Peluang dan Tantangan Usaha Pandan Harum (Wangi) Iris

Oleh:
I Wayan Suarjana, S.TP
Analisis Pasar Hasil Pertanian Ahli Pertama

Sektor pertanian terbukti mampu bertahan menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat Bali khususnya disaat Pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Masyarakat yang selama ini bekerja di sektor non pertanian utamanya jasa pariwisata menjadi pihak yang paling terdampak pandemi. Selain menjadi sektor primer yang banyak diusahakan masyarakat, sektor pertanian seringkali menjadi sektor pelarian bagi sejumlah orang ketika mereka kehilangan lapangan kerjanya. Sektor pertanian di Bali cukup menjanjikan dilihat dari berbagai sisi diantaranya lahan, sumber daya manusia (SDM), akses pemasaran, akses permodalan, akses teknologi maupun dari sisi yang lain. Selain untuk kebutuhan pangan, pengembangan sektor pertanian di Bali juga dimanfaatkan untuk memenuhi permintaan yng berkaitan dengan agama, budaya maupun seni yang permintaanya cukup tinggi.

Iklim tropis didukung oleh kondisi lahan yang subur menjadi keunggulan bagi Bali dalam memproduksi komoditas pertanian dalam jumlah, kualitas dan kontinyuitas yang cukup. Selain komoditas yang sudah umum untuk diperdagangkan, mayoritas masyarakat Bali juga membutuhkan komoditas pertanian untuk kebutuhan adat dan keagamaan khususnya Agama Hindu. Bunga, buah maupun daun menjadi komoditas pertanian yang paling banyak dicari konsumen. Salah satu komoditas tersebut yakni daun pandan harum (wangi) yang diiris untuk digunakan sebagai bahan tambahan pangan, komponen pembuatan canang maupun kebutuhan dekorasi. Permintaan komoditas ini terus mengalami peningkatan terutama menjelang perayaan hari besar Agama Hindu maupun upacara adat di Bali.

Pandan harum (wangi) sangat mudah untuk dibudidayakan  baik di tegalan maupun bekas lahan sawah dengan syarat tingkat hara dan air yang cukup. Selama ini, petani memilih menanam pandan harum (wangi) dibekas sawah maupun disepanjang jalur irigasi untuk memenuhi kebutuhan air tanaman ini. Sebaran pengembangan pandan harum (wangi) dapat ditemukan hampir disemua kabupaten/kota di Bali dengan luasan dan volume produksi yang bervariasi. Budidaya maupun penanganan komoditas ini cukup sederhana dan tidak membutuhkan biaya yang besar dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Namun, komoditas pandan harum (wangi) belum menjadi komoditas unggulan daerah padahal potensi komoditas ini sangat besar dilihat dari permintaan yang ada di pasar.

Gambar 1. Tanaman Pandan Harum (Wangi)
Sumber: Bangbara.com

Pandan harum (wangi) masuk dalam famili Pandanaceae yang memiliki aroma yang khas. Selain digunakan untuk kebutuhan pangan, daun pandan harum (wangi) juga digunakan untuk kebutuhan spiritual maupun dekoratif. Pandan harum (wangi) sebelum dapat dipergunakan untuk kebutuhan spiritual maupun dekoratif harus melalui serangkaian tahapan sederhana untuk mengubah bentuk komoditas dimaksud agar nilainya meningkat. Panen pandan harum biasanya dilakukan pagi hari maupun di sore hari untuk meminimalisir paparan sinar matahari. Daun pandan yang telah dipanen kemudian dibersihkan, selanjutnya diiris tipis menggunakan mesin khusus. Hasil irisan daun pandan harum (wangi) kemudian dikumpulkan untuk selanjutnya dijual ke pasar-pasar tradisional maupun langsung ke konsumen.

Pengembangan usaha pandan harum (wangi) iris sangat potensial untuk dikembangkan lebih lanjut walaupun untuk saat ini sasarannya masih terbatas pada pasar lokal di Bali. Pengembangan yang dimaksud dilakukan baik dari sisi hulu ke hilir. Pasokan pandan harum (wangi) segar harus terus tersedia baik dengan menanam sendiri maupun bekerja sama dengan petani yang membudidayakan komoditas ini. Proses penanganan maupun pemasaran pandan harum (wangi) iris perlu memperhatikan karakteristik pemasaran komoditas segar agar produk yang dijual tidak mengalami susut hasil yang berlebihan. Suhu dan kelembaban menjadi faktor yang harus diperhatikan baik dalam tahap panen, pengolahan dan pemasaran pandan harum (wangi) iris.

Gambar 2. Penggunaan Pandan Harum (Wangi) Iris (visitbali.id)

Peluang pasar komoditas pandan harum (wangi) iris sangat menjanjikan di Bali terutama mendekati perayaan hari besar keagamaan seperti Galungan, Kuningan dan lain sebagainya. Penggunaan pandan harum (wangi) iris hampir digunakan disemua sarana persembahan di Bali baik ditingkat rumah tangga maupun dalam lingkup yang lebih besar. Peluang ini mesti diambil sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pemanfaatan lahan-lahan tidur yang selama ini belum termanfaatkan. Pandan harum (wangi) dapat dipasarkan di pasar tradisional, industri pariwisata (kebutuhan dekoratif), maupun dijual langsung ke konsumen. Peluang pasar ini semakin menarik melihat jumlah usahawan di bidang pandan harum (wangi) iris yang tidak terlalu banyak. Pengembangan agribisnis pandan harum (wangi) iris tidak terlepas dari berbagai tantangan yang ada. Tantangan tersebut diantaranya: 1) Luasan lahan pertanian yang semakin menyusut akibat dari alih fungsi lahan yang akan berdampak pada menurunnya pasokan bahan baku, 2) diseminasi teknologi pascapanen dan penyimpanan untuk menjaga kesegaran pandan harum (wangi) iris belum maksimal diketahui dan dimanfaatkan oleh petani atau pengusaha pandan harum (wangi) iris.

Tantangan tersebut bisa diatasi atau diminimalisir dampak negatifnya dengan memanfaatkan lahan-lahan non produktif menjadi kawasan pandan harum (wangi) terutama lahan yang berdekatan dengan saluran irigasi. Selain itu, pandan harum juga bisa di tanam di teba atau tegalan yang selama ini belum termanfaatkan dengan optimal. Lebih lanjut, pengusaha dapat memanfaatkan permodalan berupa KUR untuk mendapatkan pinjaman dengan bunga yang tidak memberatkan. Modal yang cukup dapat digunakan untuk memperluas akses pasar baik dari sisi hulu maupun hilir. Selain itu, pengetahuan mengenai ilmu pascapanen sangat dibutuhkan oleh petani/pengusaha pandan harum (wangi) iris untuk menekan susut hasil yang selama ini sering terjadi. Diseminasi teknologi pascapanen dapat dilakukan oleh instansi pemerintah maupun akademisi yang membidangi hal tersebut, mengingat tidak semua petani/pengusaha pandan harum (wangi) iris yang melek teknologi sehingga mengalami kendala dalam mengakses informasi tentang teknologi pascapanen di dunia maya.