Teknologi Sederhana Eksplorasi, Perbanyakan dan Aplikasi Jamur TRICHODERMA SP

Anang Priyono
POPT Ahli Madya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali

Jamur Trichoderma spp merupakan salah satu jamur penghuni tanah yang berfungsi sebagai pupuk biologis dan agens pengendali hayati terhadap mikroba lainnya khususnya dari kelompok penyakit pathogen tanaman.

Di alam jamur Trichoderma banyak ditemukan pada tanah subur yang mengandung bahan organik dengan lingkungan lembab atau tidak terkena sinar matahari secara langsung seperti pada ekosistem hutan, perakaran bambu dan tanah subur lainnya.

Dari lingkungan tanah dengan kriteria seperti tersebut di atas,  jamur Trichoderma spp dapat di eksplorasi dengan cara mengambil sampel tanah kemudian dilakukan penumbuhan, isolasi dan pemurnian pada media tumbuh PDA (Patato Dextrose Agar) dengan teknik dilution atau pengenceran  terhadap sampel tanah.

Selain itu jamur Trichoderma spp., dapat pula diisolasi, dimurnikan dan dikembangkan secara sederhana dengan menggunakan umpan seperti belimbing wuluh tua, jagung rebus, daging buah kelapa tua dan dengan media Nasi.

Gambar. 1. Jamur Trichoderma spp. tumbuh pada buah belimbing wuluh di pohon.

Jenis dan Karakter Jamur Trichoderma sp

Jamur Trichoderma sp masuk dalam klasifikasi Kerajaan: Fungi, Divisi: Ascomycotina, Kelas: Sordariomycetes, Ordo: Hypocreales, Famili: Hypocreaceae dan Genus : Trichoderma.  Beberapa spesies jamur ini diantaranya: T. koningii, T. harzianum, T. viride

                Bentuk atau Morfologi koloni Trichoderma sp. sangat bergantung pada media tempat tumbuhnya. Pada media yang nutrisinya lebih banyak, koloni dapat terlihat lebih putih.  Konidia dapat terbentuk dalam satu minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau putih.

Trichoderma spp. merupakan salah satu jenis jamur yang dapat menjadi agen pengendali hayati (APH) atau biokontrol karena bersifat antagonis bagi jamur lainnya, terutama yang bersifat pathogen.   Aktivitas antagonis yang dimaksud dapat meliputi, persaingan, parasitisme , predasi, atau pembentukkan toksin seperti antibiotik. Jenis Trichoderma harzianum dapat memproduksi metabolit seperti  asam sitratetanol, dan berbagai enzim seperti ureaseselulaseglukanase, dan kitinase.

Cara Eksplorasi

Eksplorasi adalah kegiatan untuk memperoleh jamur Trichoderma sp dari alam. Kegiatan Eksplorasi Trichoderma spp. bisa dilakukan dengan mengambil sampel tanah di habitatnya yaitu tanah disekitar perakaran tanaman yang tampak subur, perakaran bambu, tanah subur/humus di hutan. Metode yang digunakan biasanya menggunakan cara pengenceran terhadap sampel tanah sampai 10-3kemudian ditumbuhkan pada media PDA dalam cawan petridish.  Jamur yang tumbuh pada media tersebut biasanya ada beberapa macam koloni jamur, koloni yang diduga jamur Trichoderma dengan ciri berwarna hijau/hijau keabuan diisolasi dan dimurnikan. Hasil eksplorasi dengan cara ini adalah berupa isolate murni jamur Trichoderma  seperti gambar 2.  Seluruh kegiatan ini memerlukan tempat, peralatan dan ketrampilan teknis laboratorium.

Gambar 2. Isolat Jamur Trichoderma spp.

Cara Eksplorasi lainnya yaitu dengan menggunakan umpan makanan yang disukai Trichoderma spp seperti: blimbing wuluh yang sudah tua, jagung rebus, daging buah kelapa tua dan media nasi.  Langkah yang dilakukan yaitu mencari tanah yang diduga mengandung jamur Trichoderma spp seperti kriteria tersebut di atas.  Tanah disortasi dan dibersihkan dari kotoran kayu, batu dll, kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik atau lainnya sesuai umpan yang dipilih,  umpan diletakkan pada wadah yang telah berisi tanah sampel/terpilih kemudian diletakkan pada tempat yang lembab. 

Gambar 3. Cara sederhana memancing jamur Trichoderma spp. di alam

Pengalaman penulis saat sering mengaplikasikan pupuk organik yang mengandung Trichoderma sp pada tanaman hias maka dengan mudah menemukan buah belimbing wuluh yang jatuh pada media tanaman hias ditumbuhi jamur Trichoderma, bahkan belimbing wuluh yang matang di pohon juga bisa tertular jamur Trichoderma seperti Gambar 1. Demikian juga pengalaman Sdr. I Ketut Sangging, SP.  (petugas Laboratorium Utama Pengendalian Hayati, Biaung Denpasar), pernah membuang biakan jamur Trichoderma sp yang telah terkontaminasi mikroba lain di lokasi dekat pohon belimbing wuluh, hasilnya diketemukan belimbing  wuluh yang jatuh tertular jamur Trichoderma sp. (Gambar 3A.)

Jamur Tichoderma yang telah tumbuh pada media umpan dapat dipindah ke media beras kukus skala rumahan atau pada media PDA skala Laboratorium (sebagai thru pass tanpa tahapan pengenceran, sehingga dapat langsung ke tahap isolasi dan pemurnian), jamur dipindahkan dengan jarum ose yang secara visual jamur tampak berwarna hijau atau hijau-keabuan atau tidak tercampur oleh jamur lain dan dengan tampilan relatif kering .  Cara ini merupakan cara yang lebih sederhana dan lebih mudah karena spora jamur telah tampak secara visual sehingga lebih mudah untuk dilakukan isolasi dan pemurnian jamur Trichoderma.

Untuk menyiapkan media beras kukus, caranya yaitu dengan  memilih beras alami (dari penggilingan/penyosohan beras/ tdk tercemar bahan kimia berupa pemutih/pewarna, dll), beras di rendam selama 3-6 jam, selanjutnya dicuci dan ditiriskan kemudian dimasukkan ke dalam plastik tahan panas ukuran 1 kg dan dikukus selama 10-15 menit (dihitung setelah air mendidih.  Setelah dingin beras kukus dapat diinokulasi dengan jamur Trichoderma sp yang berasal dari umpan dengan cara membungkusnya dalam bentuk segitiga seperti Gambar 4 A.

Selanjutnya dilakukan inkubasi selama 7 hari pada ruangan lembab dan tidak terkena sinar matahari atau sinar lampu secara langsung.  Pada hari ke 5-6 hari dengan ditandai jamur sudah mulai berwarna hijau-hijau keabuan (Gambar. 4B),  plastik dilubangi beberapa titik untuk mengurangi kelembaban/air embun dalam plastik, pada umur 7-8 hari jamur dipindahkan pada baskom/ember plastik dengan ketebalan sekitar 3-4 cm untuk dikeringanginkan dan memberikan kesempatan jamur membentuk spora berwarna hijau/hijau keabuan secara sempurna (gambar 4.C)

Gambar 4. Proses perbanyakan Stater Trichoderma berasal dari media umpan

Untuk mengetahui apakah benar jamur yang diketemukan adalah Jamur Trichoderma sp. Maka perlu dikirim samplenya ke Lab. Hayati, Biaung Dentim, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali untuk diidentifikasi jenisnya.  Tetapi dari tampilan visual terhadap warna spora jamur yang diketemukan, bila tamilan warna hijau atau hijau ke-abuan biasanya jamur Trichoderma spp.  Tetapi bila yang diketemukan berwarna abu-abu keputihan dan berwarna kuning biasanya jamur Gliocladium yang merupakan jamur antagonis yang memiliki fungsi yang sama dengan jamur Trichoderma sp.

Cara Perbanyakan Trichoderma sp.

Hasil perbanyakan Trichoderma sp dari media umpan, yang dikembangkan pada media beras kukus (F1 turunan pertama), dapat dijadikan sebagai stater/sumber inoculum untuk perbanyakan Trichodema lanjutan (F2/turunan kedua) bila memenuhi syarat kualitas yaitu tidak terkontamnasi mikroba lainnya berupa jamur, bakteri dll; spora jamur berwarna hijau/hijau keabuan merata/homogen (Gambar 4 C.)

                Teknis pelaksanaannya sama dengan cara perbanyakan Trichoderma pada media beras kukus pada point 3., yang membedakan yaitu pada kegiatan eksplorasi menggunakan sumber inoculum dari media umpan, tetapi pada perbanyakan ini menggunakan sumber inoculum dari stater.   Perbandingan stater dengan beras yaitu (1: 10-20)

                Sedangkan perbanyakan Trichoderma sp pada pupuk organic (pupuk organik Trichoderma atau sering disingkat Putri) dapat menggunakan sumber inoculum dari hasil perbanyakan turunan kedua/F2.  Teknis pelaksanaannya yaitu sebagai berikut (1) mengumpulkan bahan peralatan seperti pupuk organic yang sudah matang (selesei difermentasi), stater Trichoderma sp (F2), terpal plastic, gembor, cangkul dan air bersih/alami, (2) mencampur pupuk organic dengan stater Trichoderma sp sesuai takaran yang dianjurkan (1:100) secara merata menggunakan cangkul, (3) membasahi campuran pupuk organic-Trichoderma dengan air murni sampai keadaan bila pupuk organic di kepal, airnya tidak menetes dan campuran yang dikepal  tdk berubah bentuk/berkembang kembali, (4) campuran ditutup dengan terpal plastic dan difermentasi selama 2-3 minggu.  Kelembaban pupuk dijaga selama proses fermentasi,  dengan melakukan pengecekan setiap 3 hari sekali, dan menambahkan air dengan cara spraying menggunakan sprayer, selanjutnya setiap 6-7 hari sekali dilakukan pengadukan dan penyiraman kembali sehingga jamur dapat berkembang lebih banyak lagi.

Gambar 6. Stater Jamur Trichoderma sp hasil perbanyakan secara sederhana skala rumahan bisa digunakan untuk memperbanyak di media beras kukus dan pupuk organik

Cara Membuat Metabolit Sekunder

Metabolit Sekunder (MS) Trichoderma adalah formula cair pestisida organik sebagai bahan anti jamur pathogen yang dapat dibuat dari stater Trichoderma baik hasil dari perbanyakan sederhana ataupun stater dari Lab Hayati Biaung Denpasar, dengan bahan lainnya yaitu: air cucian beras, air kelapa tua dan gula pasir.  Sedangkan peralatan yang digunakan yaitu: kompor, panci, pengaduk kayu, jerigen steril/botol air mineral baru, corong plastic dan gayung plastik.

                Tahapan yang dilakukan yaitu: (1) empat bagian air cucian beras dan satu bagian air kelapa tua direbus sampai mendidih ditambahkan dengan  10 gram gula pasir per 1 liter campuran; (2) larutan disaring dan dimasukkan ke dalam jerigen/botol mineral steril dalam kondisi masih panas kemudian ditutup; (3) larutan dalam jerigen/botol mineral didiamkan atau direndam dalam air dingin sehingga larutan dalam jerigen menjadi dingin; (4) setelah larutan dingin, stater dimasukkan ke dalam larutan terserbut dengan ukuran yaitu 1-2  sendok makan per 10 liter larutan; (5) larutan dalam jerigen dikocok mendatar 1-5 menit, pagi-siang dan sore selama 2-3 minggu; (6) larutan MS Trichoderma siap digunakn dengan indikasi warna seperti stater dan berbau fermentasi seperti tape.

Gambar 7. Metabolit Sekunder Jamur Trichoderma sp berfungsi sebagai biofungsisida dan pupuk alami

Cara Aplikasi Trichoderma sp

Aplikasi Trichoderma sp dapat dilakukan dengan menggunakan produk siap aplikasi berupa: Metabolit Sekunder (MS), Biakan sebar APH, dan Pupuk organic APH.

Aplikasi Metabolit sekunder dapat dilakukan dengan cara spraying, infus batang/akar dan oles ataupun kocor.  Sasaran OPTnya dari penyakit kelompok jamur seperti penyakit busuk batang panili (BPP), Jamur Akar Putih pada cengkeh/jambu mete, karat daun kopi dan busuk buah kakao, dengan dosis yang dianjurkan yaitu 20 cc/liter air.

                Aplikasi biakan sebar Trichoderma dan pupuk organic Trichoderma ke dalam tanah sebelum dan saat awal penanaman dapat memberikan perlindungan tanaman secara berkesinambungan dari serangan jamur pathogen tular tanah selama kelembaban tanah dijaga dan makanan jamur Trichoderma sp berupa pupuk organic yang sudah matang di berikan secara berkala

Gambar 7. Metabolit Sekunder Jamur Trichoderma sp berfungsi sebagai biofungsisida dan pupuk alami yang dapat diaplikasikan secara Infus (A), Oles (B) dan Tetes (C)

Jamur Trichoderma sp adalah salah satu jenis jamur antagonis penting yang hidup dalam tanah yang mempunyai potensi besar sebagai biopestisida dan biopupuk yang dapat di eksplorasi dengan mudah menggunakan umpan alami seperti blimbing wuluh, daging kelapa tua, jagung rebus dan media nasi sehingga dapat lebih mempermudah petani atau petugas lapangan untuk menemukan, memperbanyak dan mengaplikasikan secara mandiri di lapang walaupun tanpa kelengkapan peralatan yang memadai, selamat mencoba.