Oleh :
I Dewa Ayu Yona Aprianthina, S.P.,M.Sc.
(POPT Ahli Muda)
Menurut Permentan No.24 Tahun 2011, pestisida merupakan semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk memberantas hama penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian. Pada sekitar 4500 tahun lalu, pestisida digunakan untuk pertama kali untuk budidaya pertanian berupa sulfur dan sejak abad ke 15, senyawa berbahaya seperti arsenik, raksa dan timbal diterapkan di lahan pertanian untuk membunuh hama serta pada tahun 1975an (pestisida DDT, organoklorin, organofosfat dan karbamat digunakan sebagai bahan aktif pestisida). Pengaruh negatif penggunaan pestisida mulai dirasakan berupa penurunan kesuburan burung pemakan ikan yang tidak bereproduksi pada tahun 1960an sehingga penggunaannya mulai dikurangi (Wikipedia, 2024).


(Sumber: www. pertanian.sultengprov.go.id dan www.dkppp.temanggungkab.go.id)
Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi sistemik dan kontak. Pestisida sistemik diserap oleh seluruh bagian tanaman termasuk ke bunga sehingga meracuni hama yang menghisap nutrisi tanaman, sehingga jenis pestisida ini juga membahayakan serangga non target (menguntungkan) seperti lebah dan serangga polinator lainnya. Sedangkan klasifikasi pestisida menurut bahan aktifnya, berdasarkan Permentan Nomor 39 Tahun 2015 tentang pendaftaran pestisida yaitu pestisida sintetik (berbahan aktif senyawa sintetik) dan pestisida nabati (berbahan aktif bahan alami/biologi). Dampak penggunaan pestisida antara lain dapat berupa resurjensi, resistensi, residu, dan toksisitas akut. Gejala ringan yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi bahan pangan mengandung pestisida berupa sakit perut dan muntah, sedangkan gejala keracunan akut dengan gejala sakit kepala, mual, muntah, keletihan dan tremor. Akumulasi residu pestisida pada tubuh manusia menyebabkan efek kronis yaitu kerusakan sistem syaraf, sistem imunitas tubuh, sistem reproduksi serta gangguan ginjal dan hati.

(Sumber : www.cikoneng-ciamis.desa.id)
Adapun syarat pestisida yang ideal yaitu mempunyai toksisitas oral dan dermal rendah, tidak persisten, tidak meninggalkan residu, tidak terakumulasi, efektif terhadap OPT sasaran, memiliki spektrum yang sempit, tidak mematikan OPT bukan sasaran, tidak fitotoksis, tidak menimbulkan resistensi pada OPT sasaran, mudah didapat, murah, dapat disimpan lama tanpa mengurangi efektifitasnya, dan tidak merusak alat. Agar aplikasi pestisida efektif dan efisien diperlukan agar menenuhi persyaratan 6 tepat yaitu tepat sasaran, tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara penggunaan dan tepat mutu (Ditjenbun, 2015).
Untuk mengurangi dampak pestisida telah dilakukan berbagai upaya yaitu pada tahap pra panen dan pasca panen (Fitriadi, 2022). Tahapan pra panen pengurangan residu pestisida dapat dilakukan dengan penggunaan Agen Pengendali Hayati (APH), sistem Pengendalian Hama Terpadu yang mengutamakan pengendalian ramah lingkungan dan penggunaan pestisida sebagai alternatif pengendalian yang terakhir, pemenuhan 6 tepat penggunaan pestisida, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh petani, serta peningkatan wawasan dan pemahaman petani terhadap pedoman keselamatan dan kesehatan kerja saat membeli, menyimpan, mencampur/menggunakan, setelah menggunakan serta penyimpanan dan penanganan limbah pestisida. Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan, dan Penggunaan Pestisida juga telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973. Penggunaan APH dapat berupa pemanfaatan musuh alami bagi maupun penyakit tanaman seperti pemanfaatan semut dan laba-laba sebagai predator, pemanfaatan jamur entomopatogen/patogen serangga (Metarhizium sp., Bauveria bassiana), lalat tachinid sebagai parasitoid dan jamur Trichoderma sp. sebagai salah satu antagonis patogen tumbuhan.


(Sumber : Pedoman penggunaan pestisida secara aman dan sehat di tempat kerja)
Beberapa produk pertanian yang dapat tercemar pestisida antara lain bahan buah/ sayur, produk ikan, daging dan lainnya. Tahapan pasca panen pengurangan residu pestisida dapat dilakukan dengan penggunaan ozon dan penyesuaian pH. Selain itu, ada beberapa metode pengurangan residu pestisida yang mudah diaplikasikan yaitu sebagai berikut :
1. Pencucian dengan air mengalir
Pencucian produk pertanian selama 5 menit dengan menggosok bagian permukaannya dapat mengurangi residu pestisida tertentu. Beberapa jenis pestisida bersifat sulit larut dalam air, sehingga dapat dilakukan dengan pembersihan menggunakan air garam berkonsentrasi 2% yang mampu mengurangi residu pestisida hampir 91% (Fitriadi, 2002).

(Sumber : www.kompas.com).
2. Penggunaan air garam
Larutkan garam dan air perbandingan 1 : 10 untuk merendam sayur dan buah selama 20 menit, kemudian bilas dengan air bersih yang mengalir. Menurut Silky (2015), perendaman tomat dengan NaCl 10% memiliki efektivitas paling baik untuk menghilangkan deltametrin (70.798%).
3.Penggunaan air cuka
Campurkan air dan cuka dengan perbandingan 1 : 3 kemudian rendam sayur dan buah selama 20 menit. Perendaman cabai merah dengan air cuka apel selama 10 menit mampu menurunkan residu pestisida menjadi 0,255mg/kg (Ayni, 2023).

(Sumber foto : www.idntimes.com)
4. Penggunaan baking soda
Larutkan 2 sendok makan baking soda dengan 250 ml air dan 1 sendok makan air lemon/jeruk nipis yang digunakan untuk merendam sayur dan buah selama 5-10 menit. Mencuci dengan air plus larutan baking soda berkonsentrasi satu persen akan menghilangkan 80% thiabendazol (bahan aktif pestisida) dan 96% phosmet (Saptoningsih, 2018).
5. Metode Pemanasan
Memanaskan buah dan sayur pada suhu tinggi dapat mengurangi residu pestisida dengan cara merebus air. Penurunan residu pestisida pada perlakuan merendam dengan air panas dengan suhu 100oC mengalami penurunan sebesar 95,494% (Maulana dkk., 2023). Pada saat perendaman menggunakan air panas pada suhu 100 oC dapat mengurangi residu pestisida karena masing-masing jenis bahan aktif memiliki didih maksimal, sehingga terjadi reaksi peluruhan pada suhu tinggi.

(sumber foto : www.idntimes.com)
6. Pencucian dengan detergen khusus sayur dan buah
Cara menghilangkan residu pestisida pada buah dan sayur adalah dengan merendam buah dan sayur di dalam air yang sudah ditetesi sabun selama beberapa menit lalu bilas dengan air mengalir hingga sabun tak tersisa (idntimes, 2024).
7. Pengupasan kulit buah
Untuk jenis buah dan sayuran berkulit tebal, seperti apel, pir, dan kentang bersihkan kulit buah kemudian baru dikupas (idntimes, 2024).

(sumber foto : www.idntimes.com)
8. Pemilihan secara bijaksana
Memilih bahan makanan secara bijaksana dan makan berbagai jenis makanan yang beragam nutrisinya dapat mengurangi kemungkinan paparan satu jenis pestisida.
DAFTAR PUSTAKA
Ayni, S. 2023. Pengaruh Pemberian Cuka Apel dan Garam dalam Pengurangan Residu Pestisida pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum Annum L.). Diakses melalui https://repository.fdk.ac.id/journal/detail/7874/pengaruh-pemberian-cuka-apel-dan-garam-dalam-pengurangan-residu-pestisida-pada-tanaman-cabai-merah-capsicum-annum-l-tahun-2023 pada 11 Desember 2024.
Direktorat Perlindungan Perkebunan (Direktorat Jendral Perkebunan, Kementerian Pertanian). 2015. Penggunaan Pestisida dan Alat Pengendalian OPT di Perkebunan. Jakarta.
Fitriadi, B. R. 2002. Jurus Ampuh Kurangi Kadar Residu Pestisida. Buletin Teknologi dan Inovasi Pertanian Vol.1 No.2 (Oktober 2022) diakses melalui https://epublikasi.pertanian.go.id pada 13 Desember 2024 pukul 11.00 wita.
Kerjasama Kementerian Kesehatan republik Indonesia dengan Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. 2016. Pedoman Penggunaan Pestisida Secara Aman dan Sehat di Tempat Kerja.
Maulana, I., Rupiwardani, I., Subhi, M. 2023. Efektivitas penurunan residu pestisida pada kacang panjang (Vigna sinensis L.). Prepotif : Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 7 Nomor 1.
Pemerintah Desa Cikoneng. Pestisida dan Kesuburan Tanah : Mengelola Dampak Negatif diakses melalui https://cikoneng-ciamis.desa.id/pestisida-dan-kesuburan-tanah-mengelola-dampak-negatif pada 13 Desember 2024 pukul 09.25 wita.
Silky Nazmatullaila. 2015. Analisis Residu Pestisida pada Tomat Menggunakan Metode QuEChERS dengan Perlakuan Sebelum dan Setelah Dicuci diakses melalui https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/26484. Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Diakses pada 11 Desember 2024.
Saptoningsih, 2018. Residu Pestisida pada Produk Segar Asal Tunbuhan (PSAT). Artikel Teknis Pertanian. Diakses melalui https://bbpplembang.bppsdmp.pertanian.go.id/publikasi-detail/1423 pada 11 Desember 2024.
www.dkppp.temanggungkab.go.id/frontend/d_berita/824
www.idntimes.com. Cara Menghilangkan Residu Pestisida pada Buah dan Sayuran
https://www.idntimes.com/health/fitness/sari-magfirah-1/menghilangkan-residu-pestisida-di-buah-sayur-c1c2?page=all diakses pada 13 Desember 2024 pukul 09.00 wita.
www. id.wikipedia.org/wiki/Pestisida. 2024 diakses pada 13 Desember 2024 pukul 10.00 wita.
www.kompas.com/food/read/2023/05/07/181000375/3. cara-cuci-buah-dan-sayur-untuk-hilangkan-pestisida-pakai-air-garam diakses pada 13 Desember 2024 pukul 10.15 wita.
www. pertanian.sultengprov.go.id/kiat-mengurangi-kadar-residu-pestisida/