi ini tentu sangat berpengaruh terhadap akses masyarakat terhadap pangan yang berdampak kepada terganggunya ketahananan pangan, yang pada akhirnya dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas dan ketahanan nasional. Keterbatasan mobilitas manusia maupun barang/jasa juga berimplikasi kepada terganggunya pelaksanaan tugas dan fungsi TTIC dalam menjaga stabilitas distribusi dan harga bahan pangan pokok.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam upaya mengoptimalkan peran TTIC, apa rumusan strategi yang tepat untuk meningkatkan peran TTIC dalam menjaga stabilitas distribusi dan harga bahan pangan di tengah Pandemi Covid-19.

Tujuan

Tujuan perumusan Strategi Peningkatan Peran Pasat Mitra Tani/TTIC dalam rangka stabilitas pasokan, distribusi dan harga Bahan Pangan di Era Pandemi Covid-19  adalah merumuskan startegi yang paling tepat untuk meningkatkan peran Toko Mitra Tani/Toko Tani Indoinesia Center Indonesia dalam menjaga stabilitas pasokan, distribusi dan harga  bahan pangan di Era Pandemi Covid-19 di Provinsi Bali.

Sasaran

Adapun sasaran atau output kegiatan tulisan Strategi Peningkatan Peran Pasar Mitra Tani/Toko Tani Indonesia Center  yaitu  rekomendasi strategi peningkatan peran Pasar Mitra Tani/Toko Tani Indonesia Center dalam menjaga stabilitas pasokan, distribusi dan harga bahan pangan pokok di Era Pandemi Covid-19 di Provinsi Bali.

Kerangka Berpikir

Ketahanan pangan merupakan suatu sistim terintegrasi yang terdiri atas ketersediaan pangan, keterjangkuan dan pemenuhan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut. Subsistem ketersediaan pangan mancakup aspek produksi, cadangan serta keseimbangan antara ekspor dan impor pangan. Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun produksi bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume pangan yang tersedia bagi masyarakat tetap memadai baik dalam jumlah dan jenisnya serta stabil penyediaannya dari waktu kewaktu.

Aspek produksi pertanian bervariasi jumlahnya baik antar wilayah maupun antar waktu yang mengakibatkan jumlah pasokan tidak merata disetiap wilayah sepanjang waktu. Pada saat panen raya produksi hasil pertanian sangat berlimpah namun kecenderungan permintaan selalu tetap sepanjang waktu sehingga terjadi over supply dan penurunan harga. Disisi lain,  pada saat masa paceklik pasokan mengalami penurunan yang dapat mengancam pemenuhan ketersediaan pangan sehingga memicu kenaikan harga.

Pemikiran Thomas Malthus (1798) mengingatkan bahwa jumlah manusia akan meningkat secara eksponensial, sedangkan usaha pertambahan persediaan pangan hanya dapat meningkat secara aritmatika, sehingga timbul kekhawatiran bahwa suatu saat nanti dunia akan mengalami kondisi dimana ketersediaan bahan pangan tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk di dunia. Sesuai dengan amanat Undang-undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012 Pasal 32 ayat 2 bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pengembangan cadangan pangan masyarakat sesuai dengan kearifan lokal. Pengembangan cadangan pangan masyarakat dilakukan dalam rangka pemberdayaan dan perlindungan masyarakat dari kerawanan pangan, dengan memfasilitasi pembangunan fisik lumbung, pengisian cadangan pangan dan penguatan kelembagaan kelompok. Melalui pemberdayaan tersebut diharapkan masyarakat dapat mengelola cadangan pangan yang ada di kelompok, dan juga dapat meningkatkan peran dalam menjalankan fungsi ekonomi bagi anggotanya sehingga mampu mempertahankan dan mengembangkan cadangan pangan yang dimiliki.

Saat ini dunia sedang menghadapi pandemi covid-19. Pandemi covid-19 ini tidak semata-mata berdampak pada sektor kesehatan, namun juga berdampak pada social dan ekonomi masyarakat. Badan pangan dunia, Food Agricultural Oganization (FAO) juga sudah memperingatkan potensi terjadinya krisis global sebagai dampak jangka Panjang dari Pandemi Covid-19.  Rantai pasokan pangan dimana juga dapat terancam, ditengah pemberlakuan karantina wilayah, pembatasan sosial dan larangan perjalanan. Kebijakan tiap-tiap negara dalam mencegah penyebaran Covid-19 turut berimplikasi pada kebijakan pangan maupun kemampuan berproduksi mereka. Realita itu menunjukkan bahwa ketahanan pangan sama pentingnya dengan kesehatan masyarakat, seperti ibarat bayi siam keduanya sama-sama harus diselamatkan. Tenaga medis dan dokter merupakan tentara dalam upaya melawan penyebaran covid, demikian pula para petani, penyuluh pertanian dan insan pertanian lainnya juga merupakan pahlawan dalam menyelamatkan ketahanan pangan.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali merupakan SKPD pengampu bidang pertanian dan ketahanan pangan di Bali. Dalam upaya menjaga stabilitas pasokan dan harga bahan pangan pokok, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali berupaya untuk menciptakan efisiensi rantai pemasaran antara lain mengoptimalkan peran Toko Tani Indonesia Center (TTIC). Toko Tani Indonesia Center (TTIC) dalam kegiatannya menyerap hasil produksi petani secara langsung, sehingga harga di tingkat petani dapat stabil, dan yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga ketahanan pangan selama pandemi Covid-19, dimana petani kita tetap sehat, dan bisa tersenyum serta tetap semangat terus berproduksi. Kedaulatan pangan akan sulit terwujud apabila petani kita tidak sejahtera.

Untuk dapat terwujudnya kondisi yang diinginkan maka semua faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas pasokan, distribusi dan harga  bahan pangan pokok tersebut kita identifikasi dan interpretasikan sehingga dapat diketahui faktor-faktor yang telah dilakukan dalam stabilitas pasokan, distribusi dan harga  bahan pangan pokok tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka ditetapkan kerangka pikir sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Berpikir

KAJIAN PUSTAKA

Ketahanan Pangan

Ketersediaan pangan berfungsi menjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk dari segi kuantitas, kualitas keragaman dan keamanannya. Ketersediaan pangan dapat dipenuhi dari 3 (tiga) sumber yaitu: produksi dalam negeri, pemasokan pangan dan pengeloaan cadangan pangan. Ketersediaan pangan dapat diamati pada berbagai tingkatan yang secara hirarkhis mencakup rumah tangga, regional (kabupaten/kota dan provinsi) dan nasional. Ketersediaan bahan pangan merupakan salah satu hal terpenting dalam keperluan hidup orang banyak. Manusia membutuhkan konsumsi untuk dapat mempertahankan hidup, sehingga sudah dipastikan bahwa setiap orang membutuhkan makanan pokok untuk dikonsumsi. Dalam hal ini penyediaan bahan pangan harus sangat diperhatikan untuk memenuhi jumlah permintaan konsumen dan berusaha agar tidak terjadi kekurangan dalam produksinya. Untuk menjaga hal itu, yang terutama harus diperhatikan adalah bagaimana menyeimbangi hasil produksi dengan permintaan konsumen atau dapat dilihat dari pertumbuhan penduduk baik itu dalam skala dunia, negara, ataupun per masing-masing daerah.

Kondisi ketersediaan pangan berkaitan dengan faktor-faktor harga dan pasokan pangan. Harga dan pasokan pangan merupakan indikator-indikator strategis yang saling terkait, untuk mengetahui status distribusi pangan. Terjadinya gejolak harga pangan menunjukkan gejala terganggunya distribusi pangan. Stabilisasi Harga mendukung upaya petani/peternak memperoleh harga penjualan yang menguntungkan dan membantu konsumen memperoleh komoditas pangan dengan dengan harga terjangkau dan kualitas yang baik sesuai dengan kebijakan pemerintah seperti penetapan harga dasar (floor price). Dinamika harga pangan di tingkat produsen dan konsumen seringkali pergerakannya saling bertolak belakang, yaitu ketika harga produsen tinggi maka yang tertekan adalah konsumen dan sebaliknya saat harga produsen rendah maka yang mengalami tekanan terbesar adalah produsen. Oleh karena itu, disatu sisi produsen harus mendapatkan harga yang layak dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya, tetapi disi lain dengan membiarkan harga di tingkat konsumen tinggi juga mengakibatkan semakin tertekan dan tergerusnya daya beli masyarakat di tingkat konsumen (BKP, 2020)

Ketahanan pangan merupakan suatu sistem terintegrasi yang tediri atas ketersediaan pangan, keterjangkuan dan pemenuhan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut. Subsistem ketersediaan pangan mancakup aspek produksi, cadangan serta keseimbangan antara ekspor dan impor pangan. Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun produksi bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume pangan yang tersedia bagi masyarakat tetap memadai baik dalam jumlah dan jenisnya serta stabil penyediaannya dari waktu kewaktu. Aspek produksi pertanian bervariasi jumlahnya baik antar wilayah maupun antar waktu yang mengakibatkan jumlah pasokan tidak merata disetiap wilayah sepanjang waktu. Pada saat panen raya produksi hasil pertanian sangat berlimpah namun kecendrungan permintaan selalu tetap sepanjang waktu sehingga terjadi over supply dan penurunan harga. Di sisi lain,  pada saat masa paceklik pasokan mengalami penurunan yang dapat mengancam pemenuhan ketersediaan pangan sehingga memicu kenaikan harga.

Pemikiran Thomas Malthus (1798) mengingatkan bahwa jumlah manusia akan meningkat secara eksponensial, sedangkan usaha pertambahan persediaan pangan hanya dapat meningkat secara aritmatika, sehingga timbul kekhawaritan bahwa suatu saat nanti dunia akan mengalami kondisi dimana ketersediaan bahan pangan tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk di dunia. Sesuai dengan amanat Undang-undang pangan Nomor 18 Tahun 2012 Pasal 32 ayat 2 bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pengembangan cadangan pangan masyarakat sesuai dengan kearifan lokal. Pengembangan cadangan pangan masyarakat dilakukan dalam rangka pemberdayaan dan perlindungan masyarakat dari kerawanan pangan, dengan memfasilitasi pembangunan fisik lumbung, pengisian cadangan pangan dan penguatan kelembagaan kelompok. Melalui pemberdayaan tersebut diharapkan masyarakat dapat mengelola cadangan pangan yang ada di kelompok, dan juga dapat meningkatkan peran dalam menjalankan fungsi ekonomi bagi anggotanya sehingga mampu mempertahankan dan mengembangkan cadangan pangan yang dimiliki.

Toko Tani Indonesia Center (TTIC)

Permasalahan gejolak harga pangan hingga saat ini masih menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan. Harga pangan yang berfluktuasi akan mempengaruhi kesejahteraan petani selaku produsen pangan maupun masyarakat luas selaku konsumen akhir. Oleh karena itu, stabilitas harga pangan menjadi salah satu tujuan prioritas  dalam  pembangunan nasional

Berbagai upaya dan kebijakan  telah dilakukan oleh Pemerintah, baik bersifat jangka pendek maupun bersifat jangka panjang dan mengacu pada permasalahan  utama yang terjadi  selama ini yaitu tingginya disparitas harga  antara produsen dan konsumen yang mengakibatkan keuntungan  tidak proporsional antara pelaku usaha. Harga yang tinggi di tingkat konsumen  tidak menjamin petani (produsen) mendapatkan harga yang layak, sehingga diperlukan keseimbangan harga yang saling menguntungkan, baik di tingkat produsen maupun di tingkat konsumen.

`     Dalam tata niaga pangan saat ini, Kementerian Pertanian melalui terobosan  sebagai solusi permanen  dalam mengatasi gejolak harga pangan  yaitu Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) melalui kegiatan Toko Tani Inonesia  (TTI). Kegiatan tersebut merupakan upaya pemerintah untuk menjaga harga wajar di tingkat produsen serta mempermudah aksebelitas  pasokan harga di tingkat konsumen.

Dalam rangka memfasilitasi kegiatan PUPM melalui TTI dengan memudahkan konsumen menjangkau komoditas pangan yang langsung berasal dari Gapoktan/LUPM dan memberikan kesempatan gapoktan/supplier pangan untuk memasarkan  langsung komoditasnya  serta upaya pengendalian harga  dengan yang ditetapkan pemerintah, maka dibentuk Toko Tani Inonesia Center (TTIC). TTIC dapat memberikan kontribusi dalam kelancaran distribusi pangan, pemasaran komoditas pangan ke masyarakat dengan harga yang terjangkau, ketersediaan pasokan dan kemudahan akses dalam mendapatkan pangan yang murah.

`     TTIC merupakan sarana atau wadah gapoktan/supplier//produsen pangan lainnya untuk memasarkan komoditas pangan hasil produksi pertanian khususnya, beras, cabai dan bawang merah yang diproduksi langsung dari petani serta komoditas pangan lainnya. Keberadaan TTIC diharapkan mampu memperpendek mata rantai distribusi komoditas pangan yang dipasarkan langsung melalui TTI dan TTIC sehingga harga dapat selalu dikendalikan lebih rendah daripada harga pasar pada umumnya.

Perubahan teknologi degital ini menuntut agar TTI dan TTIC semakin adaptip menyesuaikan perkembangan tersebut dalam upaya meningkatkaan pelayanan terhadap masyarakat. Penyediaan sistem informasi perdagangan elektronik pangan pokok dan strategis berbasis Teknologi Informasi menjadi keharusan dalam menghadapi perkembangan TTIC ke depan, sistem ini akan memudahkan transaksi antara gapoktan dan TTI.

Agar pelakanaan pasokan pangan baik yang dikembangkan dalam kegiatan PUPM melalui TTImaupun pangan dalam rangka stabilitas harga dalam skala lebih luas dapat berjalan secara lebih efisien, maka pemerintah Provinsi Bali melalaui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali melaksanakan kegiatan Toko Tani Indonesia Center (TTIC).

Manajemen strategik

Menurut Wheelen and Hunger, (2012, h53) manjamen strategi adalah sekumpulan keputusan manajerial dan anksi pengambilan keputusan jangka panjang didalam perusahaan. Hal ini termasuk analisis lingkungan (lingkungan internal dan ekternal) menurut Kuncoro (2006.h.13) Manajemen Strategik merupakan suatu proses yang meliputi sejumlah tahapan yang saling berkaitan dan berurutan.

METODE DAN ANALISIS

Lokasi Kajian

Kajian ini dilaksanakan di wilayah Toko Mitra Tani/ TTIC di Provinsi Bali dengan menggunakan metode purposive, dimana lokasi ini ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dasar kebijakan Peningkatan Peran Pasar Mitra Tani/Toko Tani Indonesia Center dalam Stabilitas Pasokan, Distribusi dan Harga  Bahan Pangan Pokok di Era Pandemi covid-19.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan wawancara terhadap komponen masyarakat yang terkait langsung dengan pelaksanan kegiatan TTIC, meliputi : apparat Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Prov. Bali, Petani binaan dan konsumen pada saat peratingan dan pembobotan.

Data

Data yang dibutuhkan dalam kajian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden dengan teknis interview. Data sekunder dikumpulkan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Jakarta.

Analisa Data

Dalam penulisan ini,  metode analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut :

  • Metode analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treath) yaitu metode yang dipakai untuk mengidentifikasi dan menganalisis lingkungan strategik (faktor-faktor internal dan eksternal) organisasi yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.  Kegunaannya adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang paling dominan sekaligus untuk menentukan strategi prioritas dalam bentuk matriks SWOT.
  • Model Skala Nilai (Rating Scale)  yaitu metode untuk menentukan faktor yang paling berpengaruh dengan cara memberikan nilai pada masing – masing faktor dengan menggunakan skala Likert antara 1 sampai dengan 4.

Strategi Peningkatan Peran Pasar Mitra Tani/Toko Tani Indonesia Center dianalisis dengan metode SWOT (Strenghts, Weaknes,s Opportunities, Threats). SWOT adalah akronim untuk kekuatan (strenghts), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats). Menurut Jogiyanto (2005), SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki suatu organisasi, perusahaan, atau kelembagaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang dihadapi. Menurut David (2008), semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Kekuatan/kelemahan internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi. Tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan. Menurut David (2008) penjelasan SWOT adalah sebagai berikut:

  1. Kekuatan (strenghts) adalah sumber daya, ketrampilan, atau keunggulan-keunggulan lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan, organisasi atau kelembagaan. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kopetitif bagi perusahaan, organisasi, atau kelembagaan.
  2. Kelemahan (weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja perusahaan, organisasi, atau kelembagaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen, dan ketrampilan lainnya.
  3. Peluang (opportunities) adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, organisasi, atau kelembagaan.
  4. Ancaman (threats) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, organisasi, atau kelembagaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan, organisasi atau kelembagaan.

Hasil analisis SWOT berupa sebuah matriks yang terdiri dari empat kuadran. Masing-masing kuadran merupakan perpaduan strategi antar faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan factor eksternal (peluang dan ancaman). Menurut Rangkuti (2009), matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan, organisasi atau kelembagaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternative strategi yaitu SO, ST, WO, dan WT. Strategi SO adalah strategi yang dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi   ST  adalah  strategi dalam menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Strategi WO adalah strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada dan strategi WT adalah strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman (Rangkuti 2009). Matriks tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Matriks SWOT

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Lingkungan Strategik

Dalam rangka meningkatkan peran Pasar Mitra Tani/Toko Tani Indonesia Center (TTIC), maka seluruh aktivitas dan kegiatan yang dilakukan TTIC harus diarahkan untuk mengoptimalkan tugas dan fungsi TTIC sebagai Lembaga perantara antara petani produsen dengan konsumen, khususnya dalam menjaga stabilitas pasokan sehingga harga menjadi relative stabil.  Untuk itu factor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja TTIC dalam pelaksanaan tupoksinya baik yang bersifat internal maupun eksternal harus diidentifikasi dan diperhatikan. Faktor internal adalah faktor yang berpengaruh terhadap sasaran yang datang dari dalam organisasi, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar organisasi yang berpengaruh terhadap sasaran. Adapun faktor dimaksud dapat diidentifikasi sebagai berikut :

Faktor Internal

Sebagaimana dinyatakan oleh Kotler (1992) dan Suwarsono (2002), bahwa berdasarkan atas analisis faktor internal suatu organisasi/ lembaga akan dapat diketahui kekuatan (“strength”) maupun kelemahan (“weakness”) yang dapat mempengaruhi terwujudnya sasaran organisasi/lembaga tersebut.

Berdasarkan atas analisis faktor internal TTIC sebagai sebuah Lembaga perantara antara petani produsen dengan konsumen, khususnya dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga bahan pangan pokok maka dapat dicatat beberapa kekuatan yang menjadi motor penggerak organisasi serta kelemahan-kelemahan yang menghambat laju perkembangan organisasi, yaitu :

Kekuatan (Strenghts), sebagai motor penggerak TTIC :

  • Tersedianya out-let pemasaran produk yang reperesentatif.
  • Tersedianya dukungan produk yang memadai.
  • Tersedianya dukungan anggaran yang memadai.

Kelemahan (Weaknesses), sebagai penghambat perkembangan TTIC :

  • Kurangnya kualitas dan kuantitas SDM.
  • Lemahnya jejaring pemasaran.
  • Terbatasnya jam operional.
Faktor Eksternal

Berdasarkan analisis lingkungan eksternal TTC, diperoleh peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats), sebagai berikut :

Peluang (Opportunities)

  • Tersedianya peluang pasar.
  • Berkembangan teknologi pemasaran online.
  • Adanya dukungan kebijakan dari pemerintah.

Ancaman (Threats)

  • Persaingan dengan usaha sejenis.
  • Membanjirnya produk dari luar.
  • Lemahnya penguasaan informasi pasar
Analisis Lingkungan Strategis

Berdasarkan atas hasil identifikasi lingkungan strategis tersebut di atas, maka dapat ditetapkan matriks SWOT sebagai berikut :

Tabel 2. Analisis lingkungan strategis TTIC.

Dari identifikasi lingkungan internal dan eksternal dari TTIC, maka dapat dibuat matrik alternatif strategi seperti Tabel 2. berikut ini :

Tabel 2 : Matrik Alternatif Strategi Peningkatan Peran Pasar Tani/TokoTani Indonesia Center (TTIC) dalam Stabilitas Pasokan, Distribusi dan Harga Bahan Pangan Di Era Pandemi Covid-19.

Sumber : data diolah (2021)

Berdasarkan hasil proses pembobotan pemberian peringkat (rating) untuk masing-masing faktor, sehingga dapat dilakukan evaluasi pengaruh faktor-faktor strategis terhadap upaya peningkatan peran TTIC di Provinsi Bali.

Dari keseluruhan internal dan ekternal faktor, Pasar Mitra Tani /Toko Tani Inonesia Center sebagai lembaga perantara, berdasarkan atas penilaian, pembobotan dan rating matriks strategi internal dan ekternal, ditetapkan matrik sebagai berikut:

Sumber : Hasil Analisa,2021.

Matrik faktor strategis internal mengalisis faktor-faktor strategis internal berupa kekuatan dan kelemahan. Berdasarkan analisis matriks FSI pada tabel 3 diperoleh total skor untuk faktor strategis internal sebesar 1,50. Skor ini menunjukkan dalam pelaksanaan peningkatan peran TTIC di Provinsi Bali memiliki kondisi internal yang kuat. Hasil analisis menunjukkan TTIC sebenarnya dapat memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi kelemahannya. Secara terpisah, faktor-faktor yang menjadi kekuatan mempunyai skor yang lebih tinggi (1,50) dibandingkan dengan faktor yang menjadi kelemahan (-1,60). Tersedianya dukungan produk yang memadai merupakan kekuatan yang menjadi dasar untuk peningkatan peran TTIC di Provinsi Bali. Sedangkan dari sisi kelemahan, lemahnya jejaring pemasaran menjadi hambatan dalam peningkatan peran TTIC di Provinsi Bali.

Tabel 4. Matriks  Farktor Strategis Ekternal

Sumber : Hasil Analisa, 2021

Hasil analisis faktor strategis ekternal pada tabel 4 menunjukkan bahwa tersedianya peluang pasar (0,80) dan berkembangnya teknologi pemasaran on line (0,80) merupakan peluang terbesar untuk peningkatan peran TTIC. Sedangkan ancaman yang paling besar adalah persaingan dengan usaha sejenis.

Hasil analisis faktor internal dan ekternal menjadi dasar untuk proses pemaduan antara faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam bentuk matriks SWOT. Proses penggabungan keempat faktor bermanfaat dalam menentukan alternatif strategi yang terpilih. Analisis matriks SWOT menghasilkan strategi terpilih. 

Berdasarkan atas hasil analisis pembobotan dan peratingan, maka Strategi terpilih berada di kuadran II (Strategi WO), yang berarti “meminimalkan kelemahan untuk meraih peluang”, sebagaimana tampak pada Gambar 1.

Gambar 1.  Posisi Strategi Pilihan Berdasarkan Analisis SWOT.

 Berdasarkan atas hal tersebut, mada ditetapkan : strategi terpilih, program dan kegiatan sebagai berikut:

Strategi  Terpilih :

“Tingkatkan jejaring pemasaran melalui pengembangan pemasaran online dengan memanfaatkan dukungan ketersediaan produk pangan pokok dari mitra binaan untuk meraih peluang pasar sehingga terpenuhinya kebutuhan masyarakat”

Program  :

  1. Stabilisasi, distribusi dan harga pangan.

Kegiatan :

  1. Menjalin Kerjasama dengan operator transportasi online.
  2. Pengembangan sistem pemasaran secara online
  3. Subsidi Transport bahan pangan pokok.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
  • Dalam rangka mengoptimalkan Pasar Mitra Tani /Toko Tani Indonesia Center (TTIC) dalam menjaga stabilitas, distribusi dan harga bahan pangan pokok di Provinsi Bali, strategi yang harus dilaksanakan adalah : “Tingkatkan jejaring pemasaran melalui pengembangan pemasaran online dengan memanfaatkan dukungan ketersediaan produk pangan pokok dari mitra binaan untuk meraih peluang pasar sehingga terpenuhinya kebutuhan masyarakat”.
  • Program dan kegiatan sebagai inplementasi strategi adalah :
  1. Program stabilisasi, distribusi dan harga pangan.
  1. Kegiatan :
  • Menjalin kerjasama dengan operator transportasi online.
  • Pengembangan sistem pemasaran secara online
  • Subsidi transport bahan pangan pokok.
Saran
  1. Dukungan pembiayaan untuk subsidi transport bahan pangan pokok
  2. Jangka panjang membangun sistem pemasaran secara online TTIC
  3. Mengoptimalkan pembinaan kepada Mitra binaan dalam upaya penyediaan bahan pangan pokok yang berkualitas secara berkesinambungan.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Badan Ketahanan Pangan Kementan Jakarta. 2020. Panduan Teknis Panen, Harga Pangan.
  2. Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta, Kencana Premana Media Group.
  3. Eriyanto, 2012. Ilmu Sistem. Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manjemen. Penerbit Guna Widya, Surabaya.
  4. Kuncoro, Mudrajad. 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kopetitif. Jakarta, Erlangga.
  5. Rangkuti,F. 2009. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta, Gramedia.
  6. Suwarsono Muhammad, 2002. Manajemen Strategik, Konsep dan Kasus Edisi 3. UPP AMP YKPN – Yogyakarta.
  7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012, Tentang Pangan. Jakarta, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
  8. Wheelen, T.and Hunger,D. 2012. Strategic Management and Busieness Policy, 13 th.Pretoce Hall.