Pengendalian Penggerek Buah Kakao (PBK) dan Penghisap Buah Kakao (Helopeltis sp.) dengan Teknik Sarungisasi

Oleh :
I Dewa Ayu Yona Aprianthina, SP. M.Sc
(Pengendali OPT Ahli Muda)

Provinsi Bali merupakan wilayah yang potensial untuk dikembangkan tanaman kakao, hal ini didukung dengan areal penanaman kakao terluas pada tahun 2019 yaitu di Kabupaten Jembrana yaitu 6.258,61 Ha dengan produksi 3.003,07 ton (Data statistik perkebunan, 2019).

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan unsur abiotik merupakan faktor yang membatasi produksi tanaman. Salah satu hama penting yang menyebabkan rendahnya produksi akibat kerusakan hasil panen kakao yaitu Penggerek Buah Kakao (PBK) dengan nama ilmiah Conopomorpha cramerella dan Penghisap Buah Kakao (Helopelthis sp.).

Gambar 1. Gejala serangan PBK dan Helopeltis sp. pada buah kakao

Teknik pengendalian PBK dan Helopeltis sp. dapat dilakukan dengan memadukan berbagai jenis pengendalian baik kultur teknis, mekanis, fisik, dan biologi. Berdasarkan hasil kajian di kebun kakao di Kabupaten Manokwari seluas 5 ha, selama 6 bulan (Februari-Juli 2010) menunjukan bahwa perpaduan teknik pengendalian efektif dan mampu menurunkan populasi hama sebesar 83,50%, intensitas serangan 90,42%, dan kehilangan hasil 90,63% (Mandacan, Y, dkk, 2014). Salah satu teknik pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi intensitas serangan PBK dan Helopetis sp. yaitu dengan teknik sarungisasi.

Sarungisasi merupakan teknik pengendalian mekanik yang bertujuan untuk menghambat ngengat betina PBK meletakkan telurnya pada buah kakao dan menghalangi keberadaan Helopeltis sp. yang akan menghisap permukaan kulit buah kakao. Adapun alat dan bahan yang digunakan untuk sarungisasi antara lain : kantong plastik dengan ukuran panjang sekitar 30 cm dan lebar 15-18 cm yang terbuka bagian atas dan bawahnya (jenis plastik rol) , pipa paralon dengan panjang sekitar 3 meter dengan diameter 8 cm, karet gelang, dan pengait.

Teknik melakukan sarungisasi pada buah kakao sebagai berikut :

  1. Menyiapkan alat dan bahan sarungisasi (Gambar 2a).
  2.  Membuat celah utk pengaitan pada bibir paralon berbentuk segitiga dengan ukuran sisi segitiga sekitar 2-3 cm (Gambar 2b) serta membuat pengait dari bahan kayu dan memodifikasi bagian atasnya (Gambar 2a) agar dapat berfungsi sebagai pendorong karet yang diikat pada ujung plastik (Gambar 4).
Gambar 2.(a) Alat dan bahan penyarungan buah kakao (b) Pipa paralon
  1. Memasukkan kantong plastik yang terbuka pada bagian atas dan bawahnya untuk penyarungan ke dalam pipa paralon secara berderet yang bagian atasnya dikat karet gelang.

Gambar 3. Pipa paralon yang telah disarungi plastik dan karet gelang

  1. Memilih buah kakao yang masih muda/pentil dengan ukuran 8-12 cm kemudian masukkan buah kakao tersebut ke dalam lubang pipa paralon hingga seluruh bagian buah masuk ke dalam lubang pipa/menyentuh bagian tangkai buah (Gambar 4).
Gambar 4. Proses sarungisasi
  1. Dorong karet gelang yang diikat pada bagian atas katong plastik pada paralon dengan alat pengait hingga plastik dan karet gelang terlepas dari pipa paralon dan buah tersarungi dengan kantong plastik (Gambar 4).
  2. Penyarungan buah kakao yang mudah diajangkau dapat dilakukan menggunakan tangan dan pengikatan kantong plastik dapat menggunakan staples.
  3. Kantong plastik dibiarkan terbuka sebagai ventilasi untuk mengatur kelembaban buah yang disarungi (Gambar 5a).
Gambar 5. (a) Buah kakao yang disarungi plastik. (b) Biji kakao sehat walau terserang Helopeltis.sp.

Kegiatan sarungisasi ini telah dilakukan oleh salah satu petani anggota Subak Abian Pemaksan Kaja, Desa Lumbung, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, provinsi Bali (Bapak Made Suardita) sejak 2016 lalu. Dalam aplikasinya petani ini didampingi oleh petugas Unit Pembinaan Perlindungan Tanaman (UPPT) Wilayah Selemadeg Barat. Kegiatan sarungisasi biasanya dilakukan pada periode bulan Mei, Agustus dan November pada pentil buah kakao yang berukuran 8-12 cm. Di lokasi kebun, pada beberapa buah kakao yang telah disarungi, didapatkan gejala serangan Helopeltis sp., namun bagian dalam biji kakao tidak rusak (Gambar 5b).

Gambar 6. Monitoring pelaksanaan sarungisasi buah kakao di kebun petani

Penerapan teknik penyarungan buah perlu diperhatikan selama musim hujan karena biasanya serangan penyakit oleh Phytopthora sp. yang menyebabkan busuk buah kakao meningkat sehingga pengaturan kelembaban perlu dilakukan. Teknik sarungisasi ini dianggap kurang praktis karena perlu menyarungi buah kakao satu persatu sehingga tidak semua petani mau menerapkan di kebunnya masing-masing.

DAFTAR PUSATAKA
Anonim. 2011. Teknik Penyarungan (Sarungisasi) Buah Kakao. Diakses melalui http://ansablo.blogspot.com/2011/10/teknik-penyarungan-sarungisasi-buah.html pada 5 Juli 2021 pada pukul 13.00 WITA.
Anonim. 2019. Data Statistik Perkebunan. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali. Bali.

Mandacan, Y, Wagiman, F.X., Mangoendiharjo, S. 2014. Keefektifan Perpaduan Pengendalian Kultur Teknis, Sarungisasi, dan Bacillus thuringiensis terhadap Penggerek Buah Kakao di Kabupaten Manokwari. Diakses melalui http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/81597 pada 7 Juni 2021 pukul 11.20 WITA.

Ratnada, M. 2019. Pengendalian Hama Pengisap Buah Kakao (Helopeltis spp.). Diakses melalui https://ntt.litbang.pertanian.go.id/index.php/program-litbang/program-2019/735-sarungisasi-untuk-pengendalian-penggerek-buah-dan-helopeltis-pada-tanaman-kakao pada 7 Juni 2021 pukul 12.05 WITA.