Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kakao

Oleh :
I Made Budiana,SP
POPT Ahli Muda

Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sampai saat ini masih tetap dikembangkan. Pendapatan yang diperoleh dari komoditas ini telah dapat menambah penghasilan bagi petani, pengusaha maupun negara. Berdasarkan data statistik Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Tahun 2020 diketahui bahwa luas areal tanaman kakao di Tabanan yaitu 4.625 Ha di bawah kabupaten Jembrana yang mencapai luas areal 6.258 Ha.  Hal ini masih merupakan potensi strategis pengembangan kakao sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Tabanan dalam menggerakan perekonomian masyarakat di pedesaan.

OPT merupakan faktor pembatas bagi produktifitas dan produksi tanaman kakao. OPT utama yang menyerang tanaman kakao antara lain PBK (Penggerek Buah Kakao) Conopomorpha cramerella, Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp), Busuk buah kakao (Phytopthora palmivora) dan ini juga menjadi permasalahan  OPT utama yang dihadapi di Kabupaten Tabanan. Pada tahun 2020 ini, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (UPTD Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan Provinsi Bali dengan  pelaksana kegiatan Seksi OPT  melalui anggaran Direktorat Jendral Perkebunan melakukan kegiatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Kakao. Adapun pengendalian yang dilakukan yaitu PBK (Penggerek Buah Kakao) Conopomorpha cramerella, Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp), Busuk buah kakao (Phytopthora palmivora) pada tanaman kakao yang sesuai dengan pola pembangunan Bali yang ditetapkan oleh Gubernur yaitu “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” dengan misi mewujudkan kemandirian pangan, meningkatkan nilai tambah dan daya saing pertanian serta meningkatkan kesejahteraan petani. Harapan utama dalam kegiatan ini agar petani pelaksana dapat terus menerapkan dan menularkan ilmu terapan teknologi pengendalian ke petani lainnya sesuai dengan arahan dan pendampingan dari dinas. Kegiatan PHT Kakao dilaksanakan di 3 Subak abian yaitu Subak Abian Lumbung Sari seluas 50 Ha, Subak Abian Amerta Asih seluas 25 Ha, serta Subak Abian Waru seluas 25 Ha. Sehingga total  kegiatan pada Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Kakao ini sebanyak 100 Ha serta melibatkan petani sebanyak 100 orang. Adapun  alat serta bahan pengendalian yang diserahkan berupa bahan membuat metabolit sekunder/Isolate APH Trichoderma sp dan Beauveria bassiana Jirigen, Kompor dan Perlengkapannya, Hand Sprayer, Alat Pengocok/Shaker.

Dalam kegiatan ini, petani diajak mempraktekkan serta menerapkan teknologi pengendalian dengan penggunaan Metabolit Sekunder (MS) Trichoderma sp serta Metabolit Sekunder Beauveria bassiana.
Karena pada kegiatan ini dilakukan praktek langsung pembuatan metabolit Sekunder Trichoderma sp serta Metabolit Sekunder Beauveria bassiana serta cara mengaplikasikannya di kebun serta melakukan pengamatan untuk mengetahui efektifitas dari penggunaan Metabolit Sekunder Trichoderma sp untuk mengendalikan PBK (Penggerek Buah Kakao) Conopomorpha cramerella, Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp), Busuk buah kakao (Phytopthora palmivora).

Dalam kegiatan ini, petani diajak mempraktekkan serta menerapkan teknologi pengendalian dengan penggunaan Metabolit Sekunder (MS) Trichoderma sp serta Metabolit Sekunder Beauveria bassiana. Karena pada kegiatan ini dilakukan praktek langsung pembuatan metabolit Sekunder Trichoderma sp serta Metabolit Sekunder Beauveria bassiana serta cara mengaplikasikannya di kebun serta melakukan pengamatan untuk mengetahui efektifitas dari penggunaan  Metabolit Sekunder Trichoderma sp untuk mengendalikan PBK (Penggerek Buah Kakao) Conopomorpha cramerella, Kepik penghisap buah kakao (Helopeltis sp), Busuk buah kakao (Phytopthora palmivora). Kegiatan penerapan PHT Kakao ini dilakukan  selama 8 kali pertemuan diakhiri dengan kegiatan  field day / temu lapangyang diselenggarakan  pada Selasa, 17 Nopember 2020 di kebun kakao anggota Subak Abian Amerta Asih yang berlokasi di Selemadeg Pembukaan  field day / temu lapang, dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan yang diwakili oleh Kasi Pasca panen bapak Ir.A.A. Ngr.Sukadana dan bapak Ir. Anang Priyono, M.Si,selaku Plt. Kepala UPTD Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan Provinsi Bali berserta segenap jajarannya, narasumber dari Fungsional Penyuluh BPTP bapak Dr.Ir.I wayan Alit Arta Wiguna,M.Si sekaligus sebagai owner Cau Chocolate yang berlokasi di Desa Dau, Kec. Marga, Kab.Tabanan.  

Pada kesempatan ini dari bapak Ir.Anang Priyono,M.Si menyampaikan bahwa penggunaan Metabolit Sekunder untuk mengendalikan Hama maupun Penyakit pada tanaman kakao perlu dibarengi dengan menggunakan pupuk organik padat maupun pupuk organik cair. Untuk pembuatan pupuk organik padat maupun pupuk organik cair bisa memanfaatkan bahan –bahan yang ada disekitar kebun seperti daun gamal kotoran sapi,gedebong pisang,,sabut kelapa, daun pahitan dan masih banyak bahan lainnya yang bersifat alami. Karena kita akan menuju kakao organik. Disamping itu pemangkasan terhadap tanaman kakao perlu juga dilakukan sehingga kebun tidak menjadi lembab karena hal ini juga akan berpengaruh terhadap tidak betahnya hama dengan lingkungan yang agak terang. Namun dengan adanya pandemi Covid-19 ada permasalahan untuk pemasaran kakao. Hal ini juga diungkapkan oleh narasumber kita dari BPTP bapak Dr.Ir.I Wayan Alit Arta Wiguna yang juga selaku owner Cau  Chocolate yang merumahkan karyawannya sampai 90%. Harapan beliau mudah-mudahan pandemi ini cepat berakhir sehingga roda perekonomian kembali berputar normal. Walaupun begitu usaha penjajagan tetap dilakukan demi tersalurnya hasil kakao petani ke perusahaan besar seperti Ali Baba(dunia) dan PT Mayora(Tangerang). Petani diharapkan tetap memelihara kebunnya dengan baik serta menggunakan bahan-bahan yang bersifat organik serta ramah lingkungan karena permintaan pasar saat ini menuntut minimnya cemaran residu bahan kimia.

Serangan PBK

Seperti kita ketahui bahwa serangan hama Penggerek buah kakao menyebabkan kemerosotan produksi hingga 60-80% .Pada buah muda yang terserang Penggerek buah kakao mengalami perubahan warna sebelum matang selain itu juga menyebabkan persentase biji cacat meningkat. Kulit buah yang terserang akan sangat mudah terserang jamur. Bila buah matang terserang maka tanda awal yang dapat diidentifikasi adalah dengan mengguncangkan buah. Biji-biji tidak akan berbunyi pada waktu diguncang karena sudah saling melekat. Penggerek buah kakao berbiak dengan meletakkan telur-telurnya dialur kulit buah.

Pengiriman buah ke lokasi lain dan tindakan membiarkan kulit buah kakao terserak begitu saja setelah pemecahan di areal pertanaman turut juga membantu penyebaran hama Penggerek buah kakao. Maka untuk mencegah penyebaran  hama ini bisa juga dilakukan dengan cara membenamkan kulit buah kedalam tanah.

Serangan Helopeltis sp bersifat menusuk dan menghisap, terutama pada buah pentil(cherelle) dan pucuk-pucuk muda. Pada pucuk muda serangannya mengakibatkan daun-daun muda melengkung, tumbuh kecil dan berwarna kehitaman. Dalam pengamatan sepintas gejala itu tampak seperti akibat angin terlalu kencang. Pada buah pentil(cherelle) didapati bintik-bintik hitam yang mengakibatkan pentil mati dan gugur.sedangkan pada buah dewasa serangannya tidak menimbulkan kerugian yang berarti, tetapi memungkinkan buah terserang Phytopthora sp.

Penyakit Phytopthora sp dapat menginfeksi daun, tunas, batang, akar dan bunga tetapi infeksi pada buah khususnya pentil merupakan infeksi yang menimbulkan kerugian yang berarti. Infeksi Phytopthora sp dapat langsung terjadi antar buah melalui percikan air hujan dari permukaan tanah,, serangga atau vertebrata. Biji di dalam buah akan rusak selang 15 hari setelah terinfeksi. Dengan gejala pada buah terjadi bercak berwarna kelabu kehitaman yang biasanya terdapat pada ujung buah.Bercak mengandung air yang kemudian berkembang sehingga menunjukkan warna hitam. Bagian buah menjadi busuk dan biji pun turut membusuk..Pada temperature 27,50 – 300 C  dan kelembaban 60-80% pertumbuhan spora sangat giat. Pada batang gejalanya berupa bercak bulat berwarna coklat di dekat permukaan tanah.Penyebarannya banyak dibantu oleh keadaan lingkungan yang lembab dan adanya seresah dipermukaan tanah. Usaha pengendalian dapat juga dilakukan dengan menata seresah agar jangan berserakan dan memetik buah yang terinfeksi dari pohon sesegera mungkin.

Kegiatan penerapan PHT kakao ini sangat dirasakan sekali manfaatnya oleh petani terutama penggunaan Metabolit Sekunder baik itu yang bahannya Trichoderma sp maupun Beauveria bassiana karena sudah dirasakan langsung hasilnya yaitu dapat meningkatkan pembungaan serta menurunkan serangan hama maupun penyakit pada tanaman kakao. Salah seorang petani yaitu Pak Purnami mengatakan bisa menghasilkan 100 Kg kakao per bulan pada luasan kebun 25 are dengan kisaran harga Rp 26.000,- s.d. Rp 30.000,-.Disamping itu keinginan untuk melanjutkan pembuatan Metabolit Sekunder masih ada hanya saja kendalanya untuk mendapatkan isolate yang merupakan salah satu bahan penting dalam pembuatan Metabolit Sekunder ini. Petani tetap berharap ada bantuan dari pemerintah khususnya UPTD Laboratorium Perlindungan Tanaman Perkebunan Provinsi Bali.