Tingkatkan Sinergi Dengan Balai Karantina Dalam Pemantauan Perkembangan Dan Penyebaran OPT/OPTK

Oleh : I Dewa Ayu Yona Aprianthina, SP. M.Sc.
(Pengendali OPT Ahli Pertama)

Rendahnya produktivitas dan mutu dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas penerapan Good Agricultural Practicies (GAP) di tingkat petani dan masih tingginya kehilangan hasil akibat serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). OPT merupakan faktor pembatas bagi produksi/produktivitas tanaman budidaya. Oleh sebab itu, dalam kegiatan perlindungan tanaman perlu dilakukan pemantauan terhadap perkembangan dan penyebaran serta pengendalian OPT. Tujuan akhir budidaya dari hulu hingga hilir yaitu tercapainya produksi yang tinggi dan kualitas produksi yang baik agar mampu menyesuaikan permintaan pasar ekspor baik dalam maupun luar negeri. Beberapa produk pertanian yang telah diekspor ke luar negeri antara lain mangga, manggis, salak, produk kacang mete, pisang, bunga melati, krisan. Masih banyak lagi produk dan olahan hasil pertanian yang berpotensi untuk diekspor, namun masih terkendala produksi dan adanya cemaran OPT pada proses pre harvest, harvest, post harvest, shipping, dan distribusinya. Untuk mencapai terget ekspor dan menghasilkan produksi yang tinggi serta kualitas yang baik, dalam budidaya dan aspek perlindungan tanaman terdapat sistem kegiatan pengendalian, pencegahan kejadian eksplosif OPT dan eradikasi OPT yang tidak pernah lepas dari peran Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali, UPTD yang membidangi perlindungan tanaman serta Karantina Tumbuhan.

 Gambar 1. Pertemuan Seminar Hasil Pemantauan Daerah Sebar OPT/OPTK

Karantina merupakan tempat pengasingan dan tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya OPT dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia. Selain itu, peran Dinas Pertanian baik Provinsi maupun Kabupaten dan UPTD Laboratorium Perlindungan Tanaman diperlukan dalam rangka melakukan pembinaan serta praktek dengan mengaplikasikan terapan teknologi yang tepat kepada kelompok tani di seluruh wilayah Provinsi Bali dalam rangka mengendalikan dan pencegahan eksplosif OPT. UPTD Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan memiliki labortaorium uji sampel dan telah menghasilkan beberapa produk hayati serta terapan teknologi yang telah diujicobakan dalam rangka tindakan pengendalian dan pencegahan serangan OPT pada tanaman perkebunan. Beberapa produk hayati yang dihasilkan oleh UPTD tersebut antara lain yaitu jamur antagonis/Agensia Pengendali Hayati (Metarhizium sp. Trichoderma sp. dan Bauveria bassiana), Metabolit sekunder Trichoderma sp., pestisida nabati, Mikro Organisme Lokal (MOL), pupuk kompos berAPH. Sinergisitas dan kerjasama diperlukan dari seluruh stakeholder terkait dalam mendukung serta melakukan tindakan bersama dan serentak dalam sistem pengendalian dan perlindungan tanaman perkebunan di wilayah Provinsi Bali.
Pertemuan antara stakeholder terkait dengan sistem perlindungan dilakukan sebagai upaya memantau perkembangan dan penyebaran OPT/OPTK untuk menjaga ketahanan pangan dilaksanakan pada Senin, 14 Oktober 2019 di Balai Karantina Kelas I Denpasar. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan Kepala Balai Karantina beserta staf, perwakilan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali, Kepala UPTD Perlindungan Tanaman Provinsi Bali, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Udayana serta perwakilan Dinas Pertanian yang membidangi pemantauan perkembangan OPT dari 8 (delapan) Kabupaten/Kota se-Provinsi Bali.

Gambar 2. Diskusi dan foto bersama seluruh stakeholder terkait penanganan dan pengendalian OPT di Balai Karantina Kelas I Denpasar

Pembahasan dan diskusi dalam pertemuan tersebut antara lain membahas mengenai beberapa OPTK baru yang ditemukan di beberapa lokasi di wilayah Provinsi Bali yang telah diidentfikasi dan telah dilakukan uji laboratorium antara lain :

  1. Papaya ringspot virus (PRSV) yang menyerang buah pepaya di Tabanan.
  2. Jamur Peronosclerospora sp., bakteri Pantoea stewartii (dengan gejala goresan kuning yang jelas pada daun jagung) dan ulat grayak (Spodoptera sp.) pada jagung yang ditemukan pada bulan Agustus tahun 2019  di Karangasem dan Jembrana.
  3. Bactrocera accipitalis (dengan ciri khas morfologi pada bagian dorsal terdapat pola huruf M dan bagian abdomen terdapat pola huruf T ) dan Batracera bryaniae (lalat buah) yang ditemukan di wilayah dekat hutan yang menyerang buah cabai di kecamatan Gerokgak, Buleleng.
  4. Roviolea indica dengan ciri morfologi tubuh berwarna merah yang menyerang pembibitan kelapa, pada serangan tingkat lanjutan menyebabkan buah muda mudah rontok. Serangan acarina ini ditemukan di Kecataman Melaya, Jembrana.
  5. Serangan Biskhoraeria gulmae yang menyerang bulir padi di Kabupaten Bangli. Namun Biskhoraeria gulmae baru-baru ini telah keluar dari daftar OPTK.

Selain itu, dibahas juga beberapa perkembangan dan penyebaran OPT pada tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan hasil pemantauan dan pelaporan Dinas Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali serta upaya tindakan pengendalian terhadap serangan OPT yang ada.

Berdasarkan hasil pertemuan tersebut disarankan adanya tindakan kerjasama dalam menyatukan akses informasi serta aksi bersama dalam pemantauan daerah sebar, perkembangan dan tindakan pengendalian OPT antara Balai Karantina, pakar ilmu dari Universitas Udayana dan Dinas terkait baik di Provinsi maupun Kabupaten. Besar harapan dengan adanya pertemuan dan diskusi tersebut, OPT yang merupakan faktor pembatas kualitas dan kuantitas produksi dapat dikendalikan dengan tepat sehingga mampu meningkatkan ekspor dan kesejahteraan petani.