Mengenal Elisitor Biosaka dan Manfaatnya

Oleh:

  1. Ir. Anang Priyono MSc. POPT Ahli Madya,
  2. Dewa Ayu Yona Aprianthina, SP. MSc. POPT Ahli Muda
    Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali
Gambar 1. Larutan Elisitor Biosaka mampu melindungi tanaman dari serangan OPT dan menekan penggunaan pupuk sampai dengan 50-90 persen

Elisitor adalah molekul signal yang memacu terbentuknya metabolit sekunder di dalam kultur sel. Elisitor yang berasal dari bahan hayati disebut elisitor biotik yang meliputi polisakarida, protein, glikoprotein atau fragmen-fragmen dinding sel yang berasal dari fungi, bakteri, dan tanaman.  Sedangkan Elisitor abiotik adalah zat yang dihasilkan dari bahan non hayati berupa logam berat, garam anorganik, pH, stress suhu, cahaya, dan sebagainya.

Tanaman elisitor adalah suatu tanaman yang mengandung senyawa kimia yang dapat memicu respon fisiologi, morfologi dan akumulasi fitoaleksin, meningkatkan aktivasi dan ekspresi gen yang terkait dengan biosintesis metabolit sekunder. Elisitor dapat menginduksi resistensi tumbuhan.

Istilah ini diperkenalkan oleh Prof. Robert Manurung ahli ITB setelah mendapatkan informasi terkait penggunaan bahan Biosaka hasil temuan M. Anshar dari Blitar.  Seperti diketahui Biosaka sebelumnya dikira semacam hormone atau katalisator yang mampu mengurangi penggunaan pupuk dan mampu melindungi tanaman dari serangan hama penyakit.  Pada saat ini jajaran Kementan sedang melakukan pengkajian penggunaannya, baik mengkaji kandungan biologi bahan, maupun dilakukan pengujian lapang multi lokasi di beberapa tempat di Indonesia.

Agar kita tidak ketinggalan informasi, maka kita perlu mempelajari informasi terkait Elisitor Biosaka, Belajar memilih bahan, membuat dan mencoba aplikasi pada tanaman pertanian, khususnya di Bali sehingga secara cepat dan tepat dapat belajar dan mengetahui hasilnya.

Sejarah Singkat dan Manfaatnya

Elisitor Biosaka pertama dicoba sejak tahun 2006 oleh Petani dari Blitar, Bernama Muhamad Anshar, Biosaka adalah bahan dari larutan tumbuhan atau rerumputan yang diketahui mampu melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit dan mampu menekan penggunaan pupuk mencapai 50-90 persen.  Biosaka terdiri dari suku kata Bio dan Saka, Bio singkatan dari Biologi, dan Saka singkatan dari Soko Alam Kembali Ke Alam atau dari Alam Kembali ke Alam adalah inovasi yang telah dikembangkan oleh petani dari bahan baru-terbarukan yang tersedia melimpah di alam.  

Elisitor Biosaka tidak menggunakan mikroba maupun proses fermentasi dalam pembuatannya,” dan bukan teknologi yang rumit, tapi hanya sesuatu yang sederhana sekali. “Dalam membuatnya tidak menggunakan mesin, hanya dengan tangan menurut M. Anshar.

Ansar mengakui, awalnya dirinya hanya ingin membantu petani, namun malah kini berkembang dengan baik di Blitar. Sebagai penggagas Biosaka, ia mulai melakukan riset sejak tahun 2006. Kemudian mulai dikembangkan secara masif pada tahun 2011 melalui pemberdayaan petani. “Kami memberikan pendampingan dan observasi langsung pada lahan milik petani,” ujarnya.

Kemudian sejak pertengahan tahun 2019, Ansar mulai melakukan pendampingan di wilayah Kabupaten Blitar, khususnya petani di wilayah Kecamatan Wates. Saat itu jumlahnya hanya 1-2 petani. Namun melalui getuk-tular dan dibantu petugas pertanian lapangan, perkembangan selama 2 tahun pendampingan teknologi Biosaka sudah mulai diuji coba pada skala luas.

“Kini hampir setiap kecamatan wilayah Blitar sudah menerapkan. Kami belum bisa pastikan berapa petani yang menerapkan, tapi terus bertambah,” ujarnya.

Manfaatnya

Kelebihan  bahan ini menurut penemunya yaitu: Pertama, efektifitas kinerja yang baik. Reaksi biosaka dapat dilihat dalam waktu 24 jam setelah aplikasi. Kedua, dapat digunakan pada seluruh fase tanaman, mulai dari benih sampai panen, Ketiga, proses produksinya pun sangat cepat karena tidak menggunakan metode fermentasi yang biasanya memakan waktu paling cepat 1 minggu. Keempat,  cara penggunaannya mudah dan penggunaan dosis yang sangat sedikit, cukup 40 ml dicampur 15 liter air untuk satu kali penyemprotan untuk luasan 1.000 m2, atau 400 ml untuk 1 ha tanaman padi. “Penyemprotan dari mulai tanam sampai panen dilakukan sekitar 7 kali aplikasi, Kelima,  dapat diterapkan pada semua komoditas, termasuk tanaman perkebunan. Keenam,  dapat mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 50-90 persen, sehingga jauh menghemat biaya produksi. Ketujuh bahan baku Biosaka juga tersedia setiap saat di lingkungan petani, dimana dan kapanpun.

Namun demikian Ansar mengakui, kekurangan Biosaka adalah tidak dapat diproduksi dengan mesin. Kekurangan lain, bahan baku yang terus berganti pada saat pembuatan. “Setelah saya mempelajari, hama selalu berganti dan beradaptasi. Hasil penelitian saya ternyata teknologi alam bisa dimanfaatkan petani untuk adaptasi lingkungan. Teknologi alam menjadi kelebihan Indonesia,

Gambar 2. M. Anshar merupakan petani Penemu Elisitor Biosaka, yang saat ini sedang banyak dipelajari dan dikembangkan di Indonesia

Pemilihan Bahan

Elisitor Biosaka dibuat dari bahan rerumputan dan daun tanaman berpohon yang sedang dalam pertumbuhan optimal dengan ciri-ciri yaitu daun dalam keadaan sehat, tidak terserang hama, jamur, virus dengan warna hijau segar  tidak terlalu tua atau muda. 

Selain itu informasi dari narasumber tidak boleh dari daun berlendir dengan jumlah antara 5-20 jenis dedaunan.

Gambar 3. Bahan dipilih dari bahan rumput dan daun liar dilapangan yang sehat, segar tidak terserang hama dan penyakit

Cara membuatnya

Rumput dan daun terseleksi dimasukkan ke dalam ember yang telah berisi air, untuk satu genggam sedang rumput dibutuhkan air sekitar 5-10 liter air untuk ukuran satu genggam besar bisa digunakan air 10-20 liter air.

Rumput diremas pelan memutar dan diselingi dengan adukan agar homogen.peremasan pelan dilaksanakan sekitar 10-15 menit, setelah itu dilakukan penekanan lebih kuat, sambal terus diselingi dengan pengadukan.  Peremasan dihentikan bila warna telah coklat gelap homogen, sedikit berbusa.  Menurut ahlinya peremasan membutuhkan waktu 30-60 menit tergantung jenis rumput dan sedikit-banyaknya bahan.  Pengalaman penulis bahan bisa langsung diperas secara segar dari lapang, tetapi lebih bagus dilayukan 24-48 jam bisar agak layu, sambal diseleksi lagi, yang tidak kering dan rusak.

Cara Aplikasinya

Pengaplikasian Biosaka menggunakan spreyer, dengan cara posisi nozzle menghadap ke atas sekitar 1 meter diatas tanaman, nozzle diatur menghasilkan drif seperti kabut, aplikasi juga melihat arah angin sehingga penyebaran partikel larutan mengarah pada daun tanaman sasaran secara merata.

Dosis aplikasi untuk tanaman padi dan jagung yaitu 40 ml per 15 liter air alat semprot, sedangkan untuk tanaman cabe, tomat, kacang tanah dosis 20-30 ml per tangki sprayer tergantung umur tanaman, periode aplikasi sekitar 10-14 hari sekali.

Tantangan dan Peluang

Elisitor Biosaka adalah temuan penting dari alam yang berpotensi dasar membuat tanaman sehat dan murah karena bahan tersedia melimpah di alam, akan tetapi dari segi ilmiah masih banyak yang belum dapat dijelaskan.  Penulis mencoba melihat hubungan larutan hasil remasan dengan nilai PH dan TDS.

Gambar 6. Hasil sample beberapa kali peremasan ternyata ada korelasi hasilnya terhadap nilai pH dan TDS (banyaknya zat terlarut dalam air)

Tabel 1. Pengamatan terhadap nilai pH dan TDS Beberapa sample Biosaka

Hasil sementara ada indikasi keterikatan pH dengan tingkat homogenitas bahan, semakin homogen bahan cenderung memiliki pH netral.  Bahan yang baru dibuat bila memiliki homogenitas yang tinggi yaitu pH sekitar 7 atau lebih, akan tetapi PH tersebut turun mendekati pH lima untuk penyimpanan sampai 2 minggu, tetapi untuk bahan yang homogen turun sekitar 6,5 kemudian naik lagi mendekati pH 7.

Sedangkan nilai TDS sangat tegantung dengan jumlah bahan dan cara peremasan, bila bahan cukup banyak dan peremasan daun kuat dan relatif hancur, justru nilai TDS-nya lebih tinggi, tetapi bila peremasannya benar sesuai petunjuk yaitu secara pelan selama 10-15 menit selanjutnya ditekan lebih kuat tetapi tidak sampai hancur, nilai TDS biasanya antara 300-600.

Mengamati hasil kajian ini, dan memperhatikan bahwa kandungan mikroba hasil ujicoba oleh Laboratorium IPB yang disampaikan pada saat webinar, begitu tinggi kandungan Trichoderma, Bacillus dan mikroba baik lainnya, tetapi ditemukan juga mkroba penyebab penyakit padi dalam jumlah 10 pangkat 6, Hal ini menunjukkan bahwa Elisitor Biosaka masih menyisakan tantangan untuk dikaji dan diteliti secara ilmiah.

Elisitor Biosaka adalah teknologi baru terbarukan yang ditemukan oleh petani, fakta membuktikan bahwa, teknologi ini telah berhasil dicoba secara luas, akan tetapi secara ilmiah masih banyak misteri yang harus diungkap atau diteliti sesuai bidang ilmu terkait.  Untuk itu maih terbuka lebar untuk mencoba dan meneliti dan mengkaji Elisitor Biosaka ini.