Gambaran Sektor Peternakan Sapi Bali di Provinsi Bali

Oleh:
I Wayan Suarjana, S.TP
Calon Ahli Pertama-Analis Pasar Hasil Pertanian pada Bidang Peternakan
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali

Arah pembangunan Provinsi Bali saat ini mengacu pada keseimbangan semua elemen alam yang terwujud dalam visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang bermakna “Menjaga kesucian dan keharmonisan alam bali beserta isinya, untuk mewujudkan kehidupan krama bali yang sejahtera dan bahagia, sekala-niskala menuju kehidupan krama dan gumi Bali sesuai dengan prinsip trisakti Bung Karno: berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan melalui pembangunan secara terpola, menyeluruh, terencana, terarah dan terintegrasi dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila 1 Juni 1945. Prinsip berdikari secara ekonomi dapat diwujudkan dengan memastikan kebutuhan masyarakat pangan, sandang dan papan masyarakat dapat terpenuhi dengan baik. Selama ini sektor pariwisata menjadi motor penggerak utama perekonomian Bali namun menunjukkan tren negatif selama pandemi covid 19. Sektor pertanian (dalam arti luas) hadir sebagai salah satu sektor penyelemat perekonomian Bali dari pertumbuhan yang melambat selama dua tahun terakhir ini.

Bali sebagai sebuah daerah yang minim sumber daya alam (pertambangan) dianugrahi plasma nuffah yang sangat produktif yakni Sapi Bali. Sapi Bali memiliki daya adaptasi yang sangat baik sehingga cocok dikembangkan di berbagai daerah. Saat ini jenis sapi Bali tidak hanya dikembangkan di pulau Bali saja namun sudah menjadi primadona di daerah lain seperti Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Karakteristik sapi Bali yang paling terlihat adalah warna putih pada keempat kakinya (white shocking) dan putih pada pantat (Sampurna, 2018). Sapi Bali memiliki berat rata-rata sekitar 300-400 kg dengan proporsi karkas 57 % dimana proporsi ini menjadi salah satu yang paling tinggi diantara sapi lokal yang ada di Indonesia. Sapi bali memiliki bentuk seperti banteng, warna merah bata saat masih anakan (pedet) dan warna akan berangsur-angsur menjadi lebih gelap utamanya pada sapi Bali jantan. Tinggi rata-rata sapi Bali yakni 130 cm dengan pertumbuhan tanduk jantan lebih keluar kepala daripada yang betina (Sampurna, 2018).

Tabel 1. Populasi Sapi Bali 2016-2020

Sumber: Distanpangan Provinsi Bali

Merujuk data Bidang Peternakan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali terlihat bahwa populasi sapi Bali jantan dan betina mengalami fluktuasi. Data populasi sapi Bali jantan di Provinsi Bali tahun 2016-2020 yakni sebagai berikut (2016) 218.027 ekor, (2017) 194.511 ekor, (2018) 205.929 ekor, (2019) 208.635 ekor, (2020) 204.895 ekor. Sedangkan populasi sapi Bali betina sebagai berikut (2016) 328.343 ekor, (2017) 313.283 ekor, (2018) 320.230 ekor, (2019) 336.320 ekor dan tahun 2020 sebanyak 345.455 ekor. Fluktuasi yang terjadi dimungkinkan karena (1) peningkatan konsumsi daging sapi bali, (2) faktor ketersediaan pakan, (3) penyakit dan Kesehatan hewan, (4) tingkat fertilitas ternak, (5) cuaca dan musim di sentra peternakan sapi Bali.

Gambar 1. Sapi Bali (Sumber : www.kabar24.bisnis.com)

Peluang pasar sangat terbuka lebar bagi komoditas sapi Bali mengingat pada tingginya konsumsi daging sapi nasional yang selama ini banyak dipenuhi oleh daging sapi impor. Dinamika pasar komoditas Sapi Bali dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya (a) peningkatan jumlah penduduk, (b) selera pasar, (c) hari besar keagamaan, (d) informasi pasar dan faktor lainnya. Faktor-faktor tersebut selain menjadi peluang sekaligus tantangan mempertahankan dan meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi sapi Bali kedepan. Selain itu, standarisasi mutu komoditas pada tingkat peternak maupun pengusaha peternakan menjadi hal penting untuk diaplikasikan dengan optimal. Produk yang tersertifikasi akan lebih mudah diterima dan diserap oleh pasar.

Peningkatan permintaan yang terjadi, masih belum tercukupi oleh produksi daging nasional (Baihaqi et al, 2020). Kekurangan pasokan daging sapi masih terjadi dalam skala nasional sehingga hal ini menjadi peluang pasar yang besar bagi komoditas sapi Bali yang dikembangkan di Bali untuk mengambil celah pasar yang ada. Usaha untuk meningkatkan populasi sapi Bali menjadi suatu isu yang penting untuk memenuhi permintaan pasar. Peningkatan populasi sapi Bali juga bertujuan untuk menstabilkan harga pada semua lembaga pemasaran. Sehingga produsen maupun lembaga pemasaran memperoleh laba atas pengorbanan yang mereka lakukan dalam rantai pasar, disisi lain konsumen sebagai end user mendapatkan tingkat harga yang wajar. Definisi dasar pemasaran menekankan pada aspek penciptaan komoditas, proses penawaran komoditas dan pertukaran komoditas antara satu pihak dengan pihak yang lain. Penciptaan komoditas yang dalam hal ini proses produksi memerlukan perencanaan yang baik. Manajemen peternakan yang baik sangat dibutuhkan sebagai acuan dalam berproduksi maupun mendistribusikan komoditas yang berkualitas, tepat kuantitas dan kontinyuitas. Tujuan dari proses ini adalah untuk memenuhi preferensi pasar yang sangat selektif terhadap kondisi komoditas Sapi Bali yang dihasilkan.

Informasi pasar adalah salah satu aspek penting dalam menjamin kestabilan harga pasar daging sapi khususnya daging Sapi Bali. Hal ini harus berkesinambungan mulai dari hulu ke hilir agar harga dan margin pemasaran terbentuk dapat terdistribusi secara merata dan berkeadilan bagi semua pihak. Petani dan peternak menghadapi ketidakstabilan pasar dan harga serta tidak cukup modal dan akses terhadap informasi pasar (Shinta, 2011). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa informasi pasar belum banyak diakses oleh petani atau peternak karena berbagai alasan salah satunya karena faktor teknologi dan pendidikan. Pada sisi ini peternak khususnya sapi bali dapat diberikan lokakarya mengenai cara mengakses data pasar secara mudah dan tepat waktu.

Daftar Pustaka

Anonimus. 2020. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Direktorat jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian RI.

Baihaqi, M., Aditia, E.L. 2020. Efisiensi dan Nilai Ekonomi Daging Sapi untuk Potongan Pasar Tradisional Berdasarkan Potongan Komersial yang Berbeda: Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan Vol.08 No. 2 Juni 2020 (hlm 86-90). Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Data Bidang Peternakan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan provinsi Bali tahun 2020.

Sampurna, I Putu. 2018. Bahan ajar kuliah “Ilmu Peternakan” Ternak Besar. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Denpasar.

Shinta, Agustina. 2011. Ilmu Usaha Tani. Universitas Brawijaya Press (UB Press). Malang. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 58 tahun 2018 tentang Penetapan Harga Acuan Pembelian di Petani dan Harga Acuan Penjualan di Konsumen.