Amankah Mengkonsumsi Daging Babi Saat Ini?

Oleh:
Drh. Ni Wajan Leestyawati Palgunadi, M.Si
Penyuluh Pertanian Utama

Pada awal bulan Januari sampai dengan Februari 2020, telah dilaporkan banyak babi mati di Bali, terutama di kabupaten Badung, Tabanan dan Gianyar. Kematian babi tersebut terjadi secara mendadak, ada juga yang tidak mau makan sehari dan keesokan harinya mati.

Kemungkinan penyebab kematian ternak babi tersebut sudah dikonsultasikan dengan Balai Besar Veteriner atau BBVet Denpasar. Dilihat dari pola kematian babi secara cepat, serentak, dan dalam jumlah banyak serta tanda-tanda klinis yang terlihat pada sebagian besar babi-babi yang mati, maka penyebab kematiannya diduga karena sakit akibat serangan virus. Salah satu penyakit virus yang dicurigai (suspect) adalah penyakit demam afrika pada babi atau African swine fever (ASF), mengingat pada saat itu beberapa negara tetangga seperti  KambojaLaosFilipinaMyanmar, dan Timor Leste sudah mengumumkan terinfeksi ASF. Bahkan virus ASF ini sudah masuk ke Indonesia yaitu menyerang babi-babi di Medan. Itulah sebabnya BBVet Medan menjadi tempat untuk mengkonfirmasi virus yang menyerang babi di Bali. Situasi ini menyebabkan banyak peternak menjual ternak babinya secara cepat dan dengan harga murah karena khawatir babinya akan mati terserang virus dan membawa kerugian yang lebih besar. Selain itu secara psikologis, masyarakat takut mengkonsumsi daging babi.

Untuk mengembalikan dampak psikologis dan menjamin keamanan masyarakat terhadap konsumsi daging babi, Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali telah menggelar kampanye konsumsi daging babi aman, yaitu pada tanggal 7 Februari 2020 di Distanpangan dan pada tanggal 14 Februari 2020 dalam acara Pasar Tani – Petani Megegirangan di GEO open space, Kerobokan, Kuta Utara, Badung. Dalam kedua kampanye tersebut Kepala Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Ir. Ida Bagus Wisnuardhana, M.Si. menyampaikan pesan bahwa masyarakat jangan takut makan daging babi, daging babi aman dikonsumsi.

Pada kesempatan ini, Kepala Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali juga mengingatkan masyarakat agar menjaga ternak babinya dan mencegah serangan penyakit dengan melakukan biosekuriti secara baik, sehingga ternak babi tetap sehat dan dagingnya aman dikonsumsi. Tindakan biosekuriti yang harus diterapkan oleh peternak babi diantaranya adalah 1). Mencegah kontak langsung antara babi sehat dengan babi yang sakit. 2). Tidak memanfaatkan makanan sisa dari restoran, dari penerbangan atau pelayaran untuk pakan babi. 3). Menjaga sanitasi kandang dan lingkungannya, membersihkan kandang secara teratur dengan desinfektan atau kaporit yang merupakan salah satu bahan yang efektif dan murah untuk membasmi virus termasuk virus ASF. 4). Menertibkan orang yang keluar-masuk kandang, petugas kandang menggunakan pakaian dan alas kaki yang bersih dan khusus untuk di kandang. Pembeli babi tidak perlu masuk ke kandang dan kendaraan pengangkut babi harus disemprot dengan desinfektan sebelum memasuki halaman kandang. 5). menjaga agar babi tetap sehat, cukup pakan dan nyaman dalam kandang yang bersih, kering dan hangat. Adapun ciri-ciri babi yang sehat, layak dipotong adalah : mempunyai respon yang baik terhadap lingkungan disekitarnya, aktif bergerak, nafsu makannya baik,  gizi baik (gemuk/sedang atau tidak kurus sekali), kulit mulus, mata bersih bersinar dan hidungnya lembab yang mengindikasikan babi tidak dalam keadaan demam. Babi yang sehat, dagingnya aman dikonsumsi.