EVALUASI BANTUAN PENGENDALIAN HAMA KWANGWUNG/ KUMBANG BADAK (Oryctes rhinoceros) PADA TANAMAN KELAPA DI KABUPATEN KARANGASEM, PROVINSI BALI TAHUN 2022

OLEH:

  1. Ir. ANANG PRIYONO MSc., DINAS PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI BALI
  2. NI NYOMAN SUSANTI, S.Hut. DINAS PERTANIAN, PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KARANGASEM

Hama Kwangwung atau kumbang badak yang dikenal dengan sebutan local di Bali yaitu hama Nyungah merupakan hama utama pada komoditas kelapa di Bali. Dari luas areal kelapa di Bali yaitu 70.375,25 ha, saat ini serangan hama tersebut mencapai 1.116,51 ha. Di Kabupaten Karangasem terserang hama Nyungah mencapai 383,49 ha. (terluas di Bali).

Selama ini pengendalian hama ini menemui kendala dikarenakan hama dewasa aktif terbang menyerang tanaman kelapa selama kurang lebih 4 bulan, selama itu setiap seminggu sekali turun mencari bahan organic atau batang kelapa yang melapuk untuk peletakkan telurnya, dan selanjutnya terbang kembali mencari pucuk kelapa untuk sumber makannya dengan gejala kerusakan daun seperti kena guntingan, satu serangga dewasa berpotensi merusak lebih dari 16 tanaman kelapa selama hidupnya/longevity.

Pada tahun 2022, Pemerintah Kabupaten Karangasem melalui Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan memberikan pelatihan kelompok tani dan bantuan bahan pengendalian hama Kwangwung dengan perangkap Feromonas dan penyebaran jamur Metarhizium anisopliae.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa Jamur Metarhizium anisopliae dan perangkap Feromonas berpotensi untuk direkomendasikan dan disebarluaskan, tentunya dengan beberapa catatan penting yang perlu perbaikan sehingga hasilnya lebih maksimal.

Tabel 1.  Luas serangan Hama Kwangwung di Provinsi Bali Triwulan II Tahun 2022

Tujuan dan Sasaran Evaluasi

Tujuan evaluasi ini yaitu untuk mengetahui efektitas bantuan pengendalian hama Kwangwung dengan menggunakan Trapping Feromonas dan agens biologis Jamur Metarhizium anisopliae, kendala dan potensi pengembangannya. Sedangkan sasarannya yaitu adanya rekomendasi pemanfaatan Trapping Feromonas dan jamur Metarhizium anisopliae untuk pengendalian hama Kwangwung pada tanaman kelapa.

Bintek Pengenalan dan Pengendalian OPT Kelapa

Sebelum menerima paket bantuan petani diberikan bimbingan teknis pengendalian hama Wangwung, kelompok tani yang mendapatkan bantuan yaitu Subak Abian Linggarsari, Desa Bhuana Giri, Kecamatan bebandem, pada tanggal 19-20 April 2022 dan Subak Abian Sidhi Kerta, Desa Seraya Kecamatan Karangasem pada tanggal 24-25 Mei 2022

Gambar 2. Bintek pengendalian Hama Wangwung di Subak Abian Linggarsari Desa Bhuana Giri, Bebandem-Karangasem

Setelah selesai Bintek, Kelompok Tani dibagikan bahan dan peralatan pengendalian hama Oryctes berupa 4 Set perangkat Feromonas dan Stater Jamur Metarhizium baik produksi pabrikan maupun perbanyakan pada media alam hasil produksi petugas lapangan POPT yang sudah pensiun tetapi masih aktif membantu memperbanyak secara sederhana di lapang (I Wayan Tangsu).

Monitoring dilaksanakan oleh Petugas Kabupaten Bersama dengan petugas lapangan dan petani untuk mengamati hasil tangkapan hama Wangsung dewasa oleh perangkap Feromonas dan menghitung jumlah larva Oryctes yang mati akibat infeksi oleh jamur Metarhizium anisopliae.

Hasil Praktek Petani

Berdasarkan hasil uji Virulensi atau kemampuan Jamur Metarhizium anisopliae menginfeksi larva Oryctes rhinoceros diperoleh hasil bahwa tingkat virulensi Jamur M. anisopliae yang dibiakkan pada media alam mencapai 96,67%, sedangankan virulensi M. anisopliae pada perbanyakan oleh stater pabrikan mencapai 40%, hasil ini tentunya untuk periode pengamatan sekitar 1 bulan pengamatan, dan hasil ini akan berkembang terus secara dinamis bila monitoring dilanjutkan.

Tabel 1. HASIL UJI VIRULENSI
LARVA ORYCTES RHINOCEROS DENGAN JAMUR METARHIZIUM SP
DI LABORATORIUN DAN SUBAK ABIAN LINGGARSARI DESA BHUANA GIRI
KECAMATAN BEBANDEM, KABUPATEN KARANGASEM

Sementara itu hasil Uji Pemasangan Trapping Feromonas diperoleh data sebagai berikut: pada S.A. Bhuana Giri, Desa bebandem jumlah serangga dewasa yang tertangkap sebanyak 33 Imago dengan jenis serangga jantan 15 dan serangga betina sebanyak 7, sedangkan untuk di S.A. Sukanadi Desa Seraya serangga tertangkap sebanyak 18 ekor jantan dan 25 serangga betina. Secara komulatif Sex Ratio hasil tangkapan hama ini yaitu 1:1.  Hasil tangkapan ini sesuai potensi serangga dewasa Kwangwung di masing-masing tempat, bila banyak bahan organik yang menumpuk seperti dekat dengan Tempat Pembuangan Akhir atau tempat penggergajian kayu, biasanya hasil tangkapan bisa ratusan ekor selama 1 bulan pemasangan seperti yang pernah dilakukan di Daerah Banjarrangkan, Kabupaten Klungkung beberapa tahun yang lalu.

Tabel 1. Hasil Uji Pemasangan Trapping Feromonas

Pemanfaatan Jamur Metarhizium anisopliae sebagai agensia pengendali biologis hama Oryctes rhinoceros mempunyai prospek yang sangat bagus bila petani aktif memperbanyak secara sederhana di lapang dan menyebarkan kembali secara bersama-sama dalam kelompok, minimal di tempat penimbunan sampah organik atau pada kotoran ternak yang sudah lapuk dimasing-masing lingkungan keluarga yang dipadukan dengan sanitasi bahan organik untuk dimanfaatan secara maksimal sebagai bahan pupuk tanaman dan dipadukan dengan pemasangan Trapping Feromonas yang perlu difasilitasi oleh pemerintah Desa melalui APBDDes ataupun pemerintah daerah baik kabupaten maupun Provinai.

Rekomendasi

Hasil ini bisa direkomendasikan untuk daerah lain yang mengalami masalah yang sama yaitu tanaman kelapa di wilayahnya terserang hama Kwangwung, banyak petani mengeluhkan permasalahan yang sama, untuk itu tahapan yang dianjurkan adalah sebagai berikut: 1. Dilakukan pertemuan kelompok difasilitasi oleh petugas lapangan, 2. Permasalahan diajukan ke Desa untuk mendapat bantuan dan dukungan tokoh dan pimpinan setempat, tentunya ditembuskan ke Dinas yang membidangi Pertanian Kabupaten dan Provinsi untuk mendapatkan sinergitas anggaran dan sarana prasarana. 3. Melakukan Gerakan sanitasi terhadap potensi bahan organik di lingkungan untuk dibersihkan dan dimanfaatkan secara optimal untuk pupuk tanaman, 4. Disinergitaskan dengan program rehabilitasi atau peremajaan kelapa karena serangan hama ini akan menimbulkan kerugian yang besar bila populasi tanaman sedikit, 5. Dipadukan antara penggunaan Jamur Metarhizium anisopliae dan Trapping feromonas sesuai standar yaitu 1 unit trapping feromonas per ha dan 3-5 trapping larva hama Oryctes rhinoceros dengan Jamur M. anisopliae per ha lahan kelapa, 6. Dilaksanakan secara serentak atau bersama-sama satu hamparan tanaman kelapa dalam satu atau beberapa kelompok tani dalam satu wilayah Desa.

Penutup

Hama Kwangwung atau hama Nyungah di Bali selalu menjadi hama utama pada tanaman kelapa di wilayah padat penduduk, dengan dicirikan banyak bahan organik sebagai media berkembangnya hama ini dan populasi tanaman kelapa sedikit/menurun akibat serangan hama ini, sementara program peremajaan tanaman kelapa belum berjalan di wilayah tersebut.  Sinergitas dan keterpaduan para pihak dalam menyusun program dengan mengoptimalkan sumberdaya, sarana-prasarana, teknologi yang ada dan pemberdayaan masyarakat secara bersama-sama pada periode waktu tertentu/serentak sebagi kunci keberhasilan dalam pengendalian hama ini.