Mengenal Hama Penghisap Buah Kakao (Helopelthis sp.)

Oleh :
I Dewa Ayu Yona, SP. M.Sc
Pengendali OPT Ahli Muda

Kakao merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Produk olahan utama dari biji kakao adalah cokelat. Bubuk kakao adalah bahan dalam pembuatan kue, es krim, makanan ringan, susu, dan lain-lain. Dalam bahasa keseharian masyarakat kita menyebutnya coklat. Karakter rasa coklat adalah gurih, dengan aroma yang khas sehingga disukai banyak orang khususnya anak-anak dan remaja.

Menurut Wikipedia (2020) bahwa Indonesia merupakan negara peringkat ketiga sebagai penghasil kakao setelah Pantai Gading dan Ghana. Berdasarkan data statistik Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali tahun 2019, potensi wilayah pengembangan kakao antara lain di Kabupaten Jembrana (6.200 Ha)  dan Kabupaten Tabanan (4500 Ha). Jenis varietas kakao yang paling umum ditanam di Bali yaitu Kakao Lindak dan Sulawesi 1. Salah satu OPT penting yang menyerang tanaman kakao yaitu Hama Penghisap Buah Kakao. Hama Penghisap Buah Kakao ini dikenal dengan nama ilmiahnya yaitu Helopelthis sp.

Gambar 1. Serangga dewasa (imago) Helopelthis sp.

Menurut Yuono (2015), serangan hama ini dapat menurunkan produktivitas buah 50-60%. Serangan yang berulang setiap tahun dapat menimbulkan kerugian sangat besar karena tanaman tidak sempat tumbuh normal.

Stadium yang merusak dari hama ini adalah serangga muda (nimfa) dan dewasa (imago). Hama ini menyerang buah dan pucuk/tunas tanaman kakao dengan cara menghisap cairan bagian tanaman tersebut, serangan pada buah muda menyebabkan kematian buah muda dan serangan pada tunas/pucuk menyebabkan kematian pucuk (die back). Adapun  tanaman inang dari Helopelthis sp. antara lain Kakao (T. Cacao), Teh (Camellia sinensis), Kina (Cinchona sp.), Kapok (Ceiba pentandra), Kayu manis (Cinnamomum burmanni), Rambutan (N. Lappaceum), dan Tephrosia spp.Penghisap buah kakao (Helopeltis sp.) tersebar di beberapa negara penghasil kakao seperti Malaysia, Indonesia, Afrika Barat, Afrika Timur, Papua New Guinea, dan Amerika Selatan. Hingga saat ini Helopeltis sp. diketahui terdiri dari 13 spesies yang 2 spesies diantaranya terdapat di Indonesia. Kedua spesies tersebut adalah H. antonii Sign. dan H. theivora Watt.

Gambar 2. Serangga muda (nimfa) Helopelthis sp.

Hama yang termasuk ke dalam family miridae dan ordo hemiptera ini menyerang dengan cara menghisap bagian-bagian tanaman tadi menggunakan mulutnya. Bekas hisapan pada bagian tanaman tersebut biasanya akan meninggalkan bekas berupa bercak-bercak hitam. Bercak tersebut timbul akibat cairan ludah yang dikeluarkan serangga ini ketika akan menghisap. Serangga penghisap buah ini dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar jika terjadi infeksi atau menjadi vektor beberapa jamur penyebab penyakit tanaman seperti jamur Fusarium solani, Aspergilus sp., Glomella cingulata, Botryodiploida theobromae, dan Penicillium janthinellum.

Pengenalan hama ini pelu dilakukan secara baik dan teknik pengendalian serta penerapannya secara tepat dapat mengendalikannya dan pada akhirnya mencegah kehilangan hasil yang akan terjadi. Populasi dan serangan hama penghisap buah kakao umumnya meningkat saat musim hujan karena pada musim hujan intensitas penyinaran matahari semakin kecil, kelembaban udara semakin tinggi, dan kecepatan angin semakin rendah. Kondisi seperti ini sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan hama ini.

Biologi Hama Helopelthis sp.

Serangga ini mempunyai tipe metamorfosa tidak sempurna terdiri dari telur, nimfa dan imago. Telur berbentuk lonjong, berwarna putih, pada salah satu ujungnya terdapat sepasang benang yang tidak sama panjangnya. Telur diletakkan pada permukaan buah atau pucuk dengan cara diselipkan di dalam jaringan kulit buah atau pucuk dengan bagian ujung telur yang ada benangnya menyembul keluar.

Pada fase imago inilah intensitas serangan penghisap buah kakao akan semakin tinggi, karena selain melakukan pengrusakan terhadap buah-buah kakao, imago akan kawin dan kembali meletakan telur-telur yang dihasilkannya ke dalam jaringan kulit untuk melanjutkan siklus keturunannya. Hama penghisap buah dapat menyerang buah kakao saat pagi dan sore hari. Karena ia tidak menyukai keberadaan cahaya, ketika siang hari hama ini biasanya bersembunyi di bagian tanaman yang gelap seperti sela-sela atau bagian daun yang menghadap ke bawah.

Ciri-ciri Morfologi

  1. Telur berwarna putih berbentuk lonjong, diletakkan pada tangkai buah, jaringan kulit buah, tangkai daun muda, ranting atau permukaan buah muda dengan ukuran kisaran 1 mm. Lama periode telur 6 – 7 hari.
  2. Nimfa yang keluar berbulu halus dan belum memiliki jarum. Nimfa Helopeltis sp bentuknya seperti serangga dewasa tetapi tidak bersayap, lama periode nimfa 10 – 11 hari. Nimfa mempunyai bentuk yang sama dengan imago tetapi tidak bersayap, terdiri dari 5 instar dengan 4 kali ganti kulit.
  3. Helopeltis sp dewasa (imago) pada bagian tengah tubuhnya berwarna jingga dan bagian belakang berwarna hitam atau kehijau-hijauan dengan garis putih. Pada bagian tengah tubuh (mesoskutelum) terdapat embelan tengah lurus berbentuk jarum pentul, sayap dua pasang, tipis dan tembus pandang. Serangga betina dewasa selama hidupnya dapat meletakkan telurnya hingga 200 butir selama 34 hari. Serangga jantan berwarna coklat kehitam-hitaman, sedangkan serangga betina berwarna coklat kemerah-merahan, tungkai berwarna coklat kelabu, punggung berwarna hijau kelabu, dan panjang tubuhnya 6,5 sd 7,5 mm. Serangga yang tumbuh optimal pada ketinggian 200 sd 1.400 meter di atas permukaan laut ini, dapat hidup sampai 50 hari. Telur tersebut biasanya diletakan di permukaan buah muda.

Gejala Serangan

Serangga muda (Nimfa) dan dewasa (imago) menyerang pucuk dan buah muda tanaman kakao dengan menusukkan alat mulutnya (stilet) ke jaringan tanaman kemudian mengisap cairan di dalamnya. Stilet membentuk dua saluran, yaitu saluran makanan dan saluran air liur. Ketika stilet melakukan penetrasi ke tanaman inang maka air liur akan dipompa ke bagian tersebut menyebabkan jaringan tanaman menjadi lebih basah sehingga lebih mudah untuk diisap. Pada kelenjar ludah dan midgut Helopeltis dijumpai enzim amylase, protease, dan lipase. Adanya enzim ini akan membantu merombak jaringan tanaman dan penetrasi stilet serta melawan pertahanan kimia tanaman inang.

Gejala buah kakao yang terserang Helopeltis spp. ditandai dengan bercak-bercak berwarna cokelat kehitaman. Serangan pada buah muda (ukuran ± 8 cm) menyebabkan layu pentil dan umumnya buah akan mengering kemudian rontok. Apabila pertumbuhan buah terus berlanjut maka kulit buah akan mengeras dan retak-retak, dan akhirnya terjadi perubahan bentuk buah yang dapat menghambat perkembangan biji di dalamnya. Apabila serangan terjadi pada pucuk maka akan menyebabkan mati pucuk. Pada kulit buah kakao tua tampak bercak-bercak bekas tusukan berwarna cokelat kehitaman. Pucuk layu dan mati (die back), ranting mengering dan meranggas. Pada serangan berat, daun-daun gugur dan ranting mengeras.Serangan pada buah tua biasanya jarang terjadi karena kulit buah sudah terlalu keras dan tidak mengandung cairan yang bisa dimakan oleh hama penghisap.

Gambar 3. Bercak hitam pada pentil buah (kiri) dan pada buah dewasa (kanan)
Gambar 4. Bentuk buah kakao menjadi tidak normal (kiri) dan bercak hitam pada pucuk (kanan)

Pengendalian

Pengendalian populasi hama Helopeltis spp. pada tanaman kakao dilakukan melalui konsep pengendalian hama terpadu (PHT), dengan memadukan dua atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan, yang dapat dilakukan dengan :

  1. Penggunaan Varietas Resisten

Varietas kakao yang tahan hama Helopeltis spp. dan berproduksi tinggi menjadi langkah pertama dalam melakukan strategi pengendalian. Beberapa varietas unggul tahan Helopeltis, yaitu ICCRI 01, ICCRI 02, ICCRI 03, ICCRI 04, dan RCC 70-71.

  1. Kultur teknis

Pemupukan yang lengkap dan seimbang akan menjadikan tanaman tumbuh dengan baik serta memiliki daya tahan terhadap serangan Helopeltis spp. Pemupukan biasanya dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu pada saat musim penghujan atau pada akhir musim hujan. Pemupukan N secara berlebihan akan mengakibatkan jaringan tanaman menjadi lunak dan kandungan asam amino sangat tinggi sehingga disukai oleh Helopeltis spp. Sedangkan tanaman yang kekurangan unsur P dan K akan rentan terhadap serangan Helopeltis spp.

Pemangkasan dengan membuang tunas air (wiwilan) di sekitar cabang-cabang utama setiap dua minggu, dapat mengurangi populasi Helopeltis karena tunas air merupakan salah satu tempat peletakan telur Helopeltis. Selain dengan pemangkasan, pengendalian hama penghisap buah kakao secara kultur teknis juga dapat dilakukan dengan penggunaan pohon penaung yang dapat menjadi rumah bagi semut hitam yang tak lain adalah musuh alami dari hama penghisap buah. Beberapa pohon penaung tersebut adalah kelapa, lamtoro, dan sengon. Untuk mengurangi serangan Helopeltis spp. sebaiknya tanaman pelindung tidak terlalu lebat, sehingga sirkulasi udara berlangsung lancar. Helopeltis spp. tidak menyukai angin dan sinar matahari secara langsung.

Selain itu dapat dilakukan dengan sanitasi. Kebun yang kotor mendukung perkembangan hama ini karena banyak gulma yang menjadi inang alternatifnya sehingga perlu dilakukan pembersihan gulma di sekitar pertanaman kakao.

  1. Pengendalian biologis

Dilakukan dengan menggunakan musuh alami yang menyerang Helopeltis spp., seperti predator, parasitoid, dan patogen serangga (entomopathogen). Beberapa musuh alami golongan predator yang berperan sebagai pengendali Helopeltis spp. adalah Chrysoperla carnea (Neuroptera: Chrysopidae), Mallada sp. (Neuroptera: Chrysopidae), dan Oxyopes sp. (Arachnida: Oxyopidae).  Jenis predator lainnya yaitu Coccinella sp., semut hitam (Dolichoderus thoracicus) dan semut merah (Oecophylla smaragdina). Namun, populasi semut hitam dan semut rangrang lebih dominan. Keefektifan predator dalam mengendalikan Helopeltis antonii membutuhkan waktu sekitar dua tahun.

Semut hitam dan semut merah mengganggu imago Helopeltis spp. pada permukaan buah menyebabkan Helopeltis tidak bisa meletakkan telur atau mengisap buah karena diserang oleh semut tersebut. Pemapanan semut hitam dengan menggunakan sarang daun kelapa yang dikombinasikan dengan inokulasi kutu putih (Cataenococcus hispidus) menggunakan sayatan kulit buah kakao cukup berhasil dan dapat menekan serangan dan populasi Helopeltis secara efektif pada periode empat bulan setelah pemapanan, terutama pada tanaman kakao dengan penaung kelapa.Selain dengan inokulasi kutu putih dapat meningkatkan populasi semut hitam.

Selain dengan semut hitam, pengendalian hama secara biologi dapat juga dilakukan dengan menggunakan semut rangrang (Oecophylla smaragdina) yang berwarna merah cokelat. Untuk menghadirkan semut rangrang dapat dilakukan dengan menempatkan atau memindahkan koloni semut rangrang dari tempat lain atau dengan menaruh bangkai binatang pada pohon untuk menarik semut rangrang.

Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami golongan patogen, yaitu Beauveria bassiana dan Lecanicillium lecanii. Penggunaan B. bassiana dosis 25-50 gram spora per hektar menyebabkan kematian Helopeltis spp. pada 2-5 hari setelah aplikasi.

  1. Secara Mekanik atau Fisik

Pengendalian Helopeltis spp. secara mekanik dapat dilakukan dengan menangkap serangga menggunakan alat bantu berupa bambu yang diberi perekat (getah) pada ujungnya. Disamping itu penyelubungan buah dengan kantong plastik gula berukuran panjang 30-35 cm x lebar 17-18 cm dan salah satu ujung lainnya dibiarkan terbuka dapat dilakukan pada buah yang berukuran 8-12 cm. Buah yang diselubungi dengan kantong plastik akan terhindar dari serangan Helopeltis spp.

  1. Penggunaan Insektisida Nabati

Pestisida nabati merupakan senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan yang digunakan untuk mengendalikan OPT. Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tumbuhan, baik dari daun, bunga, buah, biji, atau akar.Insektisida nabati yang dapat digunakan untuk pengendalian helopeltis antara lain ekstrak daun mimba, tembakau, sirsak, wedusan, sereh, paitan dengan konsentrasi 2,5-5%.

  1. Insektisida kimia sintetis

Pengendalian dengan insektisida sintetik dilaksanakan secara bijaksana dengan memperhatikan alat aplikasi, jenis, dosis/konsentrasi, cara, dan waktu aplikasi yang tepat.Insektisida sintetik yang dapat digunakan antara lain yang berbahan aktif kuinalfos+sipermetrin 0,625 l/ha, tiametoksam 0,125 kg/ha, dan lamda-sihalotrin 0,5 L/ha, 0,003% lambda cyhalothrin dan 0,01% triazhopos.Pengendalian kimia dilakukan dengan aplikasi insektisida seperti Baytroid 50 EC, Sumithion 50 EC, Lannate 50 EC, Orthene 75 EC, dan Leboycid 550 EC.

Referensi :

Elna Karmawati, dkk. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.

Firdausil AB, Nasriati, A. Yani. 2008. Teknologi Budidaya Kakao. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Hatta Sunanto. 1994. Cokelat, Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya. Kanisius.

Rijadi Subiantoro. 2009. Hama Penting pada Tanaman Kakao. Politeknik Negeri Lampung.