Indonesia 3 Tahun Tanpa Impor Beras Konsumsi

Oleh:
I Wayan Suarjana, S.TP
Calon Analis Pasar Hasil Pertanian Ahli Pertama

Tiga (3) tahun tanpa impor beras konsumsi merupakan sebuah pencapaian luar biasa Bangsa Indonesia ditengah upaya pemulihan ekonomi. Dikutip dari pidato Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo pada sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (16 Agustus 2022) sehari sebelum peringatan detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia bahwa “Untuk beras konsumsi, kita sudah tidak lagi impor dalam 3 tahun terakhir. Pembangunan bendungan dan irigasi telah mendukung peningkatan produktivitas nasional”. Dari kutipan pernyataan Presiden tersebut, dapat dimaknai bahwa Indonesia telah mampu menyediakan kebutuhan pangan utama bagi rakyatnya dengan didukung oleh pembangunan infrastruktur di seluruh pelosok negeri. Pencapaian ini, bisa dikatakan bahwa Indonesia telah mencapai swasembada beras kembali setelah sekian lama menjadi negara importir beras.

 Keberhasilan Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan ini mendapat apresiasi tinggi dari IRRI (International Rice Research Institute) yakni sebuah lembaga penelitian padi/beras internasional. Apresiasi tersebut diberikan dalam bentuk penghargaan kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara pada tanggal 14 Agustus 2022. Mengutip harian online CNBCIndonesia.com, penghargaan tersebut diberikan karena Indonesia dinilai memiliki sistem pertanian dan pangan yang tangguh. Selain itu, Indonesia juga telah mencapai swasembada beras tahun 2019-2021 dengan aplikasi inovasi teknologi pertanian. Direktur Jenderal IRRI Jean Balie juga mengucapkan selamat dan apresiasi atas pencapaian Indonesia tersebut sekaligus menyerahkan penghargaan dimaksud kepada Presiden Joko Widodo.

Gambar 1. Penyerahan Penghargaan IRRI kepada Presiden Joko Widodo
Sumber: Kompas.com

Pencapaian luar biasa ini tentu bukan merupakan hasil kerja satu orang atau beberapa kelompok saja. Namun pencapaian ini merupakan hasil kerja keras seluruh elemen bangsa yang berkomitmen tinggi mendukung kebijakan pemerintah dalam upaya mencapai ketahanan pangan yang baik. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) yang dikutip dari CNBCIndonesia.com, melaporkan bahwa Indonesia telah mencapai 90% lebih rasio swasembada beras. Rasio swasembada sendiri dipahami sebagai rasio antara produksi dalam negeri dengan total permintaan. Hasil yang membanggakan ini menjadi kado terindah bagi insan pertanian di seluruh pelosok negeri di bulan kemerdekaan ini. Hasil ini merupakan bukti bagaimana sektor pertanian menjadi sektor yang paling kuat menghadapi dinamika zaman dan tidak jarang menjadi sektor penyelamat perekonomian. Tentu, hal ini harus diikuti dengan penyediaan infrastruktur, modal dan sumber daya manusia yang baik. Capaian ini harus dipertahankan bahkan ditingkatkan terus menerus dengan mendorong generasi muda untuk ikut serta terjun ke sektor pertanian.

Berbagai kebijakan yang diambil pemerintah dalam mendorong sektor pertanian khususnya pertanian padi terlihat menunjukkan hasil yang diharapkan. Menurut Data Badan Pusat Statistik (2022) terlihat bahwa terjadi kenaikan produktivitas padi dari tahun 2019 sampai tanhun 2021. Tahun 2019 produktivitas padi diangka 51,14 Ku/Ha, 2020 diangka 51, 28 Ku/Ha dan tahun 2021 diangka 52,26 Ku/Ha. Namun disisi lain terjadi penurunan luasan panen yakni tahun 2019 diangka 10.677.887, 15 Ha, tahun 2020 diangka 10.657.274,96 Ha dan tahun 2021 diangka 10.411.801,22 Ha. Melihat data diatas dapat diketahui bahwa walaupun terjadi penurunan luasan panen namun produktivitas padi malah meningkat. Hal ini bisa terjadi karena 1) infrastruktur pertanian yang baik, 2) penyediaan sarana produksi pertanian yang baik termasuk didalamnya pemanfaatan varietas unggul, ketersediaan dan kualitas pupuk yang baik, 3) penerapan teknologi pertanian dan 4) sumber daya manusia pertanian yang semakin majudan adaptif. Kedepan diharapkan luasan panen dapat ditingkatkan selain menjaga produktivitas padi yang semakin baik dan meningkat.

Gambar 2. Petani di Bali sedang Memanen Padi
Sumber: Bali.inews.id

Hal menarik dapat kita temukan pada sambutan Presiden pada saat menerima penghargaan tersebut dimana beliau mengucapkan terima kasih kepada pelaku yang bekerja disawah yang tiada lain adalah petani selain itu beliau juga mengucapkan terima kasih kepada bupati, gubernur, jajaran Kementrian Pertanian termasuk perguruan tinggi. Petani diberi ucapan terima kasih pertama oleh Presiden dapat dimaknai bahwa petani yang menggerakkan sektor pertanian merupakan pilar ketahanan pangan nasional. Tanpa adanya jerih payah petani sebagai ujung tombak pertanian, segala jenis program dan hasil penelitian di sektor pertanian tidak akan bisa diterapkan. Sebagai pilar ketahanan pangan nasional, petani harus didukung dengan pemberdayaan dari hulu ke hilir. Dikutipdari Harian Kompas.com, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa pemerintah juga membangun infrastruktur embung, bendungan maupun saluran irigasi selama 7 tahun terakhir. Selain dari sisi fisik infrastruktur, pemerintah juga mendorong dan mendukung pemanfaatan varietas unggul padi, intensifikasi maupun ekstensifikasi. Penyediaan infrastruktur pertanian, sarana produksi pertanian, pemasaran, kepastian harga, informasi dan akses permodalan  menjadi faktor penting jika ingin swasembada beras ini kita pertahankan bahkan tingkatkan dari tahun ke tahun.