Belajar Singkat dan Studi Lapang Biosaka di Blitar pada Tanggal 11-13 Desember 2022

Oleh: Ir. Anang Priyono MSc. POPT Ahli Madya

Biosaka yang merupakan singkatan dari kata Bio dan Saka, Bio artinya hayati atau herbal dalam hal ini yaitu dari jenis rumput dan dedaunan, sedangkan SAKA yaitu Selamatkan Alam dan Kembali ke Alam.  Jadi dengan bahan rerumputan dan dedaunan dapat digunakan untuk mendukung alam menjadi harmoni.

Biosaka bukan pupuk, juga bukan enzim tetapi masuk kategori elisitor yaitu memberikan signal pada tanaman dan alam sekitar untuk menjadi harmoni seperti bahan yang dipilih.  rerumputan dan daun yang dipilih dari jenis rumput dan daun yang tumbuh sempurna yaitu sehat, normal, simetris dan tidak terserang hama/penyakit, sel tanaman yang diaplikasi biosaka, sekitar 3 menit sudah cukup untuk memberikan informasi positif sehingga dalam waktu 1-3 hari tanaman akan merespon sesuai pesan yang diterima yaitu tumbuh berkembang lebih baik.

Biosaka disosialisasikan oleh Kementan, khususnya dari Dirjen Tanaman Pangan, akan tetapi menurut penemu Biosaka yaitu M. Anshar bahwa biosaka untuk semua tanaman, termasuk hortikultura dan perkebunan, bahkan juga untuk peternakan. Untuk mengetahui secara jelas dan tepat manfaat biosaka dan cara pembuatan yang tepat diperlukan studi banding ke Kabupaten Blitar, dimana sudah banyak petani yang mempraktekkan, dan dapat belajar langsung dengan penemu Biosaka.

Studi lapang dilaksanakan di Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, dan Gapoktan Petani Mulyo, Kelompok Tani “Manfaat Abadi”, Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar pada tanggal 11-13 Desember 2022.

Penjelasan dan Diskusi Singkat Sejarah dan Aplikasi Biosaka Di Blitar

Secara kedinasan rombongan studi lapang diterima oleh Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, Bapak Wawan Widianto, didampingi oleh Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Bapak Hikma Wahyudi, dan Pejabat Fungsional Pak Jadi.
Menurut penjelasan Pak Wawan, sejarah Biosaka di Blitar diawali dengan permasalahan menurunnya alokasi pupuk bersubsidi oleh Kementan, menyebabkan petani resah dan berencana Demo, atas inisiatif Kadistanpangan Kabupaten Blitar dilakukan 9 inovasi untuk mengatasi permasalahan yang ada, dari inovasi tersebut semua bagus dan positif, tetapi akhirnya dipilih Biosaka karena bahan melimpah di alam dan gratis.
Pada awalnya Pak Wawan dan jajarannya tidak mempercayai Biosaka karena memang tidak masuk dalam kurikulum Ilmu Pertanian dan teori dasar Biologi dan Kimia. Selama 1 tahun 2 bulan Pak Wawan mengikuti aktifitas penanaman, aplikasi dan panen hasil aplikasi Biosaka, yang akhirnya percaya Biosaka terbukti bisa mengatasi permasalahan yang ada. Biosaka bukan pupuk tetapi bila tanaman dikurangi dosis pupuknya sampai 70 persen hasilnya masih sangat bagus, menurut penjelasan Pak Wawan hasilnya bisa mencapai 8,8 ton per ha, padahal sebelumnya dengan dosis pupuk standar hasil berkisar 6-7 ton per ha. Selain itu kelebihan lain yaitu serangan OPT menjadi minimal atau OPT tidak berkembang, dan kualitas beras meningkat, dengan hasil nasi tidak mudah basi, rendemen meningkat, serta umur panen padi maju 7-10 hari lebih awal dibandingkan tanaman yang tidak diaplikasi.
Informasi dari Pak Wawan lahan padi yang telah diaplikasi dengan biosaka di Kabupaten Blitar sekitar 11.000 ha atau 23,9 persen dari areal yang ada yaitu 46.000 ha. Selain itu biosaka juga bermanfaat untuk peternakan yaitu memperbaiki kualitas rumput pakan/rumput gajah, selain rumput tumbuh lebih cepat dan subur, dengan hasil pengecekan di laboratorium sebagai berikut:

Kunjungan Lapangan

Kunjungan lapangan dilakukan setelah pertemuan di Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Blitar, lokasi yang dituju yaitu Kelompok Tani “Manfaat Abadi”, Gapoktan Petani Mulya, Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan dengan diantar Kabid TPH Pak Hikma dan Pak Anshar dan diampingi oleh Pak Siswoko petani setempat.

Dari luasan lebih 100 ha, baru 20 ha yang telah menerapkan teknologi Biosaka, salah satunya yaitu Lahan Pak Imam dengan luas 70 are, input yang diberikan yaitu 50 kg pupuk kambing segar disebar merata. Butiran pupuk kambing masih terlihat ada yang belum terurai, khususnya di bagian pinggir lahan atau yang tidak terendam air. Tanaman terlihat lebih hujau tua dengan tampilan daun lebih kaku. Saat dilakukan sampling jumlah anakan tidak berbeda jauh dengan lahan sawah tanpa biosaka yaitu antara 27-36 per rumpun pada umur tanaman sekitar 1 bulan. Sementara lahan sawah yang tidak diaplikasi biosaka tampak lebih kuning, pemiliknya adalah petani luar Kelompok. Serangan OPT jenis Lalat dan tungro terlihat di lapang tetapi serangan minimal atau tertahan.

Untuk Luasan 70 Are, petani mampu mengaplikasikan hanya 1-2 tangki dengan interval 10 hari sekali dan dosis 40 ml per 16 liter air. Menurut pak Anshar harus benar-benar kabut dan mengikuti arah angin sehingga jangkauannya lebih jauh.

Praktek Memilih Bahan

         Kunci pertama keberhasilan membuat Biosaka yaitu pada pemilihan bahan,  kata pak Anshar kadangkala beliau memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk memilih bahan rerumputan yang sempurna, pertumbuhan normal simetris, tidak terserang OPT pada tanaman yang akan dipilih maupun rumpun atau kelompok tersebut, rumput tersebut terlihat sangat menarik, bisa warnanya, sehatnya, adaptasinya dll.

         Menurut Pak Anshar lokasi rumput yang dipilih sebaiknya pada areal tanaman yang akan diaplikasi karena sudah beradatasi dengan kondisi agromikroklimat setempat, dengan radius yang direkomendasikan yaitu 20 km, bila digunakan untuk wilayah Kabupaten, rumput dipilih dari berbagai tempat/kecamatan yang mewakili kondisi mikroklimat wilayah yang akan dipalikasi.

Praktek Meremas Rumput

Praktek meremas rumputnya yaitu yakin, tenang, sabar, dan focus, selanjutnya proses peremasan harus dilakukan di dalam air dengan sekali tekan, dan sekali diaduk. Pengadukan diputar ke arah kiri, menurut pak Anshar agar lebih cepat homogen karena melawan grafitasi bumi. Peremasan dilakukan terus-menerus sampai riak air terlihat seperti minyak dan penambahan tekanan peremasan sudah tidak mempengaruhi perubahan larutan. Peremasan awal yaitu sekitar 10-15 menit dilakukan secara pelan dengan maksud untuk melayukan tanaman terlebih dahulu, setelah itu dilakukan penekanan lebih kuat.

Ukuran bahan dan air adalah satu genggam bahan sekitar 2-2,5 ons diremas dalam 5 liter air. Bagi seorang ahli perbandingan antara bahan dan air, bisa relatif lebih banyak airnya, karena dengan ukuran bahan tersebut bisa juga dibuat sampai 10 liter dengan hasil yang sama.

Dengan melihat dan praktek secara langsung seperti memilih bahan yang tepat dan meremas bahan untuk menghasilkan Biosaka yang homogen yang ditandai dengan warna larutan merata antara bagian atas dengan bagian bawah, larutan tampak seperti berminyak, tidak mengendap dan tidak mengeluarkan gas serta aplikasi sesuai SOP yaitu berkabut dan tidak kena  tanaman secara langsung dan dosis sangat rendah sesuai yang direkomendasikan yaitu untuk padi dan jagung 40 ml/16 liter air, sayuran 5-10 ml, tanaman buah-buahan dan perkebunan 30 ml.  Pengetahuan singkat ini masih belum cukup bila tidak disertai dengan belajar dan praktek terus menerus.  Karena memang Biosaka masih relatif baru, banyak sisi-sisi yang belum terungkap secara ilmiah, untuk itu tugas kita bersama terutama kalangan akademisi dan peneliti untuk meneliti secara seksama dan berkelanjutan.