Waspada Penyakit Lumpy Skin Diseases (LSD)

Ni Wajan Leestyawati
Penyuluh Pertanian Utama

Lumpy skin diseses (LSD) adalah penyakit pada hewan yang disebabkan oleh virus pox. Penyakit LSD menyerang hewan sapi, kerbau dan beberapa jenis hewan ruminansia liar.

Meskipun tidak bersifat zoonosis atau tidak menular kepada manusia, namun LSD menimbulkan kerugian yang besar. Kerugian yang ditimbulkan berupa kehilangan berat badan, karena hewan tidak bernafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, keguguran dan kerusakan pada kulit.

Sapi yang terserang LSD menunjukkan beberapa gejala seperti demam, timbulnya benjolan-benjolan pada kulit dengan batas yang jelas, sehingga penyakit ini bisa juga dinamai penyakit kulit benjol, keropeng pada hidung dan rongga mulut dan pembengkakan pada kelenjar pertahanan.

Penularan penyakit dari satu hewan ke hewan lain terjadi melalui beberapa jalur, yaitu

  1. Ditularkan oleh serangga penghisap darah, seperti nyamuk, caplak dan lalat
  2. Kontak langsung antara hewan sakit dan hewan yang sehat
  3. Penularan dari induk yang sakit kepada anak di dalam kandungan dan melalui air susu
  4. Melalui jarum suntik yang tidak steril dan digunakan berulang.
  5. Pakan dan air minum yang tercemar ludah hewan yang terinfeksi.

Perpindahan / lalu lintas hewan ke daerah lain sangat mempengaruhi penyebaran penyakit ke wilayah yang lebih luas. Lebih dari 45% kelompok ternak dapat terinfeksi dengan tingkat kematian mencapai 10% (Naipospos, 2021).

LSD pertama kali ditemukan di Zambia, Afrika pada tahun 1928. Penyakit menyebar sampai ke afrika utara (1980) dan ke Mesir (1988) kemudian ke Israel dan timur tengah (1988), dan menjadi wabah di timur tengah pada tahun 2006 dan 2007. Kemudian tahun 2012, LSD menyebar ke Yunani dan Bulgaria dan Balkan. Terus masuk ke Eropa dan menjadi wabah pada tahun 2018. Menurut Badan Pangan Dunia, Food and Agriculture Organization  (FAO), penyakit LSD sudah sampai di Asia. Negara pertama Asia yang tertular adalah Bangladesh (Juli 2019), kemudian India dan China (Agustus 2019). Selanjutnya Taiwan (Juli 2020), Vietnam (Oktober 2020), Thailand (Mei 2021), dan Malaysia (Juni 2021).

Dengan sudah tertularnya negara-negara tetangga dekat dengan Indonesia, maka LSD sudah menjadi ancaman bagi Indonesia sehingga Indonesia perlu mewaspadai penyakit lumpy skin diseases (LSD).

Kewaspadaan yang dapat dilakukan adalah :

  1. Mengenali dan mengenalkan penyakit LSD kepada masyarakat, terutama kepada peternak.
  2. Melaporkan bila menemukan penyakit dengang gejala seperti LSD.
  3. Mencegah masuknya penyakit dengan mengawasi lebih teliti lalu lintas ternak, hewan dan bahan pangan asal hewan dari luar negeri maupun antar wilayah di Republik Indonesia.
  4. Meningkatkan manajemen peternakan
  5. Menerapkan biosekuriti secara disiplin di peternakan,

  • Menjaga kondisi tubuh ternak agar tetap sehat dengan mencukupi kebutuhan pakan dan menyediakan kandang yang nyaman bagi ternak.
  • Mengupayakan agar kandang dalam kondisi bersih, kering dan hangat.
  • Menjaga kebersihan kandang dan lingkungannya, membersihkan sampah dan kotoran ternak setiap hari agar tidak menjadi sarang  serangga penghisap darah, seperti nyamuk, caplak dan lalat karena serangga merupakan salah satu vektor yang menularkan penyakit LSD.
  • Melakukan penyemprotan (spraying) kandang dengan anti serangga dan merendam ternak (dipping) dalam larutan insektisida secara berkala.

Tetap waspada, mencegah lebih baik dari pada mengobati.

Sumber :

Naipospos, T.S.P. 2019. Kajian singkat Lumpy Skin Disease – Jakarta, 26 Februari 2019.

Nuraini Z. 2021. Upaya Kesiagaan Dan Kewaspadaan Terhadap LSD. Webinar 21 Juli 2021.

Soeharsono. 2021. “Lumpy Skin Disease” Mengancam Indonesia, Kompas 6 Agustus 2021.