Perbanyakan Trichoderma

Isolat Trichoderma sp.

Oleh :
I Dewa Ayu Yona Aprianthina (POPT Ahli Muda)

Trichoderma sp. merupakan salah satu jenis cendawan yang ada di rizosfer yang mampu melindungi tanaman dari patogen dan meningkatkan kesuburan pertumbuhan tanaman sehingga dapat digolongkan sebagai biofertilizer (Purwantisari dan Hastuti, 2009) dengan menguraikan fosfat dari Al, Fe dan Mn, serta mampu memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman dengan meningkatkan jumlah polong dan jumlah biji. Trichoderma sp. ini memiliki sifat antagonis tinggi terhadap jamur patogen (Simanjuntak, 2005) seperti Fusarium sp., Phytophtora sp., dan lainnya yang mudah diisolasi dan dibiakkan, mikroparasitismenya luas, dapat tumbuh dengan cepat pada berbagai substrat, serta dapat menghasilkan antibiotika dan enzim sehingga dapat digunakan sebagai salah satu agen pengendali hayati (pestisida hayati) yang mampu menekan jamur patogen yang menyebabkan kerusakan dan kehilangan hasil pada tanaman budidaya.

Keberadaan jamur Trichoderma sp. di dalam tanah dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia tanah seperti tekstur, struktur, suhu, kadar air tanah, bahan organik, pH. Kelembaban tanah optimal untuk pertumbuhan jamur yaitu 70%, pH 3 hingga 7 dan pada suhu 25-30 oC (Wikipedia). Pada umumnya, jamur Trichoderma dapat berada di tanah yang subur dan di tempat tanah yang tanamannya terlihat sehat serta di sekitar perakaran bambu atau perakaran putri malu.

Trichodema sp. dapat diperbanyak pada berbagai media antara lain PDA, media dedak, media beras, media jagung dengan cara yang mudah dengan menggunakan alat dan bahan yang sederhana.

Isolat Trichoderma sp.
Foto 1. Isolat Trichoderma sp.

Langkah perbanyakan Trichoderma sp. antara lain :

  1. Siapkan beras sejumlah 1 kg.
  2. Cuci beras tersebut hingga  bersih.
  3. Rendam sekitar 3 hingga 6 jam lalu cuci kembali.
  4. Kemas beras yang telah dicuci tersebut dalam plastik tahan panas ukuran kapasitas 1 kg. Masukkan beras hingga memenuhi 1/4 bagian plastik tersebut, setelah itu dilipat mengeliingi bagian kemasannya membentuk persegi panjang.
  5. Kukus beras yang telah dikemas tersebut hingga 15 menit yang dihitung setelah mendidih, lalu matikan kompor dan tiriskan.
  6. Siapkan enkas yang bagian dalam ruangnya telah disterilisasi dengan menggunakan alkohol 90 %. Kedua tangan dan alat yang digunakan juga disterilisasi dengan menggunakan alkohol tersebut.
  7. Setelah ditiriskan kemudian ditunggu hingga benar-benar tidak panas lalu kemudian masukan isolat Trichoderma sp. sekitar ukuran 1 cm yang masih menempel pada media PDA (Potato Dextrose Agar).
  8. Tutup kemasan tersebut dengan melipat mulai dari bagian ujung atas kemassan menuju kebawah dengan staples dan membuat bentuk segitiga untuk memberikan ruang untuk media beras di dalam kemasan selama pertumbuhan Trichoderma sp. nantinya (Foto 3a).
  9. Ratakan Trichoderma sp. yang masih menempel pada media PDA, agar seluruh sporanya yang berwarna hijau tercampur merata dengan seluruh bagian beras didalam kemasan.
  10. Letakkan kemasan beras yang telah tercampur Trichoderma sp. tersebut ditempat yang tidak terkena sinar matahari langsung dan kondisi yang lembab. Hindari meletakkannya disekitar area anak mapun hewan disekitarnya.
  11. Setelah 7 hingga 14 hari maka media beras dalam kemasan tersebut akan ditumbuhi oleh jamur Trichoderma sp. yang ditandai dengan warna hijau. Jika yang tumbuh pada media tersebut selain warna hijau, maka bukan jamur Trichoderma sp. yang tumbuh pada media tersebut  (terkontaminasi).
  12. Media beras yang telah ditumbuhi oleh jamur tersebut dapat diperbanyak pada media pupuk kompos yang telah terfermentasi dengan mencampurkannya dengan perbandingan 1 : 100, artinya 1 kg Trichoderma sp. pada media beras dapat dicampurkan dengan 100 kg pupuk kompos, kemudian dapat diaplikasikan pada lahan dan area perakaran pada tanaman budidaya.
Foto 4. Perbanyakan Trichoderma sp. asal media beras dicampurkan pada media pupuk kompos yang telah terfermentasi

Kegiatan pengendalian OPT menggunakan agensia hayati Trichoderma sp. ini perlu dikombinasikan dengan kegiatan pengendalian lain sehingga menjadi kombinasi pengendalian OPT secara terpadu meliputi pengendalian baik fisik, mekanik, cara bercocok tanam atau kultur teknis, penggunaan varietas tahan, serta menjadikan pengendalian secara kimiawi sebagai alternatif terakhir agar populasi OPT dapat dikendalikan dan mengurangi pencemaran lingkungan.

Sumber literatur :

https://bbpopt.tanamanpangan.pertanian.go.id/index.php/2021/07/08/pengelolaan-hama-terpadu-pht. Diakses 29 September 2022 pukul 14.20 WITA.

https://id.wikipedia.org/wiki/Trichoderma. Diakses 6 September 2022 pukul 11.00 WITA

Purwantisari, S. dan Hastuti, R.B. 2009. Uji Antagonisme Jamur Patogen Phytophthora infenstans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Tanaman Kentang Dengan Mnenggunakan Trichoderma spp. Isolat Lokal. Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA UNDIP. Jurnal BIOMA, Vol. 11, No. 1, Hal. 24-32. Simanjuntak, Dahlia. 2

Simanjuntak, Dahlia. 2005. Peranan Trichoderma, Micoriza dan Fosfat Terhadap Tanaman Kedelai Pad Tanah Sangat Masam (Humitropets) Staf Pengajar Kopertis Wil-I dpk UNIKA. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian, Vol.3, No.1