Penyediaan Pakan Sapi Sepanjang Tahun

Ni Wajan Leestyawati Palgunadi
Penyuluh Pertanian Utama

Ketersediaan pakan merupakan faktor penting dalam beternak, karena pakan memiliki peranan penting bagi ternak, yaitu untuk pertumbuhan, untuk mempertahankan hidup dan untuk berproduksi menghasilkan anak, daging, telur dan susu. Pakan juga merupakan sumber tenaga dan memelihara daya tahan tubuh serta kesehatan ternak.

Pakan harus tetap tersedia sepanjang periode beternak, sehingga tidak mengherankan bila beberapa penelitian menunjukkan bahwa biaya pakan merupakan biaya produksi terbesar. Parede, 2015 menyatakan pada peternakan babi, biaya yang paling banyak yaitu biaya ransum sekitar 73,1% dari total biaya produksi. Demikian juga pada penelitian sebelumnya, Hardyastuti, 2011 menunjukkan bahwa biaya pakan untuk ternak babi berkisar antara 70-80% dari keseluruhan biaya produksi dan Aritonang, 2010 menyatakan bahwa biaya pakan mempunyai persentase terbesar dari keseluruhan biaya produksi yaitu 60-80%.1,2). Tidak hanya pada ternak babi, pada ternak ayam pun, biaya pakan merupakan komponen biaya terbesar terhadap biaya total produksi baik berdasarkan tipologi peternak maupun skala usaha3), dan pada ternak sapi potong, biaya pakan mencapai  91,7 % dari total biaya produksi.4).

Ternak sapi potong membutuhkan pakan berupa hijauan pakan ternak. Hijauan pakan ternak yang unggul akan memberikan hasil yang baik pada pertumbuhan dan produktivitas sapi. Pada dasarnya ternak ruminansia salah satunya adalah sapi, membutuhkan pakan sebanyak 10% dari berat badannya setiap hari. Pakan tersebut terdiri dari jenis rumput (graminae) 60% dan jenis legum (leguminosa) 40%. Jenis rumput diantaranya rumput lapangan, jerami, rumput gajah, rumput raja, rumput odot, rumput Zanzibar. Sedangkan jenis legum adalah gamal, indigofera, turi, kaliandra dan sejenisnya. Sapi bali juga bisa memakan dedaunan seperti daun waru, daun nangka, daun pisang, dan bahkan juga pelepah pisang. Selain hijauan, sapi juga membutuhkan konsentrat dan air minum sesuai dengan kebutuhannya.

Sumber pakan hijauan untuk sapi di Bali cukup banyak terutama pada musim penghujan. Namun permasalahannya, pakan menjadi sulit didapatkan pada musim kemarau. Tidak sedikit peternak yang mengurangi jumlah sapi yang dipeliharanya di musim kemarau karena kesulitan mendapatkan hijauan pakan ternak. Tetapi untuk peternak yang sudah maju dan mandiri, musim kemarau tidak mempengaruhi jumlah ternak yang dipeliharanya. Mereka menerapkan strategi pengaturan dan penyimpanan hijauan pakan ternak dalam bentuk hay maupun silase.

Hay adalah tanaman hijauan yang di awetkan dengan cara di keringkan dibawah sinar matahari kemudian di simpan dalam bentuk kering dengan kadar air 12%-30%.5).

Silase adalah adalah pakan awetan segar yang dibuat dalam kondisi anaerob atau kedap udara yang disimpan dalam silo, bisa juga dalam drum maupun kantong plastik.

Hay maupun silase dapat disimpan selama 6-8 bulan.

Pada musim hujan, dimana hijauan pakan ternak tumbuh berlimpah, ternak mendapatkan pakan segar. Sisa hijauan yang berlimpah tidak dibiarkan atau dibuang tetapi disimpan setelah diproses menjadi hay dan silase yang akan menjadi pakan ternak pada musim kemarau, dimana pertumbuhan tanaman hijauan berkurang. Dengan demikian, pakan ternak tetap tersedia sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun di musim kemarau.

Kepustakaan:

  1. Simon Pardede, 2015.  Analisis biaya dan keuntungan usaha peternakan babi rakyat di desa cigugur, kecamatan cigugur, kabupaten kuningan jawa barat, Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran.
  2. Hardyastuti, S. 2011. Kajian Biaya Produksi Pada Usaha Peternakan Babi. Jurnal Sosek Peternakan Unibraw Malang. Volume 12 No. 1. Malang.
  3. Struktur biaya dan pendapatan usaha ternak ayam ras pedaging pola mandiri dan kemitraan perusahaan inti rakyat di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. http://repository.ipb.ac.id
  4. Indrayani dan Hellyward, 2015. Optimalisasi Produksi dan Maksimalisasi Keuntungan Usaha Ternak Sapi Potong dengan Sistem Integrasi Sapi-Sawit di Kabupaten Dharmasraya. Jurnal Peternakan Indonesia, Oktober 2015 Vol. 17.
  5. HAY. http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/82914/HAY