Roadshow Praktek Pengendalian Penyakit Ramah Lingkungan pada Tanaman Kakao, Panili dan Pisang di Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, pada Tanggal 19 Juli Tahun 2022

OLEH:
ANANG PRIYONO
POPT MADYA PADA DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI BALI

          Anomali iklim akhir-akhir ini, dengan kondisi basah pada musim kemarau atau dengan istilah klimatologi yaitu fenomena “La Nina” menyebabkan beberapa OPT penting  meningkat  seperti penyakit busuk buah kakao, penyakit busuk batang panili dan penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang sehingga mendorong perwakilan petani di wilayah Kecamatan Petang, Kabupaten Badung menyampaikan keluhannya kepada pemangku kepentingan bidang pertanian.  Sebagai bentuk renpon dengan kondisi yang ada, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung bersurat ke Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali tembusan Ke Balai Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan untuk membantu melalui kegiatan pendampingan berupa praktek pengendalian yang dilaksakanan pada tanggal 19 Juli tahun 2022.

Gambar 1. Penjelasan Pengendalian Penyakit Busuk Buah Kakao di salah satu Kebun petani kakao di Subak Abian Kerta Raharja, Kecamatan Petang – Badung

          Kegiatan ini dihadiri oleh Tim Bidang Perkebunan dan Bidang Tanaman Pangan dan Horitikultura, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung, Bidang Perkebunan dan Balai Perlindungan TPHBun Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, petugas UPPT Dan PPL Petang, Mahasiswa Unud yang sedang KKN dan petani anggota Subak Abian Kerta Raharja dan Batu Lantang.

         Tujuan kegiatan ini yaitu melakukan pendampingan praktek pengendalian OPT ramah lingkungan di wilayah kecamatan Petang, Kabupaten Badung dengan sasaran utama yaitu Petani di Subak Abian Kerta Raharja dan Subak Abian Batu Lantang.

Permasalahan OPT Kakao, Panlili dan Pisang di wilayah Petang

          Di Kecamatan Petang Jenis penyakit yang banyak dikeluhkan oleh petani yaitu: penyakit Busuk Buah Kakao (Gambar 2-a), penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora, jamur ini berkembang sangat cepat bila lingkungan lembab, terlindung dari sinar matahari dan sering hujan atau berembun sehingga kemampuan jamur ini meningkat menjadi 15 kali lebih ganas atau virulen bila dibandingkan dengan kondisi normal.  Luas serangan penyakit ini dilaporkan oleh petugas UPPT Petang mencapai 85,60 ha (20,31%) kebun kakao terserang.

          Penyakit berikutnya yang tidak kalah bahayanya yaitu penyakit Busuk Batang Panili (Gambar 2-b), penyakit ini disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporium f.sp vanillae.  Serangan penyakit ini telah dilaporkan mencapai 13,97 ha (68,70 %) dari luas tanaman panili di wilayah Petang saat ini.  Dari pengamatan di lapangan penyakit ini terlihat lebih menyebabkan tanaman menderita terutama pada kebun yang kurang penaung atau tanaman penaungnya tidak berfungsi sehingga terjadi pelukaan fisik akibat terpapar sinar matahari yang berlebihan, hal ini menyebabkan tanaman menjadi lebih lemah dan mudah terserang penyakit.

          Pada kebun praktek pengendalian penyakit busuk buah kakao, kebetulan diketemukan juga pisang yang terserang panyakit layu Fusarium, jenis jamur penyebabnya yaitu Fusarium oxysporum f.sp Cubane (Gambar 2-c).  Jenis penyakit ini juga merupakan penyakit yang sangat berbahaya pada tanaman pisang, karena kerusakannya dapat mencapai 35%, dan penyakit sangat mudah menular melalui tular tanah, air, udara dan aktifitas manusia melalui peralatan sabit dan cangkul.

Praktek Pengendalian OPT Ramah Lingkungan

Pada roadshow ini dilakukan praktek pengendalian OPT ramah lingkungan seperti penyakit busuk buah kakao, penyakit busuk batang panili dan penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang.  Selain praktek pengendalian, diserahkan pula bantuan bahan pengendalian berupa pupuk organik ber APH (150 kg), Metabolit Sekunder (30 liter), Biakan sebar Trichoderma (20 kg) dan 4 paket bahan lain seperti ecoenzim, biosaka, POC Jakaba dan PSB.

          Pada praktek pengendalian penyakit busuk buah kakao, disadari bahwa kebun praktek merupakan tanaman kakao tua yang sudah berumur antara 26-30 tahun dengan kondisi tanaman cukup tinggi,  tajuk sudah saling menutup dan tumpang tindih sehingga menyebabkan kebun sangat lembab, sinar matahari tidak tembus pada permukaan tanah.  Rekomendasi yang diberikan kepada pemilik kebun yaitu untuk dilakukan peremajaan kebun secara bertahab melalui kegiatan sambung samping, pengurangan populasi tanaman dan pemangkasan berkelanjutan.  Pembuatan lubang rorak beukuran (PxLxT) 40x40x40 pada tajuk luar antar tanaman dan juga praktek aplikasi pemupukan dengan pupuk organik ber-aph pada bawah tajuk diantara dua tanaman dengan pembuatan lubang memanjang  berukuran 80x20x20 cm, kemudian diisi dengan pupuk organik ber-aph, hasil sanitasi buah busuk dan ranting sakit/tidak produktif dimasukkan ke dalam lubang rorak.  Spraying larutan metabolit sekunder dosis 250-300 ml per tangki volume 16 liter,  diarahkan pada bagian batang, cabang dan buah kakao.

Pertemuan praktek pengendalian penyakit busuk batang panili (BPP) dilaksanakan di Subak Abian Batu Lantang, Secara umum tanaman yang kurang penaung tampak lebih menderita dan bergejala terserang penyakit BPP pada pangkal batang akibat luka fisik/terlalu terik terpapar sinar matahari, terjadi luka fisik dengan gejala berwarna kuning kecoklatan. Pengendalian yang dianjurkan yaitu melakukan sanitasi pada bagian tanaman yang bergejala BPP kemudian memasukkannya ke dalam tas kresek untuk dibakar di rumah atau jauh dari kebun.  Sanitasi dilakukan kurang lebih setiap 1-2 minggu sekali kemudian dilanjutkan dengan spraying menggunakan Metabolit sekunder secara merata pada permukaan tanaman pada bagian atas dan bawah daun, batang panili dan tiang panjatnya.

          Untuk praktek pengamatan dan pengendalian penyakit layu Fusarium pada tanaman Pisang dilakukan di lokasi praktek pengendalian penyakit busuk buah kakao, karena memang tanaman kakaonya ditanam secara tumpangsari dengan tanaman pisang dan tanaman lainnya seperti talas, kelapa dan lain-lain.  Saran yang disampaikan oleh petugas BPTPHBUN yaitu agar dilakukan sanitasi terhadap tanaman yang menunjukkan gejala penyakit ini yakni pada pelepah daun berwarna kuning kecoklatan dan bila dipotong ada bagian batang berwarna kecoklatan seperti pada Gambar 2c.  Untuk tanaman yang masih sehat diperlakukan upaya preventif dengan melakukan aplikasi pupuk organik ber-aph Trichoderma pada bagian tanah sekitar bonggol/perakaran.

Perlunya Bintek atau pendampingan

           Kegiatan seperti ini sangat bagus dilaksanakan secara berkala karena dapat memberikan pemahaman kepada petani cara penanggulangan penyakit berbahaya dan diberikan pula stimulus bantuan sarana pengendalian penyakit yang ramah lingkungan, akan tetapi pemahaman ini belum cukup memberikan pengetahuan dan ketrampilan yang detail terkait penyakit penting tersebut.  Oleh karenanya perlu dirancang kegiatan bintek atau pendampingan secara berkelanjutan sehingga petani mampu menyiapkan bahan pengendalian secara mandiri dan menerapkan pengendalian secara berkesinambungan.

          Anomali iklim dengan fenomena “La Nina” yaitu musim kering basah mendorong atau memicu peningkatan serangan OPT tertentu, lebih khusus dari kelompok jamur seperti penyakit busuk buah kakao, penyakit busuk batang panili dan penyakit layu Fasarium pada tanaman pisang.  Pengendalian penyakit tersebut secara mekanis yaitu dengan mengurangi sumber penyakit dipadukan dengan penggunaan bahan pengendalian ramah lingkungan seperti metabolit sekunder maupun pupuk organik ber-aph perlu terus disosialisasikan dan dikembangkan sehingga kerugian akibat penyakit tersebut dapat diminimalisir.