Pelatihan Perbanyakan Isolate Trichoderma, sp Media PDA di UPTD Lab Perlintanbun

oleh :
I Made Budiana, SP
POPT Ahli Muda

Selasa, 21 Januari 2020 bertempat di UPTD Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali yang terletak di Banjar Mas, Desa Bedulu, Kec. Blahbatuh, Kab. Gianyar telah dilaksanakan pelatihan perbanyakan jamur Trichoderma dengan narasumber I Made Budiana, SP (POPT Ahli Muda). Pelatihan diikuti oleh staf lingkup UPTD Lab Perlintanbun sebanyak 20 orang. Materi yang disampaikan meliputi : cara membuat isolate Trichoderma, sp media PDA. Materi/teori disampaikan secara langsung kemudian dilanjutkan dengan praktek di Laboratorium. Menurut Kepala UPTD. Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Ir. Anang Priyono, M.Sc “ Dirasakan sangat penting untuk membekali staf lingkup UPTD Lab. Perlintanbun dengan keterampilan memperbanyak Agensia Hayati dengan melaksanakan pelatihan perbanyakan Agensia Hayati. Tidak hanya sekedar pemaparan teori, akan tetapi dapat langsung dipraktekkan oleh staf itu sendiri’. Pelatihan perbanyakan APH juga dirasakan sangat penting mengingat saat ini sedang digalakkan pengendalian OPT yang ramah lingkungan dengan menggunakan Agensia Hayati serta tuntutan pasar terhadap tersedianya produk pertanian yang bersifat organik.

Ketergantungan kita terhadap bahan-bahan kimia (pupuk kimia) apalagi yang bersifat racun (insektisida, fungisida, bakterisida dll) harus segera ditinggalkan. Kita harus berusaha menggali bahan-bahan pengendalian yang tersedia di sekitar kita dan dapat dimanfaatkan untuk mengganti bahan kimia tersebut. Sudah saatnya kita kembali ke alam, banyak mikroorganisme yang dapat kita manfaatkan untuk proses kelestarian lingkungan. Salah satu mikroorganisme yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah dan bio fungisida adalah jamur Trichoderma, sp. Mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman di lapangan. Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan sebagai stimulator pertumbuhan tanaman dalam bentuk metabolit sekunder APH atau keringat jamur.

Beberapa spesies Trichoderma telah tercatat sebagai agensia hayati seperti T. Harzianum, T. Viridae, dan T. Konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Serta dapat berlaku sebagai biofungisida. Trichoderma sp dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dll.
Sifat antagonis Trichoderma meliputi tiga tipe :

  1. Trichoderma menghasilkan sejumlah enzim ekstraseluler beta (1,3) glukonase dan kitinase yang dapat melarutkan dinding sel patogen
  2. Beberapa anggota trichoderma sp menghasilkan toksin trichodermin. Toksin tersebut dapat menyerang dan menghancurkan propagul yang berisi spora-spora patogen disekitarnya
  3. Jenis Trichoderma viridae menghasilkan antibiotik gliotoksin dan viridin yang dapat melindungi bibit tanaman dari serangan penyakit rebah kecambah

Pupuk biologis dan biofungisida Trichoderma sp dapat dibuat dengan inokulasi biakan murni pada media aplikatif, misalnya dedak. Sedangkan biakan murni dapat dibuat melalui isolasi dari perakaran tanaman, serta dapat diperbanyak dan diremajakan kembali pada media PDA (Potato Dextrose Agar).

Pada tanah yang tandus pemberian pupuk organik Trichoderma sp dan pupuk kimia secara bersamaan akan memberikan hasil yang maksimal daripada pemberian pupuk organik atau pupuk kimia secara terpisah walaupun dengan jumlah yang banyak. Dengan pemberian pupuk organik akan menghemat penggunaan pupuk kimia.
Biasanya penyakit layu dan busuk pangkal batang pada tanaman disebabkan oleh jamur fusarium sangat sulit dikendalikan dengan fungisida kimia. Oleh karena itu tidak ada salahnya kita mencoba mengaplikasikan pupuk biologis dan biofungisida Trichoderma sp pada tanaman kita untuk mencegah penyakit akar dan busuk pangkal batang yang dapat menyebabkan layu tanaman.

Cara untuk memperbanyak jamur ini tergolong sederhana, hanya memerlukan beberapa alat pendukung untuk menjamin sterilnya lingkungan ketika jamur akan diperbanyak. Media perbanyakannya pun relatif mudah untuk didapatkan, yaitu beras dengan kualitas sedang yang dimasak setengah matang lalu disterilisasi dengan cara dikukus selama dua jam. Selanjutnya menggunakan tempat sederhana yang steril (tempat inokulasi/inkas), yang dapat terbuat dari kaca ataupun kayu ditambah dengan alkohol, lampu bunsen dan jarum ose, starter trichoderma dipindahkan untuk kemudian didiamkan selama kurang lebih dua minggu.

Penggunaan agen hayati Trichoderma, sp diharapkan dapat melepaskan ketergantungan kita pada bahan kimia dan menciptakan pertanian yang ramah lingkungan.