Upaya Konservasi Musuh Alami dengan Pengembangan Tanaman Refugia

Oleh:
Anang Priyono
POPT Ahli Madya

Istilah tanaman refugia mungkin masih terdengar baru bagi petani maupun petugas lingkup pertanian di Bali, kecuali jajaran sub sector tanaman pangan karena pada tahun 2020 telah dilaksanakan kegiatan Demonstrasi Area Tanaman Sehat dengan bantuan bibit refugia dan bantuan lainnya pada pertanaman padi sawah. Sementara itu bagi petani disekitar Kodya Denpasar, sebenarnya telah terbiasa menanam tanaman refugia dengan menanam tanaman dari jenis bunga-bungaan seperti bunga gumitir, bunga pacar air dan bunga lainnya sebagai bahan/sarana kegiatan adat/upacara keagamaan bagi masyarakat di Bali.


Selanjutnya apa sebenarnya definisi tanaman refugia? menurut para ahli, definisi refugia adalah pertanaman beberapa jenis tumbuhan yang dapat menyediakan tempat perlindungan, sumber pakan atau sumberdaya yang lain bagi musuh alami seperti predator dan parasitoid serta berfungsi sebagai mikrohabitat yang diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam usaha konservasi musuh alami.

Dengan kata lain bahwa refugia adalah tumbuhan (baik tanaman maupun gulma) yang tumbuh disekitar tanaman yang dibudidayakan, yang berpotensi sebagai mikrohabitat bagi musuh alami (baik predator maupun parasitoid), agar pelestarian musuh alami tercipta dengan baik. Bagi musuh alami, tanaman refugia ini memiliki banyak manfaat diantaranya adalah sebagai sumber nektar dan sebagai rumah sementara bagi musuh alami, sebelum adanya populasi hama di pertanaman. Oleh karena itu penanaman tanaman refugia dilaksanakan sebelum penanaman tanaman utama dan dapat dijadikan sebagai konsepsi konservasi musuh alami dan penanggulangan OPT tanaman berkelanjutan.

Apa saja tanaman yang termasuk refugia? Beberapa penelitian menyebutkan jenis tanaman hias yang berpotensi sebagai refugia antara lain bunga matahari (Helianthus annuus), bunga kertas zinnia (Zinnia peruviana), (Zinnia acerosa), (Zinnia bicolor), (Zinnia grandiflora), (Zinnia elegans), kenikir (Cosmos caudatus) dll. dan kelompok gulma yang selama ini terkesan sebagai tanaman pengganggu ternyata bisa dijadikan refugia. Terutama yang berasal dari famili asteraceae seperti babadotan (Ageratum conyzoides), tumbuhan liar yang sengaja ditanam atau tumbuh dengan sendirinya di area pertanaman antara lain, bunga legetan (Synedrella nodiflora),pegagan (Centella asiatica), rumput setaria (Setaria sp.), rumput kancing ungu (Borreria repens), dankacang hias atau kacang pentoi (Arachis pentoi), selain itu ada juga sayuran yang berpotensi sebagai refugia sekaligus bahan pangan antara lain kacang panjang (Vigna unguiculata ssp. sesquipedalis), bayam (Amaranthus spp.).

Berdasarkan hasil monitoring pada bulan Maret 2020 di Subak Bengkel dan Subak Mela di Desa Bengkel dan Buwit Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, menurut POPT Kecamatan Kediri I Gusti Made Sumerta bantuan bibit tanaman refugia sebanyak 10.000 bibit dapat menekan serangan hama penggerek batang padi karena biasanya hama penggerek batang padi selalu endemis di daerah tersebut setelah ditanami refugia serangan menurun menjadi ringan dibawah ambang ekonomi, akan tetapi untuk memasyarakatkan dan menanam tanaman refugia berkelanjutan diketemukan beberapa kendala, diantaranya : 1. petani telah terbiasa dengan cara pengendalian OPT secara instan menggunakan pestisida, 2. petani menganggap kurang praktis, 3. perlu proses waktu untuk sosialisasi dan penyadaran kepada petani tentang manfaat fefugia.

Selanjutnya dari hasil survei keragaman hayati pada lingkungan padi disekitar pertanaman refugia di daerah Desa Singapadu. Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, diketemukan banyak serangga bermanfaat di sekitarnya baik dari jenis musuh alami, decomposer bahan organik maupun serangga bermanfaat lainnya seperti: kumbang Coccinelid dan kumbang Carabid merupakan predator dari kelompok ordo Coleoptera, Lalat parasitoid Tachinid dan lalat tantara hitam dari jenis lalat decomposer Ordo Diptera, parasitoid Ichniomonid dari kelompok lebah Ordo Heymenoptera dan predator belalang sembah dari Ordo Ortoptera,

Gambar dengan arah jarum jam: Kumbang Coccinellide, Belalang sembah, Lalat Tachinid, Parasitoid Ichniomonid, Kumbang Carabid, Lalat tantara hitam (BSF),

 Hal ini membuktikan bahwa penanaman refugia dapat meningkatkan keragaman hayati serangga di lingkungan sekitarnya yang merupakan salah satu modal  dasar dalam konservasi musuh alami dan pengelolaan OPT pada tanaman budidaya pertanian, sehingga ke depan sangat perlu terus disosialisasikan dan ditumbuhkembangkan di ekosistem pertanian baik pada tanaman pangan, hotikultura maupun perkebunan.

                Pengembangan tanaman refugia berkelanjutan pada pertanaman hortikultura dan perkebunan yang memiliki umur tanaman panjang/tahunan dan memiliki ekosistem yang relatif lebih stabil sangat berpotensi menjadi solusi dasar dalam penanggulangan OPT.  Karena dengan keberadaan rumah sementara dan tersedianya makanan yang melimpah bagi musuh alami secara berkelanjutan akan menciptakan kondiisi lingkungan yang aman dan nyaman bagi predator dan parasitoid untuk tumbuh dan berkembang biak dan akhirnya terjadi keseimbangan secara alami antara hama dan musuh-musuhnya di alam dan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) tidal lagi menjadi problematik yang serius bagi pertanaman budidaya kita.

Denpasar, 8 Pebruari 2021