Penyakit Meningitis STREPTOCOCCUS SUIS

drh. Ni Wajan Leestyawati P, M.Si
Penyuluh Pertanian Ahli Utama – Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali

Penyakit meningitis strepcoccus suis adalah penyakit pada babi (suis) yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus sp., yang menyebabkan radang selaput otak (meningitis). Penyakit ini bisa disingkat MSS. Penyakit MSS bersifat zoonosis atau dapat menular dari babi ke manusia. Bakteri Streptococcus sp. menyebar di dalam tubuh babi melalui peredaran darah (septikemia) yang memicu peradangan di seluruh tubuh diantaranya peradangan pada persendian (poliartritis) dan peradangan pada selaput otak (meningitis).

Penyakit MSS endemik di hampir semua negara dengan industri babi yang luas. Di Indonesia, wabah streptococcus pada babi pertama kali terjadi di Bali pada tahun 1994 yang penyebabnya berhasil diisolasi oleh BPPV Wilayah VI (BBVet Denpasar) yaitu bakteri Streptococcus zooepidemicus. Kemudian kasus yang sama dilaporkan juga di Sulawesi dan Papua, Flores dan Kota Mataram.

Penyakit streptococcus pada babi menimbulkan kerugian berupa kematian, baik pada anak babi terutama pada anak babi lepas sapih, maupun pada babi dewasa, biaya pengobatan yang tinggi dan bersifat zoonotic yang menyebabkan keresahan di masyarakat.

Babi yang terserang MSS bisa mati mendadak, tetapi pada umumnya babi menunjukkan beberapa gejala yaitu kehilangan nafsu makan, kulit memerah, demam hingga 40OC, depresi, radang persendian yang menyebabkan babi pincang, kehilangan keseimbangan, lumpuh, gemetar dan kejang. Dan gejala yang paling menonjol  berupa, gejala saraf, radang sendi kaki-kaki serta lebam-lebam akibat perdarahan di bawah kulit (subcutaneous).

Penyakit MSS menular dari satu individu ke individu lain melalui dua jalan, yaitu melalui mulut atau saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Makanan dan air minum yang tercemar bakteri, termakan masuk kedalam tubuh, lalu bakteri menyebar di dalam tubuh melalui peredaran darah (septikemia) yang memicu peradangan di seluruh tubuh diantaranya peradangan pada persendian (poliartritis) dan peradangan pada selaput otak (meningitis). Babi yang di dalam hidungnya tersimpan bakteri akan bertindak sebagai carrier dan dapat menularkan penyakit ini ke babi lain terutama dalam kodisi stress karena kandang terlalu padat, ventilasi kandang buruk sehingga udara dalam kandang tidak mengalir lancar dan dapat juga stress karena transportasi.

Sampai saat ini belum ada vaksin yang efektif untuk mencegah penyakit MSS, namun penyakit dapat dicegah dengan menerapkan biosekuriti, yaitu meningkatkan kondisi tubuh babi dengan memberikan pakan dan air minum yang sehat, bergizi dan sesuai kebutuhan, meningkatkan sanitasi kandang dan lingkungannya dengan membersihkan kandang dan mendesinfeksi secara teratur, memisahkan babi yang sehat dari babi yang sakit, menertibkan penanganan limbah ternak dengan baik dan tidak menjual babi-babi yang sedang sakit. Membatasi orang keluar-masuk kandang dan semua peralatan kandang termasuk alat transportasi harus didesinfeksi sebelum masuk kandang. Dan yang tidak kalah penting, segera lapor kepada petugas Kesehatan hewan ketika melihat babi yang menunjukkan gejala MSS.

Mengingat penyakit MSS bersifat zoonosis, maka masyarakat perlu waspada dengan melakukan tindakan sebagai berikut: membeli daging babi dari babi yang sehat, tidak mengkonsumsi olahan berbahan daging dan darah babi yang tidak matang, memasak daging dengan sempurna, mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani daging.

Sumber:
https://wiki.isikhnas.com/images/6/60/Penyakit_STREPTOCOCCOSIS_PADA_BABI.
Manual Penyakit Hewan Mamalia.
https://www.thepigsite.com/articles/streptococcus-suis-disease-in-pigs